"Dapur magma Gunung Slamet cukup dangkal atau kurang dari 2 kilometer. Karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik, magmanya terangkat dan kini diperkirakan berada pada kisaran 1 kilometer dari bibir kawah," kata Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Slamet PVMBG Imam Santosa saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Menurut dia, tremor menerus yang terjadi selama tiga hari terakhir di Gunung Slamet merupakan pelepasan gas-gas dari magma yang sudah berada di permukaan.

Secara visual, kata dia, indikator pelepasan gas tersebut dapat terlihat dari munculnya sinar api.

Bahkan, lanjut dia, berdasarkan pengamatan pada hari Jumat (29/8), pukul 00.00--06.00 WIB, teramati 104 kali sinar api yang muncul dari kawah Gunung Slamet.

"Sinar api juga indikator adanya letusan magmatik yang memang telah berada di permukaan," jelasnya.

Lebih lanjut, Imam mengatakan bahwa hingga saat ini, letusan Gunung Slamet masih sesuai dengan karakternya berupa letusan strombolian diikuti letusan gas.

Kendati demikian, dia mengaku tidak mengetahui bagaimana ke depannya, apakah karakter Gunung Slamet masih tetap sama atau akan mengalami perubahan.

"Kita tunggu saja, sambil melihat indikator-indikator yang muncul," katanya.

Oleh karena itu, dia mengharapkan masyarakat dan pemerintah kabupaten di sekitar Gunung Slamet mengikuti rekomendasi PVMBG, yakni tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak karena status Gunung Slamet masih tetap "Siaga".