Lontong Tuyuhan Ala Semarang Juga nyam-nyam
Senin, 29 Desember 2014 16:48 WIB
foto panturawisata.ga
Di Kota Semarang, setidaknya ada dua warung makan yang menyajikan khusus lontong tuyuhan. Kedua penjajanya masih bersaudara dan sama-sama menggelar dagangannya di Jalan Kedungmundu.
Warungnya sederhana dengan menempati bahu jalan. Tidak terlalu sulit untuk menemukannya karena sudah banyak orang tahu letak warung itu. Salah satunya berada di depan pagar bangunan reservoir PDAM Kedungmundu.
Oke. Sekarang kita bahas bagaimana rasa lontong tuyuhan. Bahannya tidak beda jauh dengan opor ayam. Hanya, kuah lontong tuyuhan ini lebih encer dan berasa pedas karena dicampur dengan gerusan cabai.
Ayam yang dipilih pun ayam kampung sehingga rasanya jauh lebih gurih. Pemilik warung memilih santan hasil parutan kelapa, bukan instan untuk dipanaskan bersama racikan tumbukan bawang merah, putih, merica, dan rempah lainnya.
Ayam kampung yang dipanaskan bersama racikan bumbu dan santan itu jelas bertambah gurih rasanya. Setelah matang, ayam diangkat lalu dipisahkan dari kuah. Paling sedap disantap ketika kuah masih panas.
Penjaja ayam tuyuhan ini tampaknya memang tahu makanan enak. Demi memuaskan pelanggan, ia menanak lontong sendiri dengan beras bermutu baik. Oleh karena itu, tekstur lontongnya jauh lebih lembut. Rasanya lebih enak.
Seribu kata mungkin tak cukup untuk menuliskan kelezatan lontong tuyuhan. Jadi, segeralah mencobanya. Cukup isi dompet Rp15.000, Anda bisa menyantap sepiring lontong tuyuhan plus ayam yang begitu "nyam-nyam".
"Gembrobyos?" Pasti. Apalagi warungnya juga sempit!
Segelas teh panas kian menyempurnakan kenangan kuliner unik di warung itu.
Warungnya sederhana dengan menempati bahu jalan. Tidak terlalu sulit untuk menemukannya karena sudah banyak orang tahu letak warung itu. Salah satunya berada di depan pagar bangunan reservoir PDAM Kedungmundu.
Oke. Sekarang kita bahas bagaimana rasa lontong tuyuhan. Bahannya tidak beda jauh dengan opor ayam. Hanya, kuah lontong tuyuhan ini lebih encer dan berasa pedas karena dicampur dengan gerusan cabai.
Ayam yang dipilih pun ayam kampung sehingga rasanya jauh lebih gurih. Pemilik warung memilih santan hasil parutan kelapa, bukan instan untuk dipanaskan bersama racikan tumbukan bawang merah, putih, merica, dan rempah lainnya.
Ayam kampung yang dipanaskan bersama racikan bumbu dan santan itu jelas bertambah gurih rasanya. Setelah matang, ayam diangkat lalu dipisahkan dari kuah. Paling sedap disantap ketika kuah masih panas.
Penjaja ayam tuyuhan ini tampaknya memang tahu makanan enak. Demi memuaskan pelanggan, ia menanak lontong sendiri dengan beras bermutu baik. Oleh karena itu, tekstur lontongnya jauh lebih lembut. Rasanya lebih enak.
Seribu kata mungkin tak cukup untuk menuliskan kelezatan lontong tuyuhan. Jadi, segeralah mencobanya. Cukup isi dompet Rp15.000, Anda bisa menyantap sepiring lontong tuyuhan plus ayam yang begitu "nyam-nyam".
"Gembrobyos?" Pasti. Apalagi warungnya juga sempit!
Segelas teh panas kian menyempurnakan kenangan kuliner unik di warung itu.
Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024