Kabasarnas: Angkat Ekor Pesawat AirAsia Bukan Prioritas
Rabu, 7 Januari 2015 21:08 WIB
Dua kru Pesawat Beriev BE-200 berada di kokpit saat tiba Lanud TNI AU Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng, Rabu (7/1). Rusia mengirimkan dua pesawat yakni jet amphibi BE200 dan pesawat Ilyushin II-76 yang akan membantu proses pencarian black box pesawat
"Sasarannya apa kalau kita cuma angkat? Kan capek kita," kata Bambang di kantornya, Kemayoran, Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan sasaran utama dari SAR adalah mencari korban yang belum kunjung ditemukan akibat insiden AirAsia QZ8501.
Selain itu, tim evakuasi bertugas membantu tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk menemukan kotak hitam.
Bambang mengatakan jika pengangkatan itu bisa dilakukan kapan saja. Dengan kata lain, pengangkatan masih dikesampingkan dibanding hal yang lebih utama yaitu korban dan kotak hitam.
"Karena kalau kita angkat kita buang waktu lagi. Misalnya kita angkat dengan floating balloon atau crane itu bertahap, sedikit demi sedikit," katanya.
Pengangkatan sendiri bisa dilakukan oleh pihak selain Basarnas.
"Ekor mau diangkat atau tidak itu adalah tahapan berikutnya. Tahap yang harus segera dilakukan adalah kita cari ada tidak korban di situ," katanya.
Kemudian, kata dia, tim akan menandai ekor pesawat.
"Ekor itu biar walaupun kita tinggal tapi sudah ditandai (maka lebih mudah untuk ditelusuri lagi. Kemudian tim terus bergerak."
"Jadi ada sinyal yang memberikan posisi ekor yang sudah kita tandai ini," katanya.
Tim SAR gabungan sendiri harus berpacu dengan waktu untuk menemukan kotak hitam dan korban.
Semakin lama waktu pencarian maka sinyal "ping" kotak hitam akan hilang karena baterainya hanya bertahan selama 30 hari sejak insiden terjadi.
Selain itu, jenasah korban AirAsia dikhawatirkan semakin membusuk tingkat lanjut jika evakuasi tidak dilakukan dengan cepat.
Hingga hari ke-11 pencarian AirAsia, sudah 40 jenazah ditemukan berikut 12 serpihan pesawat rute Surabaya-Singapura itu.
Dia mengatakan sasaran utama dari SAR adalah mencari korban yang belum kunjung ditemukan akibat insiden AirAsia QZ8501.
Selain itu, tim evakuasi bertugas membantu tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk menemukan kotak hitam.
Bambang mengatakan jika pengangkatan itu bisa dilakukan kapan saja. Dengan kata lain, pengangkatan masih dikesampingkan dibanding hal yang lebih utama yaitu korban dan kotak hitam.
"Karena kalau kita angkat kita buang waktu lagi. Misalnya kita angkat dengan floating balloon atau crane itu bertahap, sedikit demi sedikit," katanya.
Pengangkatan sendiri bisa dilakukan oleh pihak selain Basarnas.
"Ekor mau diangkat atau tidak itu adalah tahapan berikutnya. Tahap yang harus segera dilakukan adalah kita cari ada tidak korban di situ," katanya.
Kemudian, kata dia, tim akan menandai ekor pesawat.
"Ekor itu biar walaupun kita tinggal tapi sudah ditandai (maka lebih mudah untuk ditelusuri lagi. Kemudian tim terus bergerak."
"Jadi ada sinyal yang memberikan posisi ekor yang sudah kita tandai ini," katanya.
Tim SAR gabungan sendiri harus berpacu dengan waktu untuk menemukan kotak hitam dan korban.
Semakin lama waktu pencarian maka sinyal "ping" kotak hitam akan hilang karena baterainya hanya bertahan selama 30 hari sejak insiden terjadi.
Selain itu, jenasah korban AirAsia dikhawatirkan semakin membusuk tingkat lanjut jika evakuasi tidak dilakukan dengan cepat.
Hingga hari ke-11 pencarian AirAsia, sudah 40 jenazah ditemukan berikut 12 serpihan pesawat rute Surabaya-Singapura itu.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
PLN Jateng DIY angkat Batik Ciprat Karya Barokah ikuti Indonesian CSR Award
12 October 2024 19:48 WIB
Daniel Johan raih gelar doktor, angkat digitalisasi pertanian tingkatkan akses bagi petani
11 September 2024 21:34 WIB
Terpopuler - Insiden
Lihat Juga
12 Penumpang Pesawat Hercules TNI AU Jatuh di Papua Ditemukan Tewas
18 December 2016 11:30 WIB, 2016