"Oleh karena itu kami menginventarisasi kesenian-kesenian rakyat, selain untuk pembinaan dan pelestarian, juga menjadi kekuatan pengembangan kepariwisataan. Kami membentuk paket-paket pementasan kesenian tradisional," kata Kepala Seksi Kesenian Bidang Kesenian dan Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Magelang Cholil Jumali di Magelang, Jumat.

Ia mengatakan hal itu usai menjadi salah satu pembicara Pelatihan Manajemen Organisasi Kesenian, kerja sama antara Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, di Pendopo Kampoeng Dolanan Anak Nusantara di Dusun Sodongan, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur yang dikelola oleh Ketua Lesbumi Kabupaten Magelang Abbet Nugroho.

Disparbud Pemkab Magelang mencatat sekitar 40 bentuk kesenian tradisional dengan 1.600 kelompok atau organisasi yang tersebar di berbagai desa di 21 kecamatan di Kabupaten Magelang.

Pihaknya telah membentuk 24 paket kesenian hasil seleksi dari berbagai kelompok kesenian tradisional di setiap kecamatan, untuk selanjutnya secara bergiliran dan rutin dipentaskan, terutama di Pendopo Mandala, kompleks Tourist Information Centre Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, sekitar 600 meter timur Candi Borobudur.

"Setiap malam minggu ada pementasan kesenian tradisional di Pendopo Mandala TIC, itu hasil seleksi yang baik untuk disuguhkan kepada wisatawan yang menginap di kawasan Candi Borobudur," katanya.

Berbagai kelompok kesenian tradisional yang terbaik itu, juga mendapat kesempatan mementaskan diri di sejumlah objek wisata andalan Kabupaten Magelang saat musim liburan, seperti Bukit Ketep, Candi Umbul, dan Kolam Renang Mendut.

Pada kesempatan itu, ia menyebut sejumlah bentuk kesenian tradisional di Kabupaten Magelang, seperti Soreng, Topeng Ireng, Kuda Lumping, dan Jalantur. Berbagai kelompok tersebut juga mementaskan tariannya saat berlangsung acara-acara tradisi di desa masing-masing sebagai hiburan masyarakat.

Ketua Umum Lesbumi Zastrouw Al-Ngatawi mengapresiasi berbagai kesenian tradisional di Kabupaten Magelang yang dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat, antara lain karena memiliki daya hidup yang tinggi, berkemampuan kuat menolak pengaruh luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal, dan belum mengalami komersialisasi yang tinggi.

"Mereka menarikan tarian tradisional karena ada kepuasan batin, ditonton atau tidak ditonton mereka menari dengan kekuatan batin. Ini kesenian tradisional yang lebih kepada spirit, batin, dan keguyuban masyarakat," katanya.

Saat berbicara pada pelatihan itu, ia mengemukakan pentingnya pemkab setempat mengintensifkan kegiatan seni budaya karena menjadi tempat berbagai kelompok tersebut mementaskan kesenian tradisional. Berbagai pementasan secara rutin bisa dilakukan di desa-desa, termasuk di kawasan Candi Borobudur, agar makin berkembang kepariwisataan setempat.

"Bangun kerja sama dengan pemangku kepentingan, dengan agen perjalanan wisata agar mengarahkan wisatawan untuk menyaksikan pementasan kesenian tradisional di desa-desa, publikasikan termasuk melalui media sosial dan jejaring sehingga akan semakin dikenal luas," katanya dalam pelatihan dengan pembicara lainnya, Asisten Deputi Organisasi Kepemudaan Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora Sutrija.

Ia mengatakan wisatawan datang ke Magelang untuk menikmati berbagai hal yang indah, autentik, dan unik di daerah itu, sedangkan berbagai kelompok kesenian tradisonal juga harus terus berbenah, antara lain mengembangkan tata gerak, tata busana, dan tata pementasan, tanpa mengubah substansi kesenian mereka.

"Orang luar mencari yang autentik. Kesenian tradisional kalau bisa dieksplorasi akan menjadi punya nilai ekonomi juga, sedangkan pemainnya yang makin sering ditonton akan semakin percaya diri dan kreatif," katanya.