Wali Kota-Seniman Ketemu Bahas Trans Studio
Rabu, 11 Maret 2015 7:53 WIB
Ilustrasi- Makasar - Wahana permainan sejumlah anak menikmati permainan putar-petir di Trans Studio Theme Park, Makassar, Sulsel, Sabtu (29/4). Wahana permainaan tersebut ramai dikunjungi pada liburan akhir pekan. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadan
Kedatangan Wali kota di TBRS Semarang, Selasa (10/3) malam, sempat disuguhi dengan aksi teatrikal sebagai bentuk penolakan atas rencana pembangunan di kompleks tempat seniman berekspresi dan berkreasi itu.
Hadir dalam dialog itu, dari kalangan seniman antara lain penyair Timur Sinar Suprabana, budayawan Djawahir Muhammad, bahkan Didik Nini Thowok yang dikenal sebagai seniman serba bisa juga menyempatkan hadir.
Para seniman, budayawan, dan masyarakat secara bergantian menyampaikan "unek-uneknya" atas rencana pembangunan Trans Studio di kompleks TBRS Semarang, meliputi wahana Wonderia dengan total sembilan hektare.
Mereka menyampaikan argumen kesetujuan dan ketidaksetujuannya di hadapan Wali kota, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi, dan Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase) Mulyo Hadi Purnomo yang duduk berdampingan.
Setelah mendapatkan giliran, Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi menyampaikan apresiasinya atas berbagai "unek-unek", baik yang setuju maupun tidak setuju dengan rencana pembangunan Trans Studio di kompleks TBRS.
"Saya melihat pro-kontra yang muncul (rencana pembangunan Trans Studio) tidak lebih karena kurangnya sosialisasi sampai muncul anggapan TBRS akan digusur. Pemahaman itu 'seko ngendi' (dari mana)?" katanya.
Hendi tidak ingin mempermasalahkan pada siapa yang setuju dan tidak setuju, melainkan bagaimana agar TBRS sebagai aset milik Pemerintah Kota Semarang itu dikelola secara optimal untuk ruang berekspresi seniman.
"Rencananya, Trans Studio dibangun di wahana Wonderia yang masih bagian kompleks TBRS. Makanya saya ingin dengar masukan. Kalau inginnya hanya dibangun di Wonderia, TBRS jangan diutak-utik, silakan," katanya.
Namun, kata dia, seandainya para seniman ingin Trans Studio nantinya terintegrasi dengan kegiatan seni budaya di TBRS juga didukung, sebab pihaknya tidak ingin mematikan atau menggusur tempat berkreasi seniman.
Makanya, Hendi mengatakan akan segera mengundang perwakilan seniman, komunitas, dan tokoh masyarakat untuk secara khusus mendiskusikan rencana pembangunan Trans Studio, sekaligus mempertemukannya dengan investornya.
"Pembangunan Trans Studio tidak akan dilakukan secara gegabah. Kami tidak akan melangkah sebelum semua proses 'clear'. Makanya, kami akan ajak semua pihak terkait untuk berdiskusi dan berembuk," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi mengapresiasi langkah Wali kota yang mau turun langsung untuk berkomunikasi dan mendengarkan aspirasi masyarakat dalam suasana diskusi yang demokratis.
"Kami akan terus mengawal kebijakan Pemkot Semarang agar bermanfaat. Makanya, nanti akan dilakukan kajian-kajian lebih lanjut terkait dengan rencana pembangunan Trans Studio dari berbagai aspek," katanya.
Hadir dalam dialog itu, dari kalangan seniman antara lain penyair Timur Sinar Suprabana, budayawan Djawahir Muhammad, bahkan Didik Nini Thowok yang dikenal sebagai seniman serba bisa juga menyempatkan hadir.
Para seniman, budayawan, dan masyarakat secara bergantian menyampaikan "unek-uneknya" atas rencana pembangunan Trans Studio di kompleks TBRS Semarang, meliputi wahana Wonderia dengan total sembilan hektare.
Mereka menyampaikan argumen kesetujuan dan ketidaksetujuannya di hadapan Wali kota, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi, dan Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase) Mulyo Hadi Purnomo yang duduk berdampingan.
Setelah mendapatkan giliran, Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi menyampaikan apresiasinya atas berbagai "unek-unek", baik yang setuju maupun tidak setuju dengan rencana pembangunan Trans Studio di kompleks TBRS.
"Saya melihat pro-kontra yang muncul (rencana pembangunan Trans Studio) tidak lebih karena kurangnya sosialisasi sampai muncul anggapan TBRS akan digusur. Pemahaman itu 'seko ngendi' (dari mana)?" katanya.
Hendi tidak ingin mempermasalahkan pada siapa yang setuju dan tidak setuju, melainkan bagaimana agar TBRS sebagai aset milik Pemerintah Kota Semarang itu dikelola secara optimal untuk ruang berekspresi seniman.
"Rencananya, Trans Studio dibangun di wahana Wonderia yang masih bagian kompleks TBRS. Makanya saya ingin dengar masukan. Kalau inginnya hanya dibangun di Wonderia, TBRS jangan diutak-utik, silakan," katanya.
Namun, kata dia, seandainya para seniman ingin Trans Studio nantinya terintegrasi dengan kegiatan seni budaya di TBRS juga didukung, sebab pihaknya tidak ingin mematikan atau menggusur tempat berkreasi seniman.
Makanya, Hendi mengatakan akan segera mengundang perwakilan seniman, komunitas, dan tokoh masyarakat untuk secara khusus mendiskusikan rencana pembangunan Trans Studio, sekaligus mempertemukannya dengan investornya.
"Pembangunan Trans Studio tidak akan dilakukan secara gegabah. Kami tidak akan melangkah sebelum semua proses 'clear'. Makanya, kami akan ajak semua pihak terkait untuk berdiskusi dan berembuk," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi mengapresiasi langkah Wali kota yang mau turun langsung untuk berkomunikasi dan mendengarkan aspirasi masyarakat dalam suasana diskusi yang demokratis.
"Kami akan terus mengawal kebijakan Pemkot Semarang agar bermanfaat. Makanya, nanti akan dilakukan kajian-kajian lebih lanjut terkait dengan rencana pembangunan Trans Studio dari berbagai aspek," katanya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024