Kini persebaran soto lamongan atau surabaya hampir merata di tengah hingga pinggiran Ibu Kota Jawa Tengah ini. Mayoritas soto lamongan ini masih bertempur di kelas festival alias di level kaki lima/pinggir jalan.

Modal soto lamongan sukses merebut konsumen sudah jelas. Porsi jauh lebih banyak, irisan ayam lebih tebal, serta harganya ramah rupiah. Inilah yang menjadi kelebihan soto lamongan.

Untuk ukuran lambung orang normal, semangkok soto lamongan sudah mengenyangkan. Beda dengan soto semarang yang rata-rata mangkoknya lebih kecil sehingga sering lambung masih menagih untuk tambah semangkok lagi.

Kalau malu dengan pembeli sebelah, solusinya santap semangkok plus tiga perkedel. Kalau belum kenyang juga, sebaiknya konsultasi ke ahli gizi untuk mengukur seberapa banyak kalori yang Anda butuhkan.

Bagaimana soto lamongan bisa menjadi pesaing serius soto semarang? Selain memiliki nilai plus porsi lebih banyak, suwiran ayam lebih tebal, dan harga terjangkau, dari sisi rasa soto lamongan lebih kaya.

Bubuk koya yang ditaburkan di atas soto itulah yang sering bikin kangen untuk kembali ke warung soto lamongan. Irisan telur rebus -- meski porsinya sedikit -- juga menambah asupan protein ke tubuh.

Di mana bisa menikmati soto lamongan yang lezat di Semarang? Setidaknya ada tiga kedai yang layak direkomendasikan. Pertama Pak Kumis di Jalan Kartini, kemudian Soto Surabaya di Jalan Ki Mangunsarkoro, serta soto Mas Fatkhur di Jalan Kedungmundu.

Seperti halnya masakan penyet asal Lamongan yang sukses merambah ke berbagai daerah, soto lamongan diam-diam menghanyutkan. Jenis masakan ini bakal memanen sukses seperti penyetan.