Studi: Insomnia Bisa Perparah Sakit Kepala
Senin, 4 Mei 2015 17:16 WIB
Dalam studi itu para peneliti dari Norwegia mengukur sensitivitas nyeri pada lebih dari 10 ribu orang dewasa. yang bergabung dalam salah satu studi kesehatan di Norwegia sejak 1974.
Hasil studi menunjukkan, orang yang menderita insomnia cenderung mengalami sakit kepala dibandingkan mereka yang tidak memiliki masalah tidur. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sakit kepala kronis dan insomnia meningkat tingkat nyerinya.
Menurut para peneliti, sensitivitas nyeri berhubungan dengan jumlah waktu tidur.
"Temuan studi memperlihatkan, perlunya penderita sakit kepala kronis memperbaiki waktu tidur," tutur penulis studi dari Norwegian Institute of Public Health di Bergen, Norway, Borge Sivertsen.
Dalam studi, para peneliti bertanya pada partisipan mengenai pengalaman insomnianya dan berapa lama yang mereka butuhkan untuk dapat tidur.
Mereka juga meminta partisipan mencelupkan tangannya ke air dingin (bersuhu 3 derajat Celcius) selama 106 detik, untuk menguji toleransinya terhadap nyeri. Semakin awal orang mengangkat tangannya dari air maka semakin rendah toleransinya terhadap nyeri (sakit kepala).
Peneliti menemukan, sekitar 10,5 persen partisipan mengalami insomnia.
Kemudian, 42 persen penderita insomnia mengangkat tangannya dari air kurang dari 106 detik. Hal ini menunjukkan, peningkatakan sensitivitas nyeri lebih besar pada mereka yang mengalami insomnia berat.
Para peneliti mengatakan, kombinasi insomnia berat dan sakit kepala kronis menciptakan efek yang lebih besar pada nyeri. Demikian seperti dilansir LiveScience.
Hasil studi menunjukkan, orang yang menderita insomnia cenderung mengalami sakit kepala dibandingkan mereka yang tidak memiliki masalah tidur. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sakit kepala kronis dan insomnia meningkat tingkat nyerinya.
Menurut para peneliti, sensitivitas nyeri berhubungan dengan jumlah waktu tidur.
"Temuan studi memperlihatkan, perlunya penderita sakit kepala kronis memperbaiki waktu tidur," tutur penulis studi dari Norwegian Institute of Public Health di Bergen, Norway, Borge Sivertsen.
Dalam studi, para peneliti bertanya pada partisipan mengenai pengalaman insomnianya dan berapa lama yang mereka butuhkan untuk dapat tidur.
Mereka juga meminta partisipan mencelupkan tangannya ke air dingin (bersuhu 3 derajat Celcius) selama 106 detik, untuk menguji toleransinya terhadap nyeri. Semakin awal orang mengangkat tangannya dari air maka semakin rendah toleransinya terhadap nyeri (sakit kepala).
Peneliti menemukan, sekitar 10,5 persen partisipan mengalami insomnia.
Kemudian, 42 persen penderita insomnia mengangkat tangannya dari air kurang dari 106 detik. Hal ini menunjukkan, peningkatakan sensitivitas nyeri lebih besar pada mereka yang mengalami insomnia berat.
Para peneliti mengatakan, kombinasi insomnia berat dan sakit kepala kronis menciptakan efek yang lebih besar pada nyeri. Demikian seperti dilansir LiveScience.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016