WHO Nyatakan Liberia Bebas Penularan Virus Ebola
Minggu, 10 Mei 2015 9:24 WIB
Petugas medis membawa James Dorbor (8), yang diduga mengidap Ebola, ke dalam fasilitas perawatan di Monrovia, Liberia, dalam foto karya Daniel Berehulak yang diambil tanggal 5 September 2014 ini. Daniel Berehulak meraih Penghargaan Pulitzer untuk Fot
WHO mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa terhentinya penularan tersebut adalah prestasi besar bagi satu negara yang sebelumnya melaporkan jumlah paling banyak kematian akibat wabah yang paling besar, paling lama, dan paling rumit sejak Ebola pertama kali muncul pada 1976.
Saat terjadi puncak penularan pada Agustus dan September 2014, negara itu melaporkan terjadi sebanyak 300 sampai 400 kasus baru setiap pekan.
WHO menyatakan hal itu merupakan prestasi bagi pemerintah dan rakyat Liberia. Rakyat dan pemerintah Liberia, disebutkan, telah menunjukkan tekad untuk mengalahkan Ebola yang tak pernah pudar.
Para dokter dan perawat terus merawat pasien, bahkan ketika saat pasokan perlengkapan perlindungan diri dan pelatihan yang dimilikinya tak memadai, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Secara keseluruhan, 375 pekerja kesehatan tertular dan 189 kehilangan nyawa mereka.
Relawan lokal, yang bekerja di pusat perawatan, pada tim pemakaman, atau sebagai pengemudi ambulans, dinilai memiliki tanggung-jawab yang tinggi untuk mengakhiri Ebola serta membawa kembali harapan bagi rakyat negeri tersebut.
Saat jumlah kasus meningkat drastis, bantuan internasional mulai mengalir ke negeri itu. Semua upaya tersebut mendorong jumlah kasus Ebola turun menjadi nol.
Kasus terakhir di Liberia adalah seorang perempuan di Daerah Monrovia, yang terserang gejala pada 20 Maret dan meninggal pada 27 Maret. Sumber penularannya masih diselidiki.
Sebanyak 332 orang yang mungkin telah berhubungan dengan pasien itu diidentifikasi dan dipantau secara seksama. Tak seorang pun memperlihatkan gejala, dan semuanya telah diperkenankan pulang dari rumah sakit.
Walau demikian, para pejabat kesehatan tetap melakukan pengawasan seksama untuk memantau kasus baru. Selama April, lima laboratorium yang memusatkan perhatian pada Ebola di negeri tersebut memeriksa sebanyak 300 sampel setiap pekan. Semua hasil pemeriksaan itu negatif.
Meskipun WHO yakin bahwa penularan telah terhenti di Liberia, wabah tersebut masih menyerang di negara tetangganya, Guinea dan Sierra Leone, sehingga menciptakan resiko tinggi bahwa orang yang tertular mungkin menyeberang ke dalam wilayah Liberia melewati penjagaaan perbatasan yang sangat longgar di wilayah itu.
Saat terjadi puncak penularan pada Agustus dan September 2014, negara itu melaporkan terjadi sebanyak 300 sampai 400 kasus baru setiap pekan.
WHO menyatakan hal itu merupakan prestasi bagi pemerintah dan rakyat Liberia. Rakyat dan pemerintah Liberia, disebutkan, telah menunjukkan tekad untuk mengalahkan Ebola yang tak pernah pudar.
Para dokter dan perawat terus merawat pasien, bahkan ketika saat pasokan perlengkapan perlindungan diri dan pelatihan yang dimilikinya tak memadai, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Secara keseluruhan, 375 pekerja kesehatan tertular dan 189 kehilangan nyawa mereka.
Relawan lokal, yang bekerja di pusat perawatan, pada tim pemakaman, atau sebagai pengemudi ambulans, dinilai memiliki tanggung-jawab yang tinggi untuk mengakhiri Ebola serta membawa kembali harapan bagi rakyat negeri tersebut.
Saat jumlah kasus meningkat drastis, bantuan internasional mulai mengalir ke negeri itu. Semua upaya tersebut mendorong jumlah kasus Ebola turun menjadi nol.
Kasus terakhir di Liberia adalah seorang perempuan di Daerah Monrovia, yang terserang gejala pada 20 Maret dan meninggal pada 27 Maret. Sumber penularannya masih diselidiki.
Sebanyak 332 orang yang mungkin telah berhubungan dengan pasien itu diidentifikasi dan dipantau secara seksama. Tak seorang pun memperlihatkan gejala, dan semuanya telah diperkenankan pulang dari rumah sakit.
Walau demikian, para pejabat kesehatan tetap melakukan pengawasan seksama untuk memantau kasus baru. Selama April, lima laboratorium yang memusatkan perhatian pada Ebola di negeri tersebut memeriksa sebanyak 300 sampel setiap pekan. Semua hasil pemeriksaan itu negatif.
Meskipun WHO yakin bahwa penularan telah terhenti di Liberia, wabah tersebut masih menyerang di negara tetangganya, Guinea dan Sierra Leone, sehingga menciptakan resiko tinggi bahwa orang yang tertular mungkin menyeberang ke dalam wilayah Liberia melewati penjagaaan perbatasan yang sangat longgar di wilayah itu.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen daftar DPD, KPU nyatakan berkas penuhi persyaratan
02 January 2023 14:28 WIB, 2023
PDPI nyatakan asap rokok jadi faktor utama terjadinya penyakit paru
24 September 2021 13:04 WIB, 2021
Pemkot Surakarta nyatakan belum ada arahan untuk penyaluran bansos produktif
28 January 2021 16:30 WIB, 2021
Ratusan ASN Pemkab Jember nyatakan mosi tidak percaya kepada Bupati
30 December 2020 14:43 WIB, 2020
Soal tawaran Risma jadi Mensos, PDIP nyatakan itu kewenangan Presiden
15 December 2020 10:16 WIB, 2020
KPU Solo: Administrasi persayaratan Gibran lengkap, Teguh perlu perbaikan
14 September 2020 18:01 WIB, 2020