Legislator: Beredarnya Beras Sintetis Mendompleng Impor Beras Premium
Kamis, 21 Mei 2015 16:39 WIB
Wakil Ketua Komisi IV DPR, Ibnu Multazam. (www.antaranews.com/Zul Sikumbang)
"Saya kira semua harus dicek di laboratorium meskipun beras premium karena ini produk pangan. Saya gak tahu importir beras premium itu dianggap jujur semuanya, lalu berasnya hanya diliat secara kasat mata saja dan diloloskan begitu saja. Jadi tidak ada pengecualian lagi," kata dia, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis.
"Saya menduga di Bea Cukai dan Badan Karantina tidak mengetes atau mengecek beras premium," imbuhnya.
Katanya, beredarnya beras sintetis tersebut mendompleng impor beras premium itu.
"Faktanya ada. Makanya Bea Cukai dan Badan Karantina harus mengecek di lab meskipun sudah importir yang diberlakukan khusus itu sering mengimpor beras premium," kata politisi PKB itu.
Ia menambahkan, Komisi IV dan VI DPR akan melakukan koordinasi guna meninjau beras sintetis yang sudah beredar di pasaran.
"Kita akan lakukan koordinasi dengan Komisi VI DPR supaya ada operasi pasar untuk melihat dan mendeteksi apakah benar sudah beredar di semua pasar. Kalau sudah beredar, harus segera ditarik dari peredaran karena barang itu berbahaya," ujar Ibnu.
Oleh karena itu, ia meminta kepada Bea Cukai dan Badan Karantina untuk lebih memaksimalkan kerja tanpa pandang bulu.
"Saya kira aparat di Bea Cukai dan Badan Karantina mestinya lebih dulu diteliti untuk melihat barang-barang masuk di pelabuhan itu," katanya.
"Kalau sudah beredar di pasar, maka itu BPOM dan polisi untuk pengawasan. Tapi barang masuk itu, itu bea cukai dan karantina. Kalau tidak sesuai dengan manifes, misalnyammanifesnya beras premium, tapi diketahui bahwa itu beras sintetis," demikian Multazam.
"Saya menduga di Bea Cukai dan Badan Karantina tidak mengetes atau mengecek beras premium," imbuhnya.
Katanya, beredarnya beras sintetis tersebut mendompleng impor beras premium itu.
"Faktanya ada. Makanya Bea Cukai dan Badan Karantina harus mengecek di lab meskipun sudah importir yang diberlakukan khusus itu sering mengimpor beras premium," kata politisi PKB itu.
Ia menambahkan, Komisi IV dan VI DPR akan melakukan koordinasi guna meninjau beras sintetis yang sudah beredar di pasaran.
"Kita akan lakukan koordinasi dengan Komisi VI DPR supaya ada operasi pasar untuk melihat dan mendeteksi apakah benar sudah beredar di semua pasar. Kalau sudah beredar, harus segera ditarik dari peredaran karena barang itu berbahaya," ujar Ibnu.
Oleh karena itu, ia meminta kepada Bea Cukai dan Badan Karantina untuk lebih memaksimalkan kerja tanpa pandang bulu.
"Saya kira aparat di Bea Cukai dan Badan Karantina mestinya lebih dulu diteliti untuk melihat barang-barang masuk di pelabuhan itu," katanya.
"Kalau sudah beredar di pasar, maka itu BPOM dan polisi untuk pengawasan. Tapi barang masuk itu, itu bea cukai dan karantina. Kalau tidak sesuai dengan manifes, misalnyammanifesnya beras premium, tapi diketahui bahwa itu beras sintetis," demikian Multazam.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
PLN ingatkan masyarakat waspadai beredarnya situs lowongan kerja palsu
08 December 2020 16:00 WIB, 2020
Berikut klarifikasi PLN terkait beredarnya video pemerasan oleh petugas
30 June 2020 18:01 WIB, 2020
Prabowo ke Dubai, Fadli Zon pertanyakan beredarnya manifes penumpang pesawat
29 May 2019 14:29 WIB, 2019
Politisi Gerindra nilai Dampak Beredarnya Beras Sintetis Sangat Signifikan
21 May 2015 16:32 WIB, 2015
Legislator: Beredarnya Beras Plastik, Bukti Pemerintah Lalai Awasi Izin Impor Beras
21 May 2015 11:53 WIB, 2015
Terpopuler - Umum
Lihat Juga
Kak Seto Minta Dinsos Awasi Panti agar tidak Terjadi Tindak Kekerasan
31 January 2017 15:39 WIB, 2017
Ketinggian Air Bengawan Solo di Lamongan Siaga I , Daerah Hilir diminta Waspada
31 January 2017 11:31 WIB, 2017
Khofifah Bangga Lahir dari "Rahim" NU Dibesarkan dalam Tradisi Organisasi Islam
31 January 2017 11:22 WIB, 2017
Menlu: 24 Jenazah Korban Kapal sudah Ditemukan, Delapan Siap Dipulangkan
27 January 2017 18:48 WIB, 2017
Menlu Pastikan Endah Cakrawati menjadi Korban Pesawat Jatuh di Australia
27 January 2017 17:38 WIB, 2017