Amerika Latin Cerca "Gerombolan Bajingan Tua" FIFA
Kamis, 28 Mei 2015 14:19 WIB
Presiden Uruguay Jose Mujica menyebut FIFA sebagai "gerombolan bajingan tua" (Reuters)
Sikap umum Amerika Latin yang justru menjadi asal dari para pejabat teras FIFA yang ditangkap kemarin itu sendiri terhadap badan sepak bola dunia tersebut sangat antipati.
Presiden Uruguay Jose Mujica bahkan menyebut FIFA sebagai manga de viejos hijos de puta (gerombolan bajingan tua).
"Seharusnya ini sudah dilakukan dari dulu," kata Wilson Suares (66), penjual koran di Rio de Janeiro yang menjadi tuan rumah final Piala Dunia 2014 lalu. "Orang-orang itu ada di sana hanya untuk mencuri."
Padahal para pejabat yang ditangkap polisi kemarin itu kebanyakan berasal dari Amerika Latin. Mereka adalah Jeffrey Webb, wakil presiden FIFA, presiden CONCACAF dan bos sepak bola Kepulauan Cayman; Eduardo Li yang mengetuai federasi sepak bola Kosta Rika; Julio Rocha yang mengepalai federasi sepak bola Nicaragua; Eugenio Figueredo yang menjadi wakil presiden FIFA dan pernah mengetuai federasi sepak bola Uruguay; Rafael Esquivel yang menjadi bos sepak bola Venezuela; Jose Maria Marin yang pernah mengetuai federasi sepak bola Brasil; dan Costas Takkas yang menjadi salah satu pejabat CONCACAF.
"Sayang bukan polisi kami yang menangkap mereka, tetapi orang memang harus menangkap mereka. Para pencoleng ini harus masuk bui," kata mantan bintang sepak bola Brasil Romario yang turut mengantarkan negaranya menjadi juara Piala Dunia 1994 seperti dikutip Reuters.
Para pejabat korup sepak bola dan FIFA itu didakwa melakukan penyuapan dan pencucian uang. Banyak penggemar dan pemain sepak bola Amerika Latin dan Karibia sudah lama meyakini para pengurus FIFA memang hanya memperkaya diri mereka sendiri di atas keringat para penggemar dan pesepakbola.
"Kami punya FIFA dengan (gaji) jutaan dolar AS, sedangkan para pemain sepak bola di Uruguay, di Kosta Rika, berpenghasilan hanya sekitar 150 dolar AS (Rp1,9 juta) sebulan," kata legenda Argentina Diego Maradona yang mengaku menikmati berita ditangkapnya para pejabat korup FIFA tersebut.
Presiden Brasil Dilma Rousseff menyatakan investigasi terhadap FIFA semestinya membuat sepak bola setempat lebih profesional, sedangkan Kosta Rika menyatakan akan menggelar penyelidikannya sendiri. Lain halnya dengan Presiden Bolivia Evo Morales menyebut bos-bos FIFA seharusnya membaktikan hidup untuk sepak bola, bukan malah memperkaya diri sendiri.
Sedangkan kalangan media tak kalah geramnya menyaksikan ulah rakus para pembesar FIFA itu, antara lain wartawan Chile Cristobal Guarello yang mengeluarkan tulisan kolom berjudul "FIFA Nostra" yang mengolok-olok para pembesar korup FIFA itu sebenarnya punya alasan bagus untuk merasa tidak puas.
"Interpol telah menangkap mereka karena melakukan apa yang mereka selalu lakukan tanpa cela: berlagak sebagai orang penting dalam dunia sepak bola profesional. Semua tuduhan yang mereka hadapi (penyuapan dan pencucian uang) adalah unsur-unsur sehari-hari aktivitas mereka," tulis dia seperti dikutip The Guardian.
Sementara itu banyak penggemar sepak bola di Amerika Latin yang menyerukan aksi melawan Presiden FIFA Sepp Blatter. "Dia harus angkat kaki, dia perlu kartu merah," kata Juan Escobedo Martinez (75), penjual makanan cepat saji taco di Mexico City.
Presiden Uruguay Jose Mujica bahkan menyebut FIFA sebagai manga de viejos hijos de puta (gerombolan bajingan tua).
"Seharusnya ini sudah dilakukan dari dulu," kata Wilson Suares (66), penjual koran di Rio de Janeiro yang menjadi tuan rumah final Piala Dunia 2014 lalu. "Orang-orang itu ada di sana hanya untuk mencuri."
Padahal para pejabat yang ditangkap polisi kemarin itu kebanyakan berasal dari Amerika Latin. Mereka adalah Jeffrey Webb, wakil presiden FIFA, presiden CONCACAF dan bos sepak bola Kepulauan Cayman; Eduardo Li yang mengetuai federasi sepak bola Kosta Rika; Julio Rocha yang mengepalai federasi sepak bola Nicaragua; Eugenio Figueredo yang menjadi wakil presiden FIFA dan pernah mengetuai federasi sepak bola Uruguay; Rafael Esquivel yang menjadi bos sepak bola Venezuela; Jose Maria Marin yang pernah mengetuai federasi sepak bola Brasil; dan Costas Takkas yang menjadi salah satu pejabat CONCACAF.
"Sayang bukan polisi kami yang menangkap mereka, tetapi orang memang harus menangkap mereka. Para pencoleng ini harus masuk bui," kata mantan bintang sepak bola Brasil Romario yang turut mengantarkan negaranya menjadi juara Piala Dunia 1994 seperti dikutip Reuters.
Para pejabat korup sepak bola dan FIFA itu didakwa melakukan penyuapan dan pencucian uang. Banyak penggemar dan pemain sepak bola Amerika Latin dan Karibia sudah lama meyakini para pengurus FIFA memang hanya memperkaya diri mereka sendiri di atas keringat para penggemar dan pesepakbola.
"Kami punya FIFA dengan (gaji) jutaan dolar AS, sedangkan para pemain sepak bola di Uruguay, di Kosta Rika, berpenghasilan hanya sekitar 150 dolar AS (Rp1,9 juta) sebulan," kata legenda Argentina Diego Maradona yang mengaku menikmati berita ditangkapnya para pejabat korup FIFA tersebut.
Presiden Brasil Dilma Rousseff menyatakan investigasi terhadap FIFA semestinya membuat sepak bola setempat lebih profesional, sedangkan Kosta Rika menyatakan akan menggelar penyelidikannya sendiri. Lain halnya dengan Presiden Bolivia Evo Morales menyebut bos-bos FIFA seharusnya membaktikan hidup untuk sepak bola, bukan malah memperkaya diri sendiri.
Sedangkan kalangan media tak kalah geramnya menyaksikan ulah rakus para pembesar FIFA itu, antara lain wartawan Chile Cristobal Guarello yang mengeluarkan tulisan kolom berjudul "FIFA Nostra" yang mengolok-olok para pembesar korup FIFA itu sebenarnya punya alasan bagus untuk merasa tidak puas.
"Interpol telah menangkap mereka karena melakukan apa yang mereka selalu lakukan tanpa cela: berlagak sebagai orang penting dalam dunia sepak bola profesional. Semua tuduhan yang mereka hadapi (penyuapan dan pencucian uang) adalah unsur-unsur sehari-hari aktivitas mereka," tulis dia seperti dikutip The Guardian.
Sementara itu banyak penggemar sepak bola di Amerika Latin yang menyerukan aksi melawan Presiden FIFA Sepp Blatter. "Dia harus angkat kaki, dia perlu kartu merah," kata Juan Escobedo Martinez (75), penjual makanan cepat saji taco di Mexico City.
Pewarta : Antaranews
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Dua pekerja meninggal tersengat listrik, waralaba McDonald di Amerika Latin disebut langgar aturan
27 December 2019 16:12 WIB, 2019