Ritual diawali dengan diarak rigen raksasa berukuran 4,25 meter kali 10,5 meter dari lapangan Kledung ke lokasi ritual, di belakangnya puluhan tumpeng dibawa ke lokasi ritual. Beberapa kelompok kesenian dan puluhan rigen juga meramaikan kegiatan tahunan tersebut.

Rigen adalah sebuah wadah yang digunakan untuk menjemur tembakau rajangan yang terbuat dari anyaman bambu.

Setelah peserta arak-arakan berkumpul di lokasi ritual, kemudian dilakukan mujahadah dipimpin Kiai Munawir dari Wonosobo. Setelah berdoa, tumpeng dibagikan pada warga dan masing-masing kelompok kesenian melakukan pentas.

Bupati Temanggung Bambang Sukarno mengatakan ruwat rigen sebagai permohonan pada Tuhan YME agar hasil tembakau tahun ini bisa lebih baik dengan harga tinggi.

"Kami berdoa semoga hasil panen tembakau baik dan kesejahteraan petani meningkat," katanya.

Camat Kledung Joko Prasetyo mengatakan ruwat rigen dalam Festival Kledung ini sebagai syukur pada Tuhan atas segala nikmat yang diberikan. Kledung yang berada di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing ini merupakan daerah penghasil tembakau.

"Festival ini diikuti petani dan pelaku seni tradisional sebagai upaya pelestarian seni budaya." katanya.

Ia menyebutkan arak-arakan diikuti perwakilan dari 13 desa yang ada di Kecamatan Kledung. Selain ditampilkan kesenian tradisional, pada festival kali ini juga diselenggarakan lomba kuliner perwakilan dari 20 kecamatan di Temanggung.