Bulan Terluar Pluto Terus Berguling dan Berbalik Saat Imbangi Kekuatan Grativikasi Planet
Kamis, 4 Juni 2015 17:05 WIB
Lima bulan Pluto yang terlihat dari observasi Teleskop Hubble NASA. (NASA/M. Showalter)
"Kelihatannya seperti Pluto dan Charon adalah dua beban di ujung dumbel, dua beban yang sangat tidak seimbang, dan dumbel itu berotasi. Empat bulan lainnya bereaksi terhadap medan gravitasi dua objek itu," kata astronom Mark Showalter dari SETI Institute di Mountain View, California.
Hasil studi yang dimuat di jurnal mingguan Nature itu membantu para ilmuwan mengetahui bagaimana Pluto dan rombongan bulan pengiringnya terbentuk dan memberi gambaran tentang asal sistem tata surya.
Simulasi komputer terhadap Nix, salah satu bulan Pluto, berdasarkan gambar-gambar yang diambil teleskop antariksa Hubble menunjukkan bulan itu seperti jatuh, berguling dan terbalik.
"Ini dunia yang sangat aneh. Kau benar-benar tidak akan tahu apakah matahari muncul besok. Matahari mungkin terbit di barat, lalu tenggelam di timur... atau bahkan utara," kata Showalter seperti dilansir kantor berita Reuters.
"Jika kau punya real estate di kutub utara Nix, kau mungkin tiba-tiba suatu hari kita menemukan kau berada di kutub selatan," tambah Showalter, yang melakukan studi dengan Douglas Hamilton dari University of Maryland.
Pluto dulu dianggap sebagai planet kesembilan dalam sistem tata surya, tapi gelarnya dicabut pada 2006 setelah astronom menemukan beberapa benda serupa di daerah Sabuk Kuiper, sekitar 50 kali lebih jauh dari matahari daripada Bumi.
Bahkan sebelum penurunan pangkatnya, Pluto dianggap aneh sebagai planet dengan diameter hanya 2.350 kilometer, lebih kecil dari bulan Bumi, dan mengelilingi matahari dengan orbit miring berbentuk oval yang kadang mencapai bagian dalam jalur planet tetangganya, Neptunus.
Para ilmuwan menduga Pluto, Charon dan empat bintang kecil lainnya yang semuanya ditemukan dalam citra-citra Hubble setelah peluncuran New Horizons, terbentuk setelah tabrakan dua objek ber-es pada zaman kuno.
Teori itu akan diuji dengan bukti-bukti baru dari jatuh dan bergulingnya bulan-bulannya dan pengamatan New Horizon.
Pesawat antariksa New Horizon milik NASA akan terbang pada jarak sekitar 12.500 kilometer dari Pluto pada 14 Juli.
New Horizons, yang diluncurkan pada Januari 2006, akan menjadi pesawat antariksa pertama yang mengunjungi Pluto.
Pesawat antariksa itu selanjutnya akan menuju Sabuk Kuiper sebagai objek perlintasan kedua pada 2019.
Hasil studi yang dimuat di jurnal mingguan Nature itu membantu para ilmuwan mengetahui bagaimana Pluto dan rombongan bulan pengiringnya terbentuk dan memberi gambaran tentang asal sistem tata surya.
Simulasi komputer terhadap Nix, salah satu bulan Pluto, berdasarkan gambar-gambar yang diambil teleskop antariksa Hubble menunjukkan bulan itu seperti jatuh, berguling dan terbalik.
"Ini dunia yang sangat aneh. Kau benar-benar tidak akan tahu apakah matahari muncul besok. Matahari mungkin terbit di barat, lalu tenggelam di timur... atau bahkan utara," kata Showalter seperti dilansir kantor berita Reuters.
"Jika kau punya real estate di kutub utara Nix, kau mungkin tiba-tiba suatu hari kita menemukan kau berada di kutub selatan," tambah Showalter, yang melakukan studi dengan Douglas Hamilton dari University of Maryland.
Pluto dulu dianggap sebagai planet kesembilan dalam sistem tata surya, tapi gelarnya dicabut pada 2006 setelah astronom menemukan beberapa benda serupa di daerah Sabuk Kuiper, sekitar 50 kali lebih jauh dari matahari daripada Bumi.
Bahkan sebelum penurunan pangkatnya, Pluto dianggap aneh sebagai planet dengan diameter hanya 2.350 kilometer, lebih kecil dari bulan Bumi, dan mengelilingi matahari dengan orbit miring berbentuk oval yang kadang mencapai bagian dalam jalur planet tetangganya, Neptunus.
Para ilmuwan menduga Pluto, Charon dan empat bintang kecil lainnya yang semuanya ditemukan dalam citra-citra Hubble setelah peluncuran New Horizons, terbentuk setelah tabrakan dua objek ber-es pada zaman kuno.
Teori itu akan diuji dengan bukti-bukti baru dari jatuh dan bergulingnya bulan-bulannya dan pengamatan New Horizon.
Pesawat antariksa New Horizon milik NASA akan terbang pada jarak sekitar 12.500 kilometer dari Pluto pada 14 Juli.
New Horizons, yang diluncurkan pada Januari 2006, akan menjadi pesawat antariksa pertama yang mengunjungi Pluto.
Pesawat antariksa itu selanjutnya akan menuju Sabuk Kuiper sebagai objek perlintasan kedua pada 2019.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Pangdam: Prajurit TNI yang ada di Pulau Terluar adalah Prajurit Pilihan
26 April 2017 18:43 WIB, 2017
Susi: Verifikasi Pulau-Pulau Terluar dilakukan Agar tidak ada yang Diambil Asing
03 February 2017 13:19 WIB, 2017
TNI AD Tambah Personil dan Peralatan untuk Jaga Perbatasan di Pulau Terluar
08 January 2016 15:29 WIB, 2016