Dalam razia tersebut, personel BNN Kabupaten Purbalingga dibagi menjadi dua tim untuk menyisir beberapa rumah kos yang menjadi target operasi dan meminta seluruh penghuninya untuk melakukan tes urine.

Saat ditemui di sela-sela razia, Kepala BNN Kabupaten Purbalingga Ajun Komisaris Besar Polisi Edy Santosa mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka untuk pemetaan penyalahgunaan narkoba di lingkungan Unwiku.

"Dari delapan titik yang kami kunjungi, ada 87 orang yang mengikuti tes urine, dua orang di antaranya positif benzo. Dua orang yang positif benzo ini nanti kami lakukan 'assessment' karena program dari kami adalah dalam rangka rehabilitasi sehingga mereka akan kami bawa untuk direhab," katanya.

Lebih lanjut, Edy mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemetaan beberapa waktu lalu ditemukan bong (alat untuk menghisap narkoba jenis sabu-sabu, red.) sehingga pihaknya langsung bergerak ke kawasan rumah kos itu dengan melakukan pemantauan pada Kamis (9/7) malam.

Oleh karena tidak membawa peralatan, kata dia, pihaknya tidak bisa menggelar tes urine saat itu juga.

"Kalau semalam bawa alat, kami akan langsung lakukan kegiatan di sini," katanya.

Ia menduga rencana razia di kawasan rumah kos itu bocor karena pihaknya tidak menemukan orang yang menjadi target operasi.

"Memang yang bersangkutan begitu kami cek, tidak ada di tempat. Mungkin yang bersangkutan sedang ada kegiatan di luar," tambahnya.

Dari pantauan, kedatangan tim BNN Kabupaten Purbalingga sempat dipermasalahkan oleh pemilik salah satu rumah kos karena tidak berkoordinasi lebih dulu.

Setelah diberi penjelasan oleh AKBP Edy Santosa, pemilik rumah kos itu mempersilakan petugas BNN melanjutkan kegiatannya dan dia pergi meninggalkan tempat tersebut.

Sementara di salah satu rumah kos, wartawan yang meliput kegiatan razia sempat tercengang karena bangunan itu terlihat dari luar seperti rumah kosong yang tidak pernah terawat.

Akan tetapi setelah masuk melalui pintu garasi yang rusak, di dalamnya ternyata terdapat kamar-kamar kos.

Sejumlah warga yang mengetahui adanya razia di rumah kos itu mengaku senang karena selama ini aktivitas penghuni rumah kos dianggap meresahkan warga.

"Rumah kos itu dihuni laki-laki dan perempuan, campur. Tiap malam selalu ramai, warga pernah menggerebek tapi tetap seperti itu," kata salah seorang warga.