Dari pantauan, para penganut Islam Aboge itu melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Baitussalam atau Masjid Saka Tungal, Dusun Cikakak I, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, yang dipimpin imam Sulam dan khatib Juki.
Dalam khotbah berbahasa Arab, khatib mengajak umat Islam untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan meraih kemenangan di Hari Raya Idul Fitri.
Usai melaksanakan salat Idul Fitri yang dilanjutkan khotbah, para jamaah khususnya yang berada di dalam masjid saling bersalam-salaman dengan berjalan membentuk spiral sambil mengumandangkan salawat berlanggam Jawa.
Sementara sebagian jamaah salat Idul Fitri bersama warga lainnya yang telah berlebaran lebih dulu menunggu di halaman masjid hingga selesainya prosesi salam-salaman itu.
Setelah prosesi salam-salaman itu selesai, seluruh takmir masjid bersama Kepala Desa Cikakak Suyitno berdiri di teras Masjid Baitussalam guna bersilaturahmi dengan seluruh jamaah salat Idul Fitri (penganut Islam Aboge) maupun warga lainnya yang bukan penganut Islam Aboge.
Mereka tampak berjalan sambil menyalami para takmir masjid dan Kepala Desa Cikakak yang selanjutnya berderet mengelilingi halaman masjid guna menerima ucapan selamat Idul Fitri antarsesama jamaah maupun warga yang bukan penganut Islam Aboge.
Rangkaian salat Idul Fitri dan silaturahmi tersebut diakhiri dengan kenduri di dalam masjid guna menikmati hidangan yang dibawa oleh jamaah dari rumahnya masing-masing.
Imam Masjid Baitussalam Sulam mengatakan bahwa kenduri tersebut digelar warga sebagai wujud syukur kepada Allah atas karunia-Nya selama ini.
"Wujud syukur atas terselesaikannya ibadah puasa Ramadhan sampai dengan takbir, kita ucapkan syukur nikmat ini kepada Allah SWT," kata dia yang juga juru kunci Masjid Baitussalam.
Islam Aboge atau Alif-Rebo-Wage (A-bo-ge) konon merupakan aliran yang diajarkan Raden Rasid Sayid Kuning.
Perhitungan yang dipakai aliran Aboge telah digunakan para wali sejak abad ke-14 dan disebarluaskan oleh ulama Raden Rasid Sayid Kuning dari Pajang.
Penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri dari tahun Alif, Ha, Jim Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing.
Dalam hal ini, hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada Jumat Pon (Jimatpon), tahun Za pada Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada Jumat Wage (Jimatge).
Selain itu, penganut Islam Aboge meyakini bahwa tahun 1436 Hijriah merupakan tahun Ha, maka tanggal 1 Muharam jatuh pada hari Minggu/Ahad Pon yang disebut sebagai hari dan pasaran pertama.
Selanjutnya, hari dan pasaran tanggal 1 Muharam itu dijadikan sebagai patokan untuk menentukan hari-hari penting di tahun berjalan dengan menggunakan rumusan-rumusan tertentu, misalnya Waljiro untuk menentukan 1 Syawal.
Rumusan Waljiro (Syawal Siji Loro) mengandung makna jika tanggal 1 Syawal jatuh pada hari pertama pasaran kedua.
Oleh karena tanggal 1 Muharam pada tahun Hijriah jatuh pada hari Minggu Pon, maka tanggal 1 Syawal 1436 Hijriah jatuh pada hari Minggu Wage (Minggu merupakan hari pertama sedangkan Wage merupakan pasaran kedua, red.).
Jika dilihat dalam kalender Masehi, hari Minggu Wage bulan Syawal jatuh pada tanggal 18 Juli 2015.
Penganut Islam Aboge Laksanakan Salat Idul Fitri
Minggu, 19 Juli 2015 11:51 WIB
Ilustrasi- Penganut Islam Aboge sedang melaksanakan ibadah salat (Foto: ANTARA)
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024