"Pasalnya, kemampuan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) masih terbatas sehingga nelayan perlu didorong melakukan penebaran kembali secara mandiri," ujarnya di Jepara, Selasa (4/8).

Upaya menumbuhkan kemandirian masyarakat melakukan penebaran kembali benih rajungan, kata dia, akan diprioritaskan untuk daerah penghasil rajungan.

Pemerintah, kata Slamet Soebjakto, akan membantu nelayan dengan membangun infrastruktur pendukung dalam pembenihan rajungan.

Keberadaan BBPBAP, kata dia, sebagai percontohan, pelatihan dan teknisi, serta dukungan fasilitas lain sehingga nantinya bisa dikerjakan sendiri.

Di kabupaten Demak, lanjut Slamet, akan dibangun tempat pemeliharaan telur atau teknologi hijri skala rumah tangga.

"Paling tidak ada satu atau dua tempat pemeliharaan telur rajungan atau kepiting untuk mendorong masyarakat melakukan penebaran bibit rajungan di laut secara mandiri," ujarnya.

Sejauh ini, kata dia, sarana tersebut memang masih terbatas karena di Pangandaran yang awalnya tersedia, kini lama tidak beroperasi.

Beberapa tempat yang menjadi penghasil rajungan, seperti Tarakan dan Langkat, kata dia, juga belum ada.

Beberapa waktu lalu, BBPBAP Jepara melakukan penebaran 20.000 benih rajungan ke Laut Jepara.

Penebaran puluhan ribu benih rajungan ke laut tersebut sebagai bagian untuk menjaga populasi rajungan di laut yang akhir-akhirnya ini dinilai mulai berkurang.

Benih rajungan yang ditebar ke laut hari tersebut merupakan benih yang berusia 20 hari.