"Mata uang rupiah mulai bergerak menguat terhadap dolar AS setelah terdepresiasi cukup dalam akibat dampak dari kebijakan Tiongkok yang mendevaluasi mata uangnya. Namun, sentimen itu cenderung mulai mereda sehingga rupiah kembali bergerak menguat," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova.

Ia menambahkan bahwa pernyataan Bank Indonesia, yang akan tetap fokus dan mengutamakan menjaga stabilitas makro, cukup memberi harapan kepada pasar nasional.

"Dengan ekonomi yang kondusif maka fluktuasi rupiah akan cenderung positif," katanya.

Sementara itu, Analis dari LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa penguatan rupiah terhadap dolar AS masih cenderung terbatas menyusul masih adanya kekhawatiran pasar mengenai rencana bank sentral Amerika Serikat (the Fed) untuk menaikkan suku bunga (Fed fund rate).

"Salah satu indikator utama the Fed menaikan suku bunganya yakni produk domestik bruto (PDB). Angka PDB AS dinilai sudah sesuai dengan harapan the Fed sehingga potensi suku bunga AS naik pada September berpotensi terjadi," katanya.

Ia mengharapkan menteri-menteri baru dalam kabinet pemerintahan Joko Widodo segera mengeluarkan kebijakan yang mendukung perekonomian Indonesia menjadi lebih baik, sehingga dapat menahan sentimen negatif bagi rupiah yang datangnya dari eksternal.

"Tahun ini hanya tersisa sekitar empat bulan bagi menteri baru untuk menunjukan kinerjanya. Meski pendek diharapkan bisa memberikan harapan baik bagi pasar," katanya.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia rupiah berada pada 13.747 per dolar AS, relatif stabil dibandingkan sebelumnya 13.758 per dolar AS.