Taufiq Ismail Tegaskan Kretek Bukan Warisan Budaya
Rabu, 30 September 2015 17:34 WIB
Taufik Ismail (FOTO ANTARA/Arif Pribadi)
"Merokok kretek bukan budaya asli bangsa Indonesia. Itu cuma akal-akalan korporasi rokok. Tembakau dan cengkeh kan bukan tanaman asli Indonesia," kata Taufiq seusai pertemuan Urun Rembug Para Tokoh Bangsa dalam Membentuk Sumber Daya Manusia yang Cerdas, Sehat dan Tangguh Menghadapi Persaingan Global di Gedung Joeang 45, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu.
Budaya menghisap rokok, kata Taufiq sebenarnya bukan asli Indonesia, itu adalah kebiasaan asing yang dibawa ke Indonesia melalui aktivitas perdagangan.
Taufiq Ismail, yang memiliki pengalaman pribadi kehilangan adik sepupu akibat rokok, menolak dimasukkannya ayat kretek dalam rencana undang-undang (RUU) Kebudayaan.
Menurutnya itu adalah "titipan" pengusaha rokok. "10 orang terkaya di Indonesia itu adalah pengusaha rokok yang rumahnya di California. Saya menyebut mereka bukan pengusaha tapi pembunuh massal." Taufiq menjelaskan salah satu bukti politisi Indonesia sudah menjalin kongkalingkong dengan pengusaha rokok adalah Indonesia tak meratifikasi kerangka kerja pengendalian tembakau (FCTC) badan kesehatan dunia (WHO).
"Dari 80 lebih negara, yang tidak ikut FCTC cuma ada tiga negara termasuk Indonesia dan dua negara Afrika seukurang Jawa Barat. Kalau saya pergi ke kantor perusahaan-perusahaan rokok, di ruang tamunya ditulis: dilarang merokok. Coba, kemunafikan macam mana lagi yang lebih dari itu?"
Taufiq menjelaskan, industri rokok mempunyai dampak mematikan. Menurut WHO, delapan juta orang mati di seluruh dunia akibat paparan asap rokok pada tahun ini. "Di Indonesia, rokok membunuh 400 ribu orang setahun, 1.500 orang sehari. Jadi, saya menolak pasal kretek itu."
Budaya menghisap rokok, kata Taufiq sebenarnya bukan asli Indonesia, itu adalah kebiasaan asing yang dibawa ke Indonesia melalui aktivitas perdagangan.
Taufiq Ismail, yang memiliki pengalaman pribadi kehilangan adik sepupu akibat rokok, menolak dimasukkannya ayat kretek dalam rencana undang-undang (RUU) Kebudayaan.
Menurutnya itu adalah "titipan" pengusaha rokok. "10 orang terkaya di Indonesia itu adalah pengusaha rokok yang rumahnya di California. Saya menyebut mereka bukan pengusaha tapi pembunuh massal." Taufiq menjelaskan salah satu bukti politisi Indonesia sudah menjalin kongkalingkong dengan pengusaha rokok adalah Indonesia tak meratifikasi kerangka kerja pengendalian tembakau (FCTC) badan kesehatan dunia (WHO).
"Dari 80 lebih negara, yang tidak ikut FCTC cuma ada tiga negara termasuk Indonesia dan dua negara Afrika seukurang Jawa Barat. Kalau saya pergi ke kantor perusahaan-perusahaan rokok, di ruang tamunya ditulis: dilarang merokok. Coba, kemunafikan macam mana lagi yang lebih dari itu?"
Taufiq menjelaskan, industri rokok mempunyai dampak mematikan. Menurut WHO, delapan juta orang mati di seluruh dunia akibat paparan asap rokok pada tahun ini. "Di Indonesia, rokok membunuh 400 ribu orang setahun, 1.500 orang sehari. Jadi, saya menolak pasal kretek itu."
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Raisa bawakan "Indonesia Pusaka" dalam perayaan detik-detik proklamasi
17 August 2020 10:36 WIB, 2020
Dibatalkan jadi CPNS, Kementerian: Terjadi diskriminasi terhadap dokter disabilitas
28 July 2019 16:37 WIB, 2019
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016