Indonesia-Jepang Kaji Teknologi Peringatan Dini Gempa
Kamis, 22 Oktober 2015 12:26 WIB
Petugas memeriksa alat deteksi tsunami di stasiun pasang surut sistem peringatan dini tsunami di Simuelue, Aceh, Sabtu (14/4).(FOTO ANTARA/Irsan Mulyadi)
"Awalnya kita akan lakukan riset bersama dulu, untuk bisa memutuskan di mana alat ini harus di pasang. Pemasangannya pun baru untuk uji coba saja," kata Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Wimpie Agoeng Noegroho Aspar di Jakarta, Rabu.
Beberapa lokasi yang menurut dia berpotensi menjadi tempat uji coba teknologi yang dapat melengkapi atau menggantikan teknologi tsunami buoy, yakni bagian selatan Selat Sunda, bagian barat Sumatera Barat, dan bagian selatan perairan Bali yang menurut banyak peneliti merupakan celah seismik di Indonesia.
"Kita butuh alat peringatan dini itu, dengan menggunakan kabel komunikasi bawah laut tentu sistem peringatan dini untuk gempa dan tsunami akan jauh lebih baik," ujar dia.
Menurut dia, kolaborasi itu memungkinkan pembagian data dan pengetahuan tentang teknologi INA-Donet dengan dukungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Koordinator Maritim dan Sumberdaya.
Bersama dengan BPPT, lembaga dan instansi lain yang terkait dengan mitigasi kebencanaan seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga dilibatkan dalam kolaborasi itu.
BPPT, Wimpie menjelaskan, sebenarnya sudah dua dasawarsa bekerja sama dengan Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (JAMSTECH) dan menghasilkan beragam kajian di bidang sains dan teknologi serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.
Ia mengatakan, kolaborasi kali ini dilakukan khusus untuk uji coba sistem peringatan dini dengan teknologi kabel komunikasi bawah laut yang lebih aman dari aksi pencurian dan kerusakan akibat vandalisme.
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Medi Herlianto mengatakan teknologi itu bisa mempercepat respons masyarakat untuk evakuasi saat terjadi gempa dan tsunami namun menekankan bahwa kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana tetap penting.
"Ini alat lebih canggih, sehingga masyarakat bisa lebih cepat lindungi diri dalam proses evakuasi," ujar dia.
Medi mengatakan Indonesia sudah memiliki Rencana Induk Pengurangan Risiko Bencana Tsunami, dan penerapan teknologi seperti INA-Donet untuk pengurangan risiko bencana tsunami bisa masuk dalam rencana tersebut.
Beberapa lokasi yang menurut dia berpotensi menjadi tempat uji coba teknologi yang dapat melengkapi atau menggantikan teknologi tsunami buoy, yakni bagian selatan Selat Sunda, bagian barat Sumatera Barat, dan bagian selatan perairan Bali yang menurut banyak peneliti merupakan celah seismik di Indonesia.
"Kita butuh alat peringatan dini itu, dengan menggunakan kabel komunikasi bawah laut tentu sistem peringatan dini untuk gempa dan tsunami akan jauh lebih baik," ujar dia.
Menurut dia, kolaborasi itu memungkinkan pembagian data dan pengetahuan tentang teknologi INA-Donet dengan dukungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Koordinator Maritim dan Sumberdaya.
Bersama dengan BPPT, lembaga dan instansi lain yang terkait dengan mitigasi kebencanaan seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga dilibatkan dalam kolaborasi itu.
BPPT, Wimpie menjelaskan, sebenarnya sudah dua dasawarsa bekerja sama dengan Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (JAMSTECH) dan menghasilkan beragam kajian di bidang sains dan teknologi serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.
Ia mengatakan, kolaborasi kali ini dilakukan khusus untuk uji coba sistem peringatan dini dengan teknologi kabel komunikasi bawah laut yang lebih aman dari aksi pencurian dan kerusakan akibat vandalisme.
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Medi Herlianto mengatakan teknologi itu bisa mempercepat respons masyarakat untuk evakuasi saat terjadi gempa dan tsunami namun menekankan bahwa kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana tetap penting.
"Ini alat lebih canggih, sehingga masyarakat bisa lebih cepat lindungi diri dalam proses evakuasi," ujar dia.
Medi mengatakan Indonesia sudah memiliki Rencana Induk Pengurangan Risiko Bencana Tsunami, dan penerapan teknologi seperti INA-Donet untuk pengurangan risiko bencana tsunami bisa masuk dalam rencana tersebut.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Kemenag kaji rekognisi alumni pesantren selain gelar Doktor Honoris Causa
28 February 2024 10:49 WIB
Pemerintah kaji pemberian grasi massal untuk narapidana kasus narkoba
12 October 2023 14:12 WIB, 2023
Pemkab Kudus kaji penerapan Perbub PKL mengatur zona larangan jualan
10 October 2023 18:34 WIB, 2023
Pemkab Magelang kaji kerja sama kota kembar dengan Distrik Rupandehi Nepal
12 September 2023 21:32 WIB, 2023