"Kemungkinan gempa itu karena ada migrasi magma ke Gunung Merapi," kata Surono seusai menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi "Pengelolaan Sarana Prasarana Peringatan Dini Daerah Rawan Bencana" di Yogyakarta, Kamis.

Surono menjelaskan gempa tektonik berskala kecil hingga sedang yang selama tiga bulan terakhir (Agustus, September, Oktober) terjadi di Daerah istimewa Yogyakarta kemungkinan mengindikasikan ada magma yang berjalan atau bermigrasi ke arah Gunung Merapi sehingga proses itu mengaktifkan sesar opak.

"Karena perjalanannya (magma) mengganggu sesar opak maka timbullah gempa," kata dia.

Ia mengatakan pengisian magma Gunung Merapi wajar terjadi sebab pascaletusan pada 2010, volume magma di dalam gunung diperkirakan telah jauh berkurang sehingga kini masih proses pengisian ulang.

Dengan kondisi tersebut, menurut Surono, masih membutuhkan waktu yang lama bagi Gunung Merapi untuk kembali mengeluarkan letusan eksplosif yang sama seperti 2006 dan 2010.

"Masih membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan energi guna memunculkan letusan," kata Surono yang akrab disapa mbah Rono itu.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan meningkatnya intensitas gempa yang terjadi di DIY selama tiga bulan terakhir itu disebabkan aktifnya subduksi dua lempeng benua di selatan DIY dan aktifnya sesar atau patahan di daratan.

Berdasarkan catatan BMKG Yogyakarta, kekuatan gempa bumi yang terjadi bervariasi antara 2,5 skala richter (SR) hingga lebih dari 5 SR dengan pusat gempa di laut maupun di darat dan kedalaman bervariasi.

Gempa yang terjadi pada Agustus memiliki kekuatan sebesar 5 SR dan 4,3 SR masing-masing terjadi pada 1 dan 18 Agustus. Sedangkan pada September terjadi empat kali gempa yang terjadi pada 18, 22 dan 24 September. Pada 18 September bahkan terjadi dua kali gempa dengan hanya berselang beberapa menit. Kekuatan gempa yang terjadi sepanjang September tercatat antara 2,6 SR dan 4,6 SR.

Sementara itu, gempa yang terjadi sepanjang Oktober tercatat terjadi pada 4, 12, 13, 19, 22, 26, 28 dan 29 Oktober dengan kekuatan guncangan bervariasi antara 2,5 SR hingga 5,2 SR.