Kawat Gigi bukan Aksesoris Melainkan Alat Kesehatan
Senin, 14 Desember 2015 15:21 WIB
gigi (ANTARA FOTO/DewiFajriani)
"Kawat gigi bukan aksesoris, melainkan alat kesehatan yang merupakan bagian dari perawatan ortodonti. Kalau tidak perlu ya tidak usah," ujar pengurus Ikatan Ortodontis Indonesia (IKORTI) Komda Jaya, drg Dwi Anie Lestari, Sp.Ort, dalam peluncuran sikat gigi dan pasta gigi Formula Orthodontic, di Jakarta, Senin.
Dwi mengatakan, pada dasarnya, kawat gigi digunakan untuk memperbaiki susunan gigi dan estetika wajah. Penggunaannya pun didasarkan pada sejumlah aspek, antara lain maloklusi--suatu keadaan di mana deretan gigi atas dan bawah tidak bertemu atau tidak dalam keadaan baik.
"Maloklusi misalnya seperti gigi berantakan, gigi cameh, gigi renggang, gigi tonggos, gigi gingsul yang sering dianggap pemanis (wajah), padahal itu maloklusi," kata dia.
Bila saat pemeriksaan klinis, radiografi dan lainnya memang ditemukan indikasi maloklusi, sebelum diputuskan pasien mendapat perawatan kawat gigi, dokter perlu memastikan tidak ada masalah pada gigi, semisal gigi berlubang, gigi busuk, gusi bengkak dan sebagainya.
"Ortodontis biasanya akan bertanya dulu pada pasien alasan menggunakan kawat gigi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan klinis. Dilihat giginya seperti apa, adakah lubang di gigi, busuk atau tidak giginya, gusinya mudah bengkak atau tidak. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan radiografis," tutur Dwi.
Saat diagnosa menunjukkan pasien memang mengalami maloklusi, maka penyusunan rencana perawatan menggunakan kawat gigi bisa dilakukan. Sebelumnya, pasien perlu paham kewajibannya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya, di antaranya dengan menggosok gigi secara benar dan mematuhi aturan yang ada.
"Pasien harus bertanggung jawab pada kesehatannya, misalnya menjaga kebersihan mulut, menjaga aturan yang ada. Salah satunya menggosok gigi dengan benar. Kalau dia tidak bisa bertanggung jawab dengan hal itu, kita tidak sarankan dia memakai kawat gigi," pungkas Dwi.
Dwi mengatakan, pada dasarnya, kawat gigi digunakan untuk memperbaiki susunan gigi dan estetika wajah. Penggunaannya pun didasarkan pada sejumlah aspek, antara lain maloklusi--suatu keadaan di mana deretan gigi atas dan bawah tidak bertemu atau tidak dalam keadaan baik.
"Maloklusi misalnya seperti gigi berantakan, gigi cameh, gigi renggang, gigi tonggos, gigi gingsul yang sering dianggap pemanis (wajah), padahal itu maloklusi," kata dia.
Bila saat pemeriksaan klinis, radiografi dan lainnya memang ditemukan indikasi maloklusi, sebelum diputuskan pasien mendapat perawatan kawat gigi, dokter perlu memastikan tidak ada masalah pada gigi, semisal gigi berlubang, gigi busuk, gusi bengkak dan sebagainya.
"Ortodontis biasanya akan bertanya dulu pada pasien alasan menggunakan kawat gigi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan klinis. Dilihat giginya seperti apa, adakah lubang di gigi, busuk atau tidak giginya, gusinya mudah bengkak atau tidak. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan radiografis," tutur Dwi.
Saat diagnosa menunjukkan pasien memang mengalami maloklusi, maka penyusunan rencana perawatan menggunakan kawat gigi bisa dilakukan. Sebelumnya, pasien perlu paham kewajibannya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya, di antaranya dengan menggosok gigi secara benar dan mematuhi aturan yang ada.
"Pasien harus bertanggung jawab pada kesehatannya, misalnya menjaga kebersihan mulut, menjaga aturan yang ada. Salah satunya menggosok gigi dengan benar. Kalau dia tidak bisa bertanggung jawab dengan hal itu, kita tidak sarankan dia memakai kawat gigi," pungkas Dwi.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016