"Siwaratri hendaknya dimaknai sebagai jagra atau melek dengan kehidupan di masa mendatang, menuju masyarakat Bali yang mapan secara ekonomi dan spiritual," kata Ketua PHDI Bali, Prof I Gusti Ngurah Sudiana di Denpasar, Jumat.

Ia berpendapat, ke depan permasalahan keduniawian akan semakin berat dan diharapkan kalangan umat Hindu di Bali semakin matang secara spiritual menghadapi berbagai masalah tersebut.

Sudiana yang juga dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar itu menambahkan, dasar spiritual yang baik dapat membangun pondasi diri yang kokoh dalam rangka bersama sama menjalankan pengabdian.

"Kewajiban dan hal pengabdian ada dua yakni Dharma Agama dan Dharma Negara, kewajiban terhadap agama Hindu dan juga terhadap bangsa dan negara Indonesia," katanya.

Disebutkan bahwa umat Hindu Pulau Dewata memperingati perayaan Hari Suci Siwaratri selama dua hari, 8-9 Januari 2016. "Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga memberikan dispensasi kepada karyawan-karyawati instansi pemerintah dan seluruh jenjang pendidikan," katanya.

Lebih lanjut, ia memaparkan, perayaan Siwaratri setiap tahunnya semakin baik, semarak dan penuh khidmat yang melibatkan umat di masing-masing desa adat.

Selain itu, PHDI Bali juga telah memberikan pedoman baku tentang tata cara pelaksanaan Hari Suci Siwaratri di masing-masing desa adat.

Berkat buku pedoman itu, kata dia, masing-masing desa adat melaksanakan perayaan itu di salah satu pura kayangan tiga, yang sebelum tahun 1980 dilakukan secara perorangan maupun kelompok.

"Perayaan sebelumnya itu itu dilakukan di tanah lapang, pantai atau tempat yang aman, nyaman dan sejuk yang mampu memberikan ketenangan," demikian Sudiana.