BPPT Ciptakan Alat Pantau Hindari Kecelakaan Pesawat di Bandara
Minggu, 17 April 2016 16:03 WIB
Sejumlah petugas mengamati bagian sayap kiri dari pesawat Batik Air dengan nomor registrasi PK-LBS yang mengalami insiden di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (5/4/2016). Pesawat Batik Air Boeing 737-800 rute Halim Perdanakusuma-Ujung Pand
Jakarta, Antara Jateng - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
melalui Pusat Teknologi Elektronika menciptakan inovasi teknologi
navigasi surveillance untuk pemantauan pesawat di bandara, kata Direktur Pusat Teknologi Elektronika BPPT Yudi Purwantoro.
"Teknologi ini mampu memantau pergerakan pesawat dan kendaraan bergerak lainnya di bandara, baik ketika pesawat sedang melakukan approach pendaratan, ketika sudah mendarat, maupun ketika bergerak di sekitar terminal," kata Yudi dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan teknologi baru ini bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya senggolan bodi atau sayap antar pesawat seperti yang terjadi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta beberapa waktu lalu.
Keunggulan teknologi dalam negeri buatan BPPT tersebut ialah harganya yang relatif lebih murah namun tidak mengorbankan kualitas teknologinya.
Alat navigasi ini dirancang menggunakan komponen yang dapat diperoleh di pasaran dan berbasis software open source atau perangkat lunak berbasis terbuka yang disebut mepermudah dalam pemeliharaan.
Yudi menyebutkan inovasi teknologi navigasi surveillance sudah masuk tahap purwarupa dan akan melakukan uji lapangan guna mendapatkan sertifikat. Dia berharap teknologi tersebut siap diaplikasikan setelah sertifikasi dan ada industri nasional yang melakukan komersialisasi.
"Semoga didukung pemangku kebijakan terkait, khususnya dalam hal regulasi. Selain itu juga ada industri nasional yang siap melakukan komersialisasi," kata dia. (T.A071/C/Y008/Y008) 17-04-2016 10:04:34
"Teknologi ini mampu memantau pergerakan pesawat dan kendaraan bergerak lainnya di bandara, baik ketika pesawat sedang melakukan approach pendaratan, ketika sudah mendarat, maupun ketika bergerak di sekitar terminal," kata Yudi dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan teknologi baru ini bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya senggolan bodi atau sayap antar pesawat seperti yang terjadi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta beberapa waktu lalu.
Keunggulan teknologi dalam negeri buatan BPPT tersebut ialah harganya yang relatif lebih murah namun tidak mengorbankan kualitas teknologinya.
Alat navigasi ini dirancang menggunakan komponen yang dapat diperoleh di pasaran dan berbasis software open source atau perangkat lunak berbasis terbuka yang disebut mepermudah dalam pemeliharaan.
Yudi menyebutkan inovasi teknologi navigasi surveillance sudah masuk tahap purwarupa dan akan melakukan uji lapangan guna mendapatkan sertifikat. Dia berharap teknologi tersebut siap diaplikasikan setelah sertifikasi dan ada industri nasional yang melakukan komersialisasi.
"Semoga didukung pemangku kebijakan terkait, khususnya dalam hal regulasi. Selain itu juga ada industri nasional yang siap melakukan komersialisasi," kata dia. (T.A071/C/Y008/Y008) 17-04-2016 10:04:34
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025