Piala Eropa, Buffon Menimba Kekuatan Nilai-Nilai Filosofis Zen
Senin, 30 Mei 2016 15:22 WIB
Kiper Italia Gianluigi Buffon menghadiri konferensi pers di Coverciano, dekat Florence, Selasa (9/10). (REUTERS / Giampiero Sposito)
Roma, Antara Jateng - Penjaga gawang Italia Gianluigi Buffon menegaskan bahwa ajang Piala Eropa 2016 ini "tanpa keraguan" merupakan perhelatan terakhirnya di atmosfer sepak bola Benua Biru.
Penjaga gawang veteran itu kemudian mengutarakan sejumlah pakem dan nilai-nilai filosofis Zen yang berperan dalam perjalangan panjang kariernya di sepak bola, sebagaimana dikutip dari laman UEFA.
Ketika ditanya mengenai tujuan dia menjadi penjaga gawang, ia menjawab, "Saya memulai sebagai pemain depan, sebagaimana diidolakan anak-anak kecil seusia saya. Saya suka mencetak gol karena memang tujuan sepak bola yakni mencetak gol."
"Kemudian usia enam atau tujuh tahun, saya bermain sebagai gelandang atau sebagai pemain sayap. Saya sangat suka menempati posisi ini. Saya berkembang sebagai bocah yang aktif. Ini yang pada akhirnya membawa saya menjadi penjaga gawang."
Mengenai kenangan manis bersama the Azzurri, ia mengatakan, "Saya masih ingat pada Piala Dunia 1982, ketika masih berusia empat tahun, hari-hari ketika masih berada di rumah, berada di rumah paman..."
"Saya ingat ketika masih menyaksikan pertandingan dari atas balkon. Indah rasanya mengekspresikan seluruh kegembiraan dan kekecewaan bersama dengan keluarga."
"Saya senantiasa menerima apa yang sudah digariskan dalam hidup. Saya dapat menerima kekecewaan ketika absen dalam Piala Eropa 2000 karena mengalami cedera beberapa hari sebelum perhelatan itu digelar."
"Setiap apa yang mengecewakan dalam hidup ini senantiasa merupakan proses belajar. Jika anda terbuka terhadap segala peristiwa, maka hal itu menjadi nilai positif," kata Buffon.
"Saya kerapkali kembali ke rumah dengan segudang kekecewaan. Tidak tampil di Piala Eropa membuat saya makin bangga dapat mewakili negeri saya ini. Sejak itu saya kemudian menghargai setiap apa yang saya raih dan capai."
Penjaga gawang veteran itu kemudian mengutarakan sejumlah pakem dan nilai-nilai filosofis Zen yang berperan dalam perjalangan panjang kariernya di sepak bola, sebagaimana dikutip dari laman UEFA.
Ketika ditanya mengenai tujuan dia menjadi penjaga gawang, ia menjawab, "Saya memulai sebagai pemain depan, sebagaimana diidolakan anak-anak kecil seusia saya. Saya suka mencetak gol karena memang tujuan sepak bola yakni mencetak gol."
"Kemudian usia enam atau tujuh tahun, saya bermain sebagai gelandang atau sebagai pemain sayap. Saya sangat suka menempati posisi ini. Saya berkembang sebagai bocah yang aktif. Ini yang pada akhirnya membawa saya menjadi penjaga gawang."
Mengenai kenangan manis bersama the Azzurri, ia mengatakan, "Saya masih ingat pada Piala Dunia 1982, ketika masih berusia empat tahun, hari-hari ketika masih berada di rumah, berada di rumah paman..."
"Saya ingat ketika masih menyaksikan pertandingan dari atas balkon. Indah rasanya mengekspresikan seluruh kegembiraan dan kekecewaan bersama dengan keluarga."
"Saya senantiasa menerima apa yang sudah digariskan dalam hidup. Saya dapat menerima kekecewaan ketika absen dalam Piala Eropa 2000 karena mengalami cedera beberapa hari sebelum perhelatan itu digelar."
"Setiap apa yang mengecewakan dalam hidup ini senantiasa merupakan proses belajar. Jika anda terbuka terhadap segala peristiwa, maka hal itu menjadi nilai positif," kata Buffon.
"Saya kerapkali kembali ke rumah dengan segudang kekecewaan. Tidak tampil di Piala Eropa membuat saya makin bangga dapat mewakili negeri saya ini. Sejak itu saya kemudian menghargai setiap apa yang saya raih dan capai."
Pewarta : Antaranews
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Go International, WHC prakarsai "Sharia Board Training" dengan HQC Eropa
18 September 2024 17:40 WIB