Crisis Center Korban RS Harapan Bunda Kumpulkan Dukungan 136 Orang Tua
Minggu, 17 Juli 2016 18:25 WIB
Anggota Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda, Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (17/7/2016), memperlihatkan daftar orang tua yang menyerahkan data di crisis center untuk keperluan penempuhan jalur hukum terhadap RS Harapan Bunda dengan pendam
Jakarta, Antara Jateng - Crisis center yang dibangun mandiri oleh Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda di lobi rumah sakit tersebut hingga Minggu pukul 16.00 WIB telah mengumpulkan data sebanyak 136 orang tua yang anak-anaknya menjadi pasien vaksinasi di sana.
Angka tersebut kemungkinan akan terus bertambah mengingat pihak aliansi berencana terus membuka crisis center hingga pukul 21.00 WIB dan dilanjutkan setiap hari selama pukul 09.00-21.00 WIB sampai dengan Selasa (19/7) mendatang.
Selanjutnya data yang terkumpul akan diserahkan kepada Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Kontras, yang berkomitmen memberi pendampingan hukum untuk tuntutan keluarga korban RS Harapan Bunda.
"Kami beri tenggat waktu hingga Selasa, karena rencananya Selasa atau Rabu kami serahkan kepada YLBHI dan Kontras," kata Annisa (36) salah satu orang tua korban yang tergabung dalam aliansi tersebut dan meluangkan waktu menjadi penerima data orang tua.
Sebelumnya, sejak Minggu siang aliansi tersebut membuka crisis center mandiri di lobi rumah sakit karena menilai RS Harapan Bunda tidak memiliki itikad baik membuka data pasien penerima vaksin yang diduga palsu.
Di crisis center tersebut keluarga korban diminta mengumpulkan data berupa salinan KTP orang tua, salinan kartu keluarga, salinan kartu pengobatan anak, salinan data imunisasi, menyerahkan form surat pernyataan bermaterai serta keluhan medis tertulis.
Angka tersebut kemungkinan akan terus bertambah mengingat pihak aliansi berencana terus membuka crisis center hingga pukul 21.00 WIB dan dilanjutkan setiap hari selama pukul 09.00-21.00 WIB sampai dengan Selasa (19/7) mendatang.
Selanjutnya data yang terkumpul akan diserahkan kepada Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Kontras, yang berkomitmen memberi pendampingan hukum untuk tuntutan keluarga korban RS Harapan Bunda.
"Kami beri tenggat waktu hingga Selasa, karena rencananya Selasa atau Rabu kami serahkan kepada YLBHI dan Kontras," kata Annisa (36) salah satu orang tua korban yang tergabung dalam aliansi tersebut dan meluangkan waktu menjadi penerima data orang tua.
Sebelumnya, sejak Minggu siang aliansi tersebut membuka crisis center mandiri di lobi rumah sakit karena menilai RS Harapan Bunda tidak memiliki itikad baik membuka data pasien penerima vaksin yang diduga palsu.
Di crisis center tersebut keluarga korban diminta mengumpulkan data berupa salinan KTP orang tua, salinan kartu keluarga, salinan kartu pengobatan anak, salinan data imunisasi, menyerahkan form surat pernyataan bermaterai serta keluhan medis tertulis.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Walisongo Halal Center dan Bank Indonesia latih sistem jaminan produk halal bagi UMK
08 December 2024 9:47 WIB
Habibie Democracy Forum 2024, wadah strategis bahas masa depan demokrasi Indonesia
13 November 2024 15:34 WIB
Kemenag Jateng sampaikan CTC pada Konsolidasi Nasional Program Kerukunan Umat Beragama
07 November 2024 13:21 WIB
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016