Bio Farma kembangkan Vaksin Tuberculosis
Jumat, 26 Agustus 2016 12:30 WIB
Dokumen foto aktivitas peneliti di Laboratorium Riset dan Pengembangan di Gedung PT Bio Farma (Persero), di Bandung, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra)
Jakarta Antara Jateng - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bio Farma yang
menjadi produsen vaksin dan antisera sedang mengembangkan vaksin
tuberkolosis (TB) dari antigen bakteri penyebab penyakit itu, kata
Direktur Utama Bio Farma Iskandar.
"Sekarang masih cikal bakal, klonnya. Jadi, nanti Bio Farma akan mengembangkan lagi untuk dijadikan produk," ujarnya di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, pengembangan klon tersebut untuk menjadi produk membutuhkan waktu empat sampai lima tahun lagi.
Melalui Forum Riset Vaksin Nasional, para peneliti Indonesia telah menemukan antigen bakteri penyebab TB, dan hasil riset itu diberikan kepada pihak industri untuk dikembangkan menjadi produk.
"Ini adalah skema yang ideal, karena selama ini peneliti menyimpan hasil penelitiannya sendiri. Seharusnya riset harus mengalir sesuai perannya di hulu ke hilir. Kami sebagai industri akan mengembangkannya," katanya.
Kepala Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Siswanto mengatakan, ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum menjadi produk, antara lain pemilihan klon, riset teknik, klinik, uji hewan dan uji pada manusia, barulah produk tersebut dapat dipasarkan.
Dia mengatakan, vaksin ini nantinya akan menggantikan vaksin tuberkulosis terdahulu, yaitu vaksin BCG.
"Antigen adalah protein. Vaksin ini akan berbeda dengan BCG, kalau BCG kan murni bakteri yang dilemahkan. Kalau ini antigennya saja," kata Siswanto.
Kelebihan vaksin tersebut adalah akan membentuk antibodi lebih optimal tepat dan spesifik. Selain itu, produk ini akan lebih terjangkau karena bahan bakunya berasal dari Indonesia, dan dikembangkan oleh perusahaan vaksin BUMN.
"Sekarang masih cikal bakal, klonnya. Jadi, nanti Bio Farma akan mengembangkan lagi untuk dijadikan produk," ujarnya di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, pengembangan klon tersebut untuk menjadi produk membutuhkan waktu empat sampai lima tahun lagi.
Melalui Forum Riset Vaksin Nasional, para peneliti Indonesia telah menemukan antigen bakteri penyebab TB, dan hasil riset itu diberikan kepada pihak industri untuk dikembangkan menjadi produk.
"Ini adalah skema yang ideal, karena selama ini peneliti menyimpan hasil penelitiannya sendiri. Seharusnya riset harus mengalir sesuai perannya di hulu ke hilir. Kami sebagai industri akan mengembangkannya," katanya.
Kepala Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Siswanto mengatakan, ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum menjadi produk, antara lain pemilihan klon, riset teknik, klinik, uji hewan dan uji pada manusia, barulah produk tersebut dapat dipasarkan.
Dia mengatakan, vaksin ini nantinya akan menggantikan vaksin tuberkulosis terdahulu, yaitu vaksin BCG.
"Antigen adalah protein. Vaksin ini akan berbeda dengan BCG, kalau BCG kan murni bakteri yang dilemahkan. Kalau ini antigennya saja," kata Siswanto.
Kelebihan vaksin tersebut adalah akan membentuk antibodi lebih optimal tepat dan spesifik. Selain itu, produk ini akan lebih terjangkau karena bahan bakunya berasal dari Indonesia, dan dikembangkan oleh perusahaan vaksin BUMN.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
PLN Icon Plus songsong masa depan melalui transformasi digital dan inovasi berkelanjutan
20 September 2024 13:10 WIB
Bio Farma dan PathGen gandeng UMP ciptakan alat deteksi kanker usus besar
29 July 2022 21:50 WIB, 2022
Karyawan ditangkap Densus 88, Kimia Farma tegaskan tidak toleransi terorisme
13 September 2021 13:18 WIB, 2021