Islam Aboge Salat Idul Adha pada 14 September
Jumat, 9 September 2016 14:45 WIB
Ilustrasi - Sejumlah perempuan jamaah Alif Rebo Wage (Aboge) mengikuti salat Idul Adha di sekitar Masjid Al Barokah Leces, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (25/9). Jamaah Aboge baru merayakan Idul Adha 1436 H selang satu hari dari ketetapan pemerintah
Purbalingga, Antara Jateng - Pengikut Islam Aboge (Alif Rebo Wage) di Desa Onje, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, akan melaksanakan shalat Idul Adha pada hari Rabu, 9 September 2016, kata sesepuh Islam Aboge Kiai Maksudi.
"Dalam penanggalan Aboge, tanggal 1 Muharam 1437 Hijriah jatuh pada hari Jumat Pon sedangkan untuk menentukan tanggal 1 Zulhijah menggunakan hitungan 'Jahpatji (Zulhijah Papat Siji)'. Artinya 1 Zulhijah jatuh pada hari keempat dan pasaran pertama," katanya di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jumat.
Menurut dia, tanggal 1 Muharam 1437 Hijriah yang jatuh pada hari Jumat Pon oleh pengikut Islam Aboge dijadikan patokan untuk menentukan hari-hari besar Islam.
Dalam hal ini, kata dia, Jumat menjadi hari pertama tahun 1437 Hijriah dan Pon menjadi pasaran pertamanya sehingga berdasarkan hitungan "Jahpatji", tanggal 1 Zulhijah jatuh pada hari Senin Pon (5/9).
"Hari pertamanya Jumat, kedua Sabtu, ketiga Minggu, dan keempat Senin. Oleh karena Hari Raya Idul Adha itu dirayakan pada tanggal 10 Zulhijah, maka Islam Aboge akan merayakannya pada hari Rabu Pahing (14/9)," jelasnya.
Ia mengatakan hitungan Aboge telah digunakan sejak zaman Sultan Agung dari Kerajaan Mataram pada tahun 1288 dan masih digunakan masyarakat Jawa hingga sekarang.
Menurut dia, perbedaan penentuan Hari Raya Idul Adha dengan tanggal yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni 12 September bukanlah suatu permasalahan karena yang berbeda hanyalah cara untuk menentukannya.
"Kami tetap melaksanakan syariat dan akidah agama seperti umat Islam lainnya," kata Maksudi.
Bahkan, kata dia, tidak masalah jika pengikut Islam Aboge yang sedang menunaikan ibadah haji merayakan Idul Adha pada hari Senin (12/9).
Demikian pula bagi umat Islam di Desa Onje yang akan merayakan Idul Adha pada hari Senin (12/9), lanjut dia, pihaknya tidak mempermasalahkannya meskipun mayoritas warga setempat merupakan pengikut Islam Aboge.
Menurut dia, shalat Idul Adha bagi pengikut Islam Aboge di Desa Onje akan digelar di Masjid Sayid Kuning yang merupakan peninggalan Raden Rasid Sayed Kuning dari Kerajaan Pajang.
"Oleh karena itu, saat Salat Jumat, kami beritahu kalau yang mau ikut Aboge, salat Idul Adha-nya hari Rabu, kalau yang mau ikut pemerintah berarti hari Senin," katanya.
Dia memperkirakan jumlah jamaah shalat Idul Adha di Masjid Sayid Kuning tidak sebanyak saat Idul Fitri meskipun pengikut Islam Aboge dari berbagai wilayah Purbalingga akan berdatangan tempat ibadah tersebut.
Disinggung mengenai penyembelihan hewan kurban, dia mengatakan pihaknya untuk sementara telah menerima titipan enam ekor kambing yang akan disembelih saat Hari Raya Idul Adha.
"Dalam penanggalan Aboge, tanggal 1 Muharam 1437 Hijriah jatuh pada hari Jumat Pon sedangkan untuk menentukan tanggal 1 Zulhijah menggunakan hitungan 'Jahpatji (Zulhijah Papat Siji)'. Artinya 1 Zulhijah jatuh pada hari keempat dan pasaran pertama," katanya di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jumat.
Menurut dia, tanggal 1 Muharam 1437 Hijriah yang jatuh pada hari Jumat Pon oleh pengikut Islam Aboge dijadikan patokan untuk menentukan hari-hari besar Islam.
Dalam hal ini, kata dia, Jumat menjadi hari pertama tahun 1437 Hijriah dan Pon menjadi pasaran pertamanya sehingga berdasarkan hitungan "Jahpatji", tanggal 1 Zulhijah jatuh pada hari Senin Pon (5/9).
"Hari pertamanya Jumat, kedua Sabtu, ketiga Minggu, dan keempat Senin. Oleh karena Hari Raya Idul Adha itu dirayakan pada tanggal 10 Zulhijah, maka Islam Aboge akan merayakannya pada hari Rabu Pahing (14/9)," jelasnya.
Ia mengatakan hitungan Aboge telah digunakan sejak zaman Sultan Agung dari Kerajaan Mataram pada tahun 1288 dan masih digunakan masyarakat Jawa hingga sekarang.
Menurut dia, perbedaan penentuan Hari Raya Idul Adha dengan tanggal yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni 12 September bukanlah suatu permasalahan karena yang berbeda hanyalah cara untuk menentukannya.
"Kami tetap melaksanakan syariat dan akidah agama seperti umat Islam lainnya," kata Maksudi.
Bahkan, kata dia, tidak masalah jika pengikut Islam Aboge yang sedang menunaikan ibadah haji merayakan Idul Adha pada hari Senin (12/9).
Demikian pula bagi umat Islam di Desa Onje yang akan merayakan Idul Adha pada hari Senin (12/9), lanjut dia, pihaknya tidak mempermasalahkannya meskipun mayoritas warga setempat merupakan pengikut Islam Aboge.
Menurut dia, shalat Idul Adha bagi pengikut Islam Aboge di Desa Onje akan digelar di Masjid Sayid Kuning yang merupakan peninggalan Raden Rasid Sayed Kuning dari Kerajaan Pajang.
"Oleh karena itu, saat Salat Jumat, kami beritahu kalau yang mau ikut Aboge, salat Idul Adha-nya hari Rabu, kalau yang mau ikut pemerintah berarti hari Senin," katanya.
Dia memperkirakan jumlah jamaah shalat Idul Adha di Masjid Sayid Kuning tidak sebanyak saat Idul Fitri meskipun pengikut Islam Aboge dari berbagai wilayah Purbalingga akan berdatangan tempat ibadah tersebut.
Disinggung mengenai penyembelihan hewan kurban, dia mengatakan pihaknya untuk sementara telah menerima titipan enam ekor kambing yang akan disembelih saat Hari Raya Idul Adha.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024