Arafah, Arab Saudi Antara Jateng - Khatib Wukuf Arafah untuk jamaah haji Indonesia KH Miftahul Akhyar mengajak hadirin wukuf untuk menghilangkan ego diri sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan, menghilangkan perpecahan dan meningkatkan persatuan umat Islam untuk rahmat alam semesta.

"Biarkan egomu hangus terbakar oleh matahari Arafah yang terik. Wahai manusia! Pada hari ini hendaklah kalian menjadi sebuah pelita yang sedang mengisi bahan bakar guna merangi hatimu dan hati umat manusia," kata Miftah dalam khutbah wukuf di Arafah, Minggu.

Miftah yang merupakan salah satu naib/wakil Amirul Hajj Indonesia mengajak jamaah haji Indonesia agar selama "berihram" (mengenakan atribut haji) menghindarkan diri dari tindakan yang mengingatkan kepada suatu usaha, posisi, kelas sosial dan ras.

Dalam prosesi haji, kata wakil Rais Aam PBNU itu, juga diharuskan untuk mengenakan pakaian ihram sebagai jenis pakaian yang sama dipakai oleh seluruh jamaah haji. Terdapat makna pakaian ihram yaitu tidak ada perbedaan motif busana di antara seluruh jamaah haji. Artinya, segala manusia itu pada hakikatnya adalah sama.

"Di sinilah sang aktor manusia harus berganti pakaian. Mengapa demikian? Karena pakaian akan menutupi diri dan watak manusia," kata dia.

Pakaian, kata dia, melambangkan pola kesukaan, status dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian melahirkan "batas palsu" yang menyebabkan perbedaan di antara umat manusia.

Untuk itu, kata dia, setiap jamaah yang berhasil melangsungkan ibadah haji harus dapat menjadi haji mabrur dan beralih sebagai insan baru yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan umat Islam dan menghargai sesama manusia.

Dia mengatakan sejatinya umat manusia memang terbagi menjadi berbagai ras, bangsa, kelas, kelompok dan keluarga yang masing-masing memiliki status, nilai, nama dan kehormatannya sendiri.

"Tetapi apa gunanya semua itu dimiliki? Yang tidak lain jika hanya untuk menonjolkan diri sendiri yang tertutup oleh lapisan bedak yang amat tebal itu. Kini lepaskanlah pakaianmu itu dan tanggalkan di miqat! Gantilah dengan kain putih yang sederhana (saat wukuf)," kata dia.

Miftah juga mengajak jamaah haji Indonesia agar tidak lagi meninggikan hati di antara manusia di sepanjang hidupnya dimulai dari titik tolak di Arafah. Hendaklah jamaah khususnya dari Indonesia supaya berendah hati karena di Tanah Suci sedang mengunjungi Allah SWT.

"Hendaklah kalian semua menjadi manusia yang menyadari kefanaan atau menjadi manusia fana yang menyadari keberadaan Allah SWT," katanya.

Dia mengatakan terdapat sejumlah tindakan yang dilakukan usai menjalani prosesi haji di Tanah Suci, terutama sekembalinya ke Tanah Air.

"Apabila kita pulang ke Tanah Air hendaklah mengambil pengalaman dari pada haji ini yaitu semangat fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dan bergairah dalam ibadah sebagai titik nol perubahan dalam kehidupan kita dengan mengoptimalkan segala perintah Allah dalam kesatuan iman, ibadah, pergaulan dan bermuamalah vertikal maupun horisontal," katanya.