Magelang, Antara Jateng - Pembuatan sebanyak 1.438 gerabah secara bersama-sama oleh 60 perajin mewarnai Festival Gerabah di Desa Wisata Karanganyar, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.

"Pembuatan sebanyak 1.438 gerabah ini dipilih karena saat ini masih dalam Tahun Baru 1.438 Hijriah," kata Kepala Desa karanganyar, Kecamatan Borobudur, Muhammad Catur Widarmoko.

Sebanyak 60 perajin yang semuanya kaum perempuan dengan terampil membuat gerabah, antara lain berupa asbak, tatakan lilin, cobek, dan vas bunga. Mereka berjajar di pinggir gang di Dusun Klipoh, Desa Karanganyar, masing-masing membuat sekitar 20-30 gerabah.

Catur mengatakan dengan adanya kegiatan ini semoga masyarakat Karanganyar semakin tergugah untuk mendukung dan memajukan kepariwisataan di desa ini.

"Tentunya kami berharap dukungan dari Pemkab Magelang maupun Unit Taman Wisata Candi Borobudur dalam berbagai bidang agar agar bisa lebih maju dan banyak tamu yang berkunjung ke Desa Karanganyar," ucapnya, berharap.

Ia menuturkan melalui festival gerabah ini para perajin semakin giat, semakin terbuka berinovasi untuk membuat gerabah dengan model terbaru agar nantinya bisa menarik wisatawan berkunjung ke Desa Karanganyar.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Edy Susanto mengatakan pihaknya mengapresiasi warga Karanganya yang dengan segala upaya mampu membaca peluang sekaligus menangkap peluang.

Ia mengatakan pemerintah sudah mencanangkan sektor pariwisata merupakan sektor unggulan dan ditargetkan kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2019 mencapai 20 juta orang, dua juta di antaranya ditargetkan berkunjung ke Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang) salah satu daya tariknya adalah Candi Borobudur.

"Kalau kita punya potensi seperti ini maka harus siap untuk menarik wisatawan ke sini, karena kalau tidak mempersiapkan diri maka wisatawan hanya datang untuk lewat saja dan kita tidak bisa merasakan manfaatnya yakni manfaat ekonomi," ujarnya.

Ia menuturkan gerabah di sini semuanya unik karena yang dijual itu keunikan, kalau kualitas belum halus tidak masalah. Gerabah tidak harus halus, gerabah Karanganyar memang cirinya seperti itu.

"Kalau diubah menjadi gerabah yang halus seperti keramik itu justru bukan ciri khas Karanganyar. Kalau bentuk gerabah kita berantakan siapa tahu ini mempunyai nilai jual, yang berantakan itu akan disukai karena menunjukkan kekentalan produk tangan," tuturnya.

Ia mengatakan pariwisata itu harus yang unik, pihaknya berharap masyarakat di sini menggunakan produk-produk setempat masyarakat harus suka dulu dengan produknya, harus menunjukkan bahwa daerah ini merupakan sentra pengahasil gerabah.

"Kami berharap kepala desa menggerakkan masyarakat untuk menggunakan produknya, pasang pot gerabah, kalau perlu di pintu gerbang ada tanda-tanda bahwa di sini merupakan sentra gerabah sehingga wisatawan mudah mengetahuinya," pungkasnya.