Polisi Ini 12 Tahun Bermukim di Lokasi Kuburan
Jumat, 11 November 2016 15:32 WIB
Aiptu Widodo Ramlan (kiri) bersama istrinya, Suyatni, bermukim di kompleks Tempat Pemakaman Umum Krapyak, Desa Sidowayah, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Polisi ini beserta keluarganya telah tinggal selama 12 tahun di lokasi kuburan ini. Foto: Icas/A
Rembang, Antara Jateng - Program penyediaan rumah bagi anggota Polri memberi angin segar bagi para penegak hukum yang selama ini belum memiliki rumah sendiri.
Di Jawa Tengah, sejumlah polres berinisiatif mulai menyediakan rumah murah bagi anggotanya.
Tak terkecuali di Polres Rembang. Keberadaan rumah murah yang akrab disebut dengan "Bhayangkara Residence" tersebut menjadi kabar gembira bagi Aiptu Widodo Ramlan.
Maklum, anggota Polsek Lasem tersebut ternyata sudah 12 tahun hidup di kompleksTempat Pemakaman Umum Krapyak, Kabupaten Rembang.
Ramlan bersama istri dan empat anaknya tinggal di kompleks pemakaman yang letaknya tidak jauh dari pusat keramaian Kabupaten Rembang itu.
Memasuki pintu gerbang TPU, rumah Ramlan berada di sisi timur tempat pemakaman itu.
Bagian depan rumah sederhanya berhadapan langsung dengan barisan batu nisan yang tidak jarang ditumbuhi ilalang.
"Ada yang menyebut penjaga kubur. Kalau saya merasa juga ada yang berpikir polisi kok tinggal di kuburan," kata Ramlan ditemui di rumahnya.
Ia menuturkan kisahnya tinggal di komplek pemakaman tersebut bermula ketika orang tuanya meninggal dunia sehingga harta peninggalan dibagi-bagi kepada anak-anaknya
"Harta peninggalan kemudian dibagi-bagi ke sepuluh anak," katanya.
Ramlan yang selama ini tinggal bersama ibunya memilih lahan yang berada di kompleks makam itu.
"Dulu ini masih berupa pohon bambu, saya bersihkan sedikit-sedikit," kata polisi yang sudah bertugas sekitar 30 tahun itu.
Secara bertahap, ia membangun rumah sederhana di sisi timur pemakaman itu.
Di halaman rumah tersebut, terdapat makam orang tua serta sejumlah kerabatnya.
"Kalau bekerja tiap hari ya lewat pintu masuk makam," kata pria kelahiran Januari 1964 tersebut.
Bahkan, menurut dia, banyak pengalaman maupun suka duka selama tinggal di kompleks pemakaman itu.
Ia menceritakan pernah dikira sedang mabuk saat bertugas karena masuk ke kompleks pemakaman itu pada malam hari.
"Pernah ada teman anggota yang belum tahu, waktu saya pulang dikira sedang mabuk karena masuk ke pemakaman," katanya.
Meski tinggal di pemakaman, istri dan keempat anaknya tidak pernah protes ataupun mengeluh.
Begitupun istri Ramlan, Suyatni yang mengatakan kepada anak-anaknya untuk tidak malu.
"Dulu awal-awal tinggal di sini ya takut, tapi lama-lama sudah biasa," katanya.
Sebagai manusia, Ramlan mengaku juga memiliki keinginan untuk tinggal di rumah yang lebih layak.
Program rumah murah bagi anggota polisi tersebut menjadi kabar baik untuknya.
Meski sedikit terlambat dalam memperoleh informasi tentang perumahan itu, Ramlan akhirnya memperoleh satu rumah di "Bhayangkara Residence".
"Harga murah, layak, tipenya besar," tambahnya.
Sementara itu, Kapolres Rembang AKBP Sugiarto mengaku prihatin dengan kondisi anak buahnya yang tinggal di kompleks pemakaman itu.
"Kalau banyak anggota yang tiap bangun pagi lalu lihat taman, Pak Ramlan ini tiap pagi langsung lihat nisan-nisan ini," katanya.
Rumah Murah Polri
Sebagai tindak lanjut dari program Presiden Joko Widodo tentang pembangunan sejuta rumah, kata dia, Polres Rembang bekerja sama dengan pengembang perumahan membangun "Bhayangkara Residence".
"Ini juga bagian dari program Kapolri untuk peningkatan kesejahteraan anggota," katanya.
Rumah murah bagi anggota polisi yang disediakan Polres Rembang, Jawa Tengah, sudah ludes terjual.
"Dari 80 rumah yang akan dibangun, 59 di antaranya sudah dipastikan ada pemiliknya," kata Sugiarto.
Sebanyak 21 rumah sisanya, kata dia, masih dalam tahap penelitian untuk menentukan anggota yang benar-benar berhak dan membutuhkan tempat tinggal tersebut.
"Bhayangkara Residance" yang berlokasi di Desa Sendangagung, Kaliori, Kabupaten Rembang tersebut, berdiri di atas 11.500 meter persegi.
Menurut dia, pembangunan perumahan polri yang bekerja sama dengan pengembang tersebut diperuntukkan khusus bagi anggota yang memang belum memiliki tempat tinggal.
Ia menuturkan kemudahan diberikan kepada anggota yang akan membeli rumah bertipe 45 dengan luas tanah 120 meter persegi itu.
"Harganya hanya Rp125 juta, jauh lebih murah dari harga pasaran yang mencapai dua kali lipatnya," katanya.
Hingga saat ini, lanjut dia, sudah 27 rumah yang mulai dibangun.
Dalam satu hingga dua tahun ke depan, lanjut dia, seluruh bangunan di perumahan tersebut diharapkan sudah bisa ditempati.
Di Jawa Tengah, sejumlah polres berinisiatif mulai menyediakan rumah murah bagi anggotanya.
Tak terkecuali di Polres Rembang. Keberadaan rumah murah yang akrab disebut dengan "Bhayangkara Residence" tersebut menjadi kabar gembira bagi Aiptu Widodo Ramlan.
Maklum, anggota Polsek Lasem tersebut ternyata sudah 12 tahun hidup di kompleksTempat Pemakaman Umum Krapyak, Kabupaten Rembang.
Ramlan bersama istri dan empat anaknya tinggal di kompleks pemakaman yang letaknya tidak jauh dari pusat keramaian Kabupaten Rembang itu.
Memasuki pintu gerbang TPU, rumah Ramlan berada di sisi timur tempat pemakaman itu.
Bagian depan rumah sederhanya berhadapan langsung dengan barisan batu nisan yang tidak jarang ditumbuhi ilalang.
"Ada yang menyebut penjaga kubur. Kalau saya merasa juga ada yang berpikir polisi kok tinggal di kuburan," kata Ramlan ditemui di rumahnya.
Ia menuturkan kisahnya tinggal di komplek pemakaman tersebut bermula ketika orang tuanya meninggal dunia sehingga harta peninggalan dibagi-bagi kepada anak-anaknya
"Harta peninggalan kemudian dibagi-bagi ke sepuluh anak," katanya.
Ramlan yang selama ini tinggal bersama ibunya memilih lahan yang berada di kompleks makam itu.
"Dulu ini masih berupa pohon bambu, saya bersihkan sedikit-sedikit," kata polisi yang sudah bertugas sekitar 30 tahun itu.
Secara bertahap, ia membangun rumah sederhana di sisi timur pemakaman itu.
Di halaman rumah tersebut, terdapat makam orang tua serta sejumlah kerabatnya.
"Kalau bekerja tiap hari ya lewat pintu masuk makam," kata pria kelahiran Januari 1964 tersebut.
Bahkan, menurut dia, banyak pengalaman maupun suka duka selama tinggal di kompleks pemakaman itu.
Ia menceritakan pernah dikira sedang mabuk saat bertugas karena masuk ke kompleks pemakaman itu pada malam hari.
"Pernah ada teman anggota yang belum tahu, waktu saya pulang dikira sedang mabuk karena masuk ke pemakaman," katanya.
Meski tinggal di pemakaman, istri dan keempat anaknya tidak pernah protes ataupun mengeluh.
Begitupun istri Ramlan, Suyatni yang mengatakan kepada anak-anaknya untuk tidak malu.
"Dulu awal-awal tinggal di sini ya takut, tapi lama-lama sudah biasa," katanya.
Sebagai manusia, Ramlan mengaku juga memiliki keinginan untuk tinggal di rumah yang lebih layak.
Program rumah murah bagi anggota polisi tersebut menjadi kabar baik untuknya.
Meski sedikit terlambat dalam memperoleh informasi tentang perumahan itu, Ramlan akhirnya memperoleh satu rumah di "Bhayangkara Residence".
"Harga murah, layak, tipenya besar," tambahnya.
Sementara itu, Kapolres Rembang AKBP Sugiarto mengaku prihatin dengan kondisi anak buahnya yang tinggal di kompleks pemakaman itu.
"Kalau banyak anggota yang tiap bangun pagi lalu lihat taman, Pak Ramlan ini tiap pagi langsung lihat nisan-nisan ini," katanya.
Rumah Murah Polri
Sebagai tindak lanjut dari program Presiden Joko Widodo tentang pembangunan sejuta rumah, kata dia, Polres Rembang bekerja sama dengan pengembang perumahan membangun "Bhayangkara Residence".
"Ini juga bagian dari program Kapolri untuk peningkatan kesejahteraan anggota," katanya.
Rumah murah bagi anggota polisi yang disediakan Polres Rembang, Jawa Tengah, sudah ludes terjual.
"Dari 80 rumah yang akan dibangun, 59 di antaranya sudah dipastikan ada pemiliknya," kata Sugiarto.
Sebanyak 21 rumah sisanya, kata dia, masih dalam tahap penelitian untuk menentukan anggota yang benar-benar berhak dan membutuhkan tempat tinggal tersebut.
"Bhayangkara Residance" yang berlokasi di Desa Sendangagung, Kaliori, Kabupaten Rembang tersebut, berdiri di atas 11.500 meter persegi.
Menurut dia, pembangunan perumahan polri yang bekerja sama dengan pengembang tersebut diperuntukkan khusus bagi anggota yang memang belum memiliki tempat tinggal.
Ia menuturkan kemudahan diberikan kepada anggota yang akan membeli rumah bertipe 45 dengan luas tanah 120 meter persegi itu.
"Harganya hanya Rp125 juta, jauh lebih murah dari harga pasaran yang mencapai dua kali lipatnya," katanya.
Hingga saat ini, lanjut dia, sudah 27 rumah yang mulai dibangun.
Dalam satu hingga dua tahun ke depan, lanjut dia, seluruh bangunan di perumahan tersebut diharapkan sudah bisa ditempati.
Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024