Mengasah Tembaga Manjadi Emas
Rabu, 7 Desember 2016 11:03 WIB
Reza Pahlevi. Foto: Achmad Zaenal M/ANTARAJATENG.COM
Mendidik itu harus dengan hati, bukan sekadar mengalihkan pengetahuan dan keterampilan guru kepada siswa.
Prinsip itulah yang dipegang teguh dan diterapkan oleh Reza Pahlevi, Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, yang membawahkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Provinsi Jateng.
SMKN yang berdiri sejak 2014 ini memang unik karena hanya menerima siswa dari keluarga miskin dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jateng. Pemprov Jateng menanggung seluruh biaya pendidikan siswa.
Untuk bisa diterima di sekolah ini memang ada seleksi, namun syarat utamanya harus dari keluarga miskin atau sangat miskin. Soal kepintaran atau nilai Ujian Nasinal di jenjang SMP/MTs, itu bukan syarat utama.
Kendati demikian, Reza beserta pemangku kepentingan sekolah ini memiliki impian besar sekaligus indah bagi sekitar 360-an siswa yang kini menimba ilmu di tujuh jurusan.
Konsep sekolah berasrama ini nyaris sama dengan SMA Taruna Nusantara di Kota Magelang. Sekolah yang berdiri di atas lahan seluas 4 hektare ini memang cukup tenang dan nyaman meski berada di tengah Kota Semarang.
Selain menerapkan kurikulum pendidikan SMK pada umumnya, nilai plus yang diterima siswa adalah kedisiplinan, nasionalisme, religiusitas, dan kejujuran.
"Setelah tahun ketiga, kami bisa melihat hasil pendidikan yang kami terapkan. Para siswa bukan saja memiliki keterampilan yang mumpuni, melainkan juga memiliki kepedulian dan disiplin tinggi, religius, nasionalis, dan selalu jujur," kata Reza kepada awak Kantor Berita ANTARA di SMKN Jateng.
Saat wawancara berlangsung dan kumandang azan zuhur berkumandang di masjid SMKN Jateng, Reza minta waktu 15 menit untuk mengimami ratusan siswa yang shalat berjamaah.
Seorang guru mengungapkan bahwa Reza selalu menjadi imam shalat wajib di masjid sekolah yang diikuti seluruh siswa muslim.
Siswa berbaris rapi usai makan siang di ruang makan sekolah. Foto: AZM/ANTARAJATENG.COM
Reza, mantan Kepala SMKN di Kota Salatiga, menjelaskan bagi sekolah unggulan, pasti tidak sulit mencetak anak pintar karena sejak awal mereka hanya menerima bibit-bibit pilihan.
Namun, Reza percaya bahwa setiap anak memiliki kelebihan sehingga bila dididik dengan kesungguhan hati, kelak mereka menjadi manusia pilihan.
"Ibaratnya, kami sedang mengasah tembaga untuk menjadi emas. Dan, saat ini kami mulai melihat kemilau emas dari para siswa di SMKN Jateng ini," kata Reza.
Buktinya, dalam usianya yang masih "batita", SMKN Jateng berhasil meraih lebih dari 100 penghargaan di berbagai bidang.
Sebagai apresiasi, ANTARA Biro Jawa Tengah mengajak sejumlah BUMN berbagi ilmu, pengetahuan, dan pengalaman kepada siswa melalui kegiatan "BUMN Menginspirasi" yang digelar di SMKN Jateng pada 8 Desember 2016 dengan pembicara kunci Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Prinsip itulah yang dipegang teguh dan diterapkan oleh Reza Pahlevi, Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, yang membawahkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Provinsi Jateng.
SMKN yang berdiri sejak 2014 ini memang unik karena hanya menerima siswa dari keluarga miskin dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jateng. Pemprov Jateng menanggung seluruh biaya pendidikan siswa.
Untuk bisa diterima di sekolah ini memang ada seleksi, namun syarat utamanya harus dari keluarga miskin atau sangat miskin. Soal kepintaran atau nilai Ujian Nasinal di jenjang SMP/MTs, itu bukan syarat utama.
Kendati demikian, Reza beserta pemangku kepentingan sekolah ini memiliki impian besar sekaligus indah bagi sekitar 360-an siswa yang kini menimba ilmu di tujuh jurusan.
Konsep sekolah berasrama ini nyaris sama dengan SMA Taruna Nusantara di Kota Magelang. Sekolah yang berdiri di atas lahan seluas 4 hektare ini memang cukup tenang dan nyaman meski berada di tengah Kota Semarang.
Selain menerapkan kurikulum pendidikan SMK pada umumnya, nilai plus yang diterima siswa adalah kedisiplinan, nasionalisme, religiusitas, dan kejujuran.
"Setelah tahun ketiga, kami bisa melihat hasil pendidikan yang kami terapkan. Para siswa bukan saja memiliki keterampilan yang mumpuni, melainkan juga memiliki kepedulian dan disiplin tinggi, religius, nasionalis, dan selalu jujur," kata Reza kepada awak Kantor Berita ANTARA di SMKN Jateng.
Saat wawancara berlangsung dan kumandang azan zuhur berkumandang di masjid SMKN Jateng, Reza minta waktu 15 menit untuk mengimami ratusan siswa yang shalat berjamaah.
Seorang guru mengungapkan bahwa Reza selalu menjadi imam shalat wajib di masjid sekolah yang diikuti seluruh siswa muslim.
Siswa berbaris rapi usai makan siang di ruang makan sekolah. Foto: AZM/ANTARAJATENG.COM
Reza, mantan Kepala SMKN di Kota Salatiga, menjelaskan bagi sekolah unggulan, pasti tidak sulit mencetak anak pintar karena sejak awal mereka hanya menerima bibit-bibit pilihan.
Namun, Reza percaya bahwa setiap anak memiliki kelebihan sehingga bila dididik dengan kesungguhan hati, kelak mereka menjadi manusia pilihan.
"Ibaratnya, kami sedang mengasah tembaga untuk menjadi emas. Dan, saat ini kami mulai melihat kemilau emas dari para siswa di SMKN Jateng ini," kata Reza.
Buktinya, dalam usianya yang masih "batita", SMKN Jateng berhasil meraih lebih dari 100 penghargaan di berbagai bidang.
Sebagai apresiasi, ANTARA Biro Jawa Tengah mengajak sejumlah BUMN berbagi ilmu, pengetahuan, dan pengalaman kepada siswa melalui kegiatan "BUMN Menginspirasi" yang digelar di SMKN Jateng pada 8 Desember 2016 dengan pembicara kunci Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Mulai bergairah, pengrajin tembaga Tumang Boyolali terima pesanan biola raksasa
08 November 2019 11:21 WIB, 2019
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Bagikan KIP, Presiden: Kalau Seragam masih Bagus, Uangnya Ditabung Saja
27 January 2017 19:04 WIB, 2017