Semarang, Antara Jateng - Sinden muda asal Trenggalek, Jawa Timur, Mambaul Khasanah, memenangi ajang Sinden Idol 3, kompetisi sinden yang digelar Universitas Negeri Semarang (Unnes).

"Mambaul Khasanah berhasil menyisihkan sembilan finalis," kata Ketua Panitia Sinden Idol 3 Agus Nuryatin berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Antara, di Semarang, Senin.

Sinden Idol merupakan kompetisi sinden dua tahunan yang rutin digelar Unnes sebagai ajang pencarian sinden yang mumpuni, terampil, dan menghayati nilai-nilai budaya Jawa.

Sebagai juara kedua adalah Maya Yuanita Agustiani dari Kudus, disusul Riris Kumalasari (Blora) pada posisi ketiga, sementara untuk juara harapan dari Ponorogo, Sragen, dan Kota Semarang.

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Unnes itu menjelaskan aspek penilaian bukan sekadar teknis, seperti perbendaharaan cengkok, irama, dan gending, melainkan penghayatan dan perilaku.

Malam Final Sinden Idol 3 berlangsung pada Minggu (18/12) malam dengan juri, yakni pakar sinden Nyi Sutarmi, dosen ISI Surakarta Waluyo, dan Sekretaris Daerah Jateng Sri Puryono (juri kehormatan).

Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman menjelaskan Sinden Idol itu merupakan kegiatan yang mengimplementasikan visi Unnes sebagai kampus konservasi, terutama seni dan budaya lokal.

"Ada tiga visi konservasi Unnes, yakni konservasi lingkungan dan sumber daya alam, konservasi nilai dan karakter, serta konservasi seni budaya. Salah satunya, Sinden Idol ini," katanya.

Fathur menjelaskan seni dan budaya Jawa mengandung nilai-nilai adiluhung, seperti harmonis dan edukasi yang sudah semestinya dilestarikan sebagai warisan budaya nenek moyang.

"Namun pelestarian harus disinergikan dengan konteks kekinian. Ya, seperti Sinden Idol ini untuk menarik minat generasi muda untuk menekuni dunia persindenan," katanya.

Sementara itu, Sekda Jateng Sri Puryono menegaskan pemerintah provinsi tentunya sangat mendukung pergelaran Sinden Idol yang menjadi upaya melestarikan seni budaya Jawa, yakni sinden.

"Makna Sinden ini bukan hanya masalah suara, melainkan juga sebagai kesenian adiluhung yang memiliki nilai-nilai luhur yang harus digali. Jangan malu lagi menjadi sinden," katanya.

Bahkan, Sri mengatakan generasi muda bisa menjadikan profesi sinden untuk mendapatkan penghasilan yang layak, sebab dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus untuk bisa menjadi sinden.

"Para sinden ini akan kami 'masukkan' ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengajari anak-anak. Ya, termasuk mengajarkan soal budi pekerti dan kepribadian," pungkasnya.