Presiden Beberkan sebab Listrik Mahal di Indonesia
Selasa, 27 Desember 2016 14:43 WIB
Presiden Joko Widodo. (ANTARA FOTO/Rusman-Biro Pers Istana)
Minahasa, Antara Jateng - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan faktor-faktor yang menyebabkan harga listrik di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan di negara-negara lain.
"Kenapa harga kita mahal, karena terlalu banyak beban-beban biaya yang sebenarnya tidak perlu," kata Presiden di Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa, dalam acara peresmian Proyek PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 serta PLTP Ulubelu Lampung Unit 3.
Faktor lain yang membuat harga listrik mahal, menurut Presiden, adalah banyaknya perantara atau makelar dalam suatu proyek listrik.
"Terlalu banyak orang di tengah, terlalu banyak yang brokeri, terlalu banyak yang makelari," ungkapnya.
"Masa antar-BUMN ada yang di tengah, masa dari swasta ke PLN ada yang di tengah. Untuk apa? Sudah sekarang kita blak-blakan saja, negara kita perlu efisiensi di semua lini kalau tidak, kita akan digilas oleh kompetisi, oleh persaingan antar-negara," katanya.
Presiden juga kembali menyatakan prihatin karena masih banyak kabupaten/kota di Indonesia yang listriknya masing sering byar-pet (nyala-mati).
Padahal ketersediaan listrik untuk pemenuhan kebutuhan warga dan industri sangat mempengaruhi daya saing.
Presiden mengatakan bahwa harga listrik di banyak negara lain lebih murah.
"Saya berikan contoh, misalnya, PLTA di Serawak harganya hanya dua sen, cek nanti benar enggak, di kita tujuh sen. Tenaga surya di Uni Emirat Arab di sana harganya 2,9 sen di kita 14 sen. Padahal, air kita melimpah, sungai kita melimpah," ujarnya.
Ia mencontohkan jika sungai-sungai besar seperti Mahakam, Musi, atau Bengawan Solo dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air dan harganya bisa berkisar dua sen maka daya saing Indonesia akan melonjak.
Presiden mengatakan harga listrik di negara lain lebih murah karena mereka lebih efisien dalam produksi dan pengelolaannya.
"Kenapa mereka bisa, kita enggak bisa. Pasti ada sesuatu," katanya.
Ia menjelaskan pula bahwa Indonesia memiliki banyak sumber energi listrik, mencontohkan bahwa potensi panas bumi Indonesia baru dimanfaatkan lima persen atau sekitar 29.000 MW.
"Inilah saya kira peluang-peluang yang bisa kita kerjakan, baik peluang investasi, baik dikerjakan oleh BUMN yang paling penting harganya bisa bersaing, goal-nya ke sana semuanya," katanya.
"Kenapa harga kita mahal, karena terlalu banyak beban-beban biaya yang sebenarnya tidak perlu," kata Presiden di Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa, dalam acara peresmian Proyek PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 serta PLTP Ulubelu Lampung Unit 3.
Faktor lain yang membuat harga listrik mahal, menurut Presiden, adalah banyaknya perantara atau makelar dalam suatu proyek listrik.
"Terlalu banyak orang di tengah, terlalu banyak yang brokeri, terlalu banyak yang makelari," ungkapnya.
"Masa antar-BUMN ada yang di tengah, masa dari swasta ke PLN ada yang di tengah. Untuk apa? Sudah sekarang kita blak-blakan saja, negara kita perlu efisiensi di semua lini kalau tidak, kita akan digilas oleh kompetisi, oleh persaingan antar-negara," katanya.
Presiden juga kembali menyatakan prihatin karena masih banyak kabupaten/kota di Indonesia yang listriknya masing sering byar-pet (nyala-mati).
Padahal ketersediaan listrik untuk pemenuhan kebutuhan warga dan industri sangat mempengaruhi daya saing.
Presiden mengatakan bahwa harga listrik di banyak negara lain lebih murah.
"Saya berikan contoh, misalnya, PLTA di Serawak harganya hanya dua sen, cek nanti benar enggak, di kita tujuh sen. Tenaga surya di Uni Emirat Arab di sana harganya 2,9 sen di kita 14 sen. Padahal, air kita melimpah, sungai kita melimpah," ujarnya.
Ia mencontohkan jika sungai-sungai besar seperti Mahakam, Musi, atau Bengawan Solo dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air dan harganya bisa berkisar dua sen maka daya saing Indonesia akan melonjak.
Presiden mengatakan harga listrik di negara lain lebih murah karena mereka lebih efisien dalam produksi dan pengelolaannya.
"Kenapa mereka bisa, kita enggak bisa. Pasti ada sesuatu," katanya.
Ia menjelaskan pula bahwa Indonesia memiliki banyak sumber energi listrik, mencontohkan bahwa potensi panas bumi Indonesia baru dimanfaatkan lima persen atau sekitar 29.000 MW.
"Inilah saya kira peluang-peluang yang bisa kita kerjakan, baik peluang investasi, baik dikerjakan oleh BUMN yang paling penting harganya bisa bersaing, goal-nya ke sana semuanya," katanya.
Pewarta : Hanni Sofia Soepardi
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Pemprov Jateng Raih Penghargaan Provinsi Informatif Tujuh Kali Berturut-turut, Plt Kadiskominfo Beberkan Kuncinya
23 December 2024 14:28 WIB
Direktur beberkan transformasi PLN di bedah Buku "Elephant Learns Flamenco"
13 December 2024 12:05 WIB
Said beberkan alasan Arsjad Rasjid ditunjuk Ketua TPN Ganjar Pranowo
05 September 2023 9:36 WIB, 2023
Bank Jateng Jepara beberkan keunggulan produk inovatif pada peserta senam
24 July 2023 16:43 WIB, 2023
Di Rakernas PDIP, Ita beberkan strategi turunkan angka kemiskinan ekstrim
08 June 2023 21:49 WIB, 2023
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Sedekah Sampah Memotivasi Masyarakat lebih Mencintai Lingkungan dan Beramal
12 February 2017 14:35 WIB, 2017
Emil: Subuh Waktu Optimal Sampikan Pesan, Karena Otak Manusia belum Termanipulasi Hal Negatif
12 February 2017 14:29 WIB, 2017
Ketinggian Air Bendung Katulampa Naik Namun Masih Siaga Tiga Banjir
12 February 2017 14:06 WIB, 2017
Istiqlal Tak Mampu Tampung, Lautan Massa 112 Meluap ke Lapangan Banteng
11 February 2017 12:30 WIB, 2017