Swatch Minat Ikut Kembangkan Teknologi di Mobil Listrik
Rabu, 4 Januari 2017 11:58 WIB
ilustrasi mobil listrik (pixabay/CC0 Public Domain)
Jakarta Antara Jateng - Produsen jam asal Swiss, Swatch, melebarkan sayap dengan ikut terjun dalam teknologi baterai yang ditujukan untuk kendaraan listrik.
Swatch memiliki 51 persen saham di Belenos Clean Power, sebuah perusahaan yang didedikasikan untuk energi bersih dan fokus pada pembuatan teknologi baterai baru.
Menurut laporan TwentyTwoTen, baterai yang dihasilkan perusahaan itu berasal dari senyawa yang dipatenkan untuk mengembangkan sel baterai.
Senyawa tersebut menggunakan vanadium ketimbang bahan baku langka, sehingga baterai lebih murah untuk diproduksi secara massal.
CEO Swatch Group AG Nick Hayeck mengatakan bahwa skandal dieselgate Volkswagen memicu mereka untuk terjun ke industri ini.
"Saya tidak senang dengan apa yang terjadi dengan VW, namun pengisian daya, menarik bagi kami saat diesel tak lagi menjadi energi alternatif. Industri mobil membutuhkan mobilititas elektronik lebih banyak dibandingkan sebelumnya," ujarnya.
Swatch akan memulai produksi baterai berpaten tersebut di fasilitas produksi mereka pada 2019, namun karena masih dalam tahap percobaan, produksi akan dibatasi 200 unit per hari dengan berbagai ukuran.
Sepeda listrik, skuter dan drone akan menjadi target mereka sebelum menerapkannya pada mobil akhir tahun ini.
Swatch berencana menjual baterai dengan nilai lebih dari 10 miliar dolar AS hingga 2020. Nota kesepahaman antara Swatch dan Geely menunjukkan bahwa pasar China akan digunakan menguji teknologi itu, demikian Car Advice.
Swatch memiliki 51 persen saham di Belenos Clean Power, sebuah perusahaan yang didedikasikan untuk energi bersih dan fokus pada pembuatan teknologi baterai baru.
Menurut laporan TwentyTwoTen, baterai yang dihasilkan perusahaan itu berasal dari senyawa yang dipatenkan untuk mengembangkan sel baterai.
Senyawa tersebut menggunakan vanadium ketimbang bahan baku langka, sehingga baterai lebih murah untuk diproduksi secara massal.
CEO Swatch Group AG Nick Hayeck mengatakan bahwa skandal dieselgate Volkswagen memicu mereka untuk terjun ke industri ini.
"Saya tidak senang dengan apa yang terjadi dengan VW, namun pengisian daya, menarik bagi kami saat diesel tak lagi menjadi energi alternatif. Industri mobil membutuhkan mobilititas elektronik lebih banyak dibandingkan sebelumnya," ujarnya.
Swatch akan memulai produksi baterai berpaten tersebut di fasilitas produksi mereka pada 2019, namun karena masih dalam tahap percobaan, produksi akan dibatasi 200 unit per hari dengan berbagai ukuran.
Sepeda listrik, skuter dan drone akan menjadi target mereka sebelum menerapkannya pada mobil akhir tahun ini.
Swatch berencana menjual baterai dengan nilai lebih dari 10 miliar dolar AS hingga 2020. Nota kesepahaman antara Swatch dan Geely menunjukkan bahwa pasar China akan digunakan menguji teknologi itu, demikian Car Advice.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Festival Teater Pelajar berikan ruang ekspresi dan penyaluran minat bakat siswa di bidang budaya
15 December 2024 20:24 WIB
Pekan kunjungan perpustakaan Kota Magelang berhasil tarik minat pegiat literasi
14 September 2024 15:26 WIB
Pemkot Magelang harapkan Bunda Literasi tingkatkan minat baca warga
17 November 2023 15:21 WIB, 2023
Terpopuler - OTOMOTIF
Lihat Juga
Nissan Perkirakan Laba Operasional Turun Setelah Ada Skandal "Inspeksi"
09 November 2017 14:44 WIB, 2017
Inilah Mitsubishi Punya 11 Model Baru, Dikeluarkan Bertahap Sampai 2020
05 November 2017 8:48 WIB, 2017
Pertama Kali di Dunia, Ferrari Perkenalkan FXX-K Evo, yang Produksinya Terbatas
02 November 2017 12:10 WIB, 2017
Banyak Model Baru oleh Manufaktur Mobil, Permintaan LGCC jadi Menguat di Indonesia
02 November 2017 12:04 WIB, 2017
Mitsubishi Memperkenalkan Eclipse Cross sebagai Model Global Pertama
02 November 2017 10:12 WIB, 2017