Rupiah Menguat ke Posisi Rp13.310
Senin, 6 Februari 2017 10:56 WIB
Penukaran Valas Petugas menghitung uang pecahan 100 dolar AS di penukaran valas Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (4/3). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah sebesar 0,17 persen atau berada pada posisi Rp 12.990 per dolar AS. (ANTARA FOTO/P
Jakarta, ANTARA JATENG - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp13.310, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.343 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa adanya sinyal pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia memberikan ruang bagi rupiah untuk kembali melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS.
"Penguatan rupiah yang terjadi relatif masih terbatas seiring sikap pasar yang menahan diri menjelang data pertumbuhan ekonomi domestik. Jika rilis data-data ekonomi direspon baik rupiah berpotensi melanjutkan kenaikan lebih tinggi," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelemahan dolar AS juga masih berlanjut di pasar valuta asing kawasan Asia menyusul ekonomi Amerika Serikat relatif masih melambat. Pergerakan sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah pun terbantu dengan pelemahan dolar AS itu.
"Belum membaiknya ekonomi Amerika Serikat itu membuat sinyal waktu kenaikan suku bunga di AS belum jelas sehingga berimbas pada pelemahan laju dolar AS. Rupiah pun memanfaatkan pelemahan itu untuk terapresiasi," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa fokus pelaku pasar saat ini tertuju pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal empat 2016, jika angka ekonmi itu di bawah 5 persen maka berpeluang memberikan dampak negatif terhadap rupiah.
Ia mengatakan bahwa masih adanya harapan perbaikan ekonomi pada 2017 yang masih bertahan melihat efek dari kenaikan harga komoditas juga turut menjaga fluktuasi rupiah.
"Optimisme terhadap pertumbuhan ke depan masih terjaga," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa adanya sinyal pertumbuhan bagi ekonomi Indonesia memberikan ruang bagi rupiah untuk kembali melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS.
"Penguatan rupiah yang terjadi relatif masih terbatas seiring sikap pasar yang menahan diri menjelang data pertumbuhan ekonomi domestik. Jika rilis data-data ekonomi direspon baik rupiah berpotensi melanjutkan kenaikan lebih tinggi," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelemahan dolar AS juga masih berlanjut di pasar valuta asing kawasan Asia menyusul ekonomi Amerika Serikat relatif masih melambat. Pergerakan sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah pun terbantu dengan pelemahan dolar AS itu.
"Belum membaiknya ekonomi Amerika Serikat itu membuat sinyal waktu kenaikan suku bunga di AS belum jelas sehingga berimbas pada pelemahan laju dolar AS. Rupiah pun memanfaatkan pelemahan itu untuk terapresiasi," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa fokus pelaku pasar saat ini tertuju pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal empat 2016, jika angka ekonmi itu di bawah 5 persen maka berpeluang memberikan dampak negatif terhadap rupiah.
Ia mengatakan bahwa masih adanya harapan perbaikan ekonomi pada 2017 yang masih bertahan melihat efek dari kenaikan harga komoditas juga turut menjaga fluktuasi rupiah.
"Optimisme terhadap pertumbuhan ke depan masih terjaga," katanya.
Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024