Wall Street Tertekan Oleh Sentimen Minyak dan Donald Trump
Selasa, 7 Februari 2017 6:43 WIB
Bursa saham New York, Wall Street (Reuters)Bursa saham New York, Wall Street (Reuters)
Jakarta, ANTARA JATENG - Harga saham di bursa saham New York, Amerika Serikat, terpangkas oleh sentimen turunnya harga minyak dan ketidakmenentuan dalam kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump.
Indeks patokan S&P 500 tertekan setelah sempat merangsek naik pada penutupan Jumat pekan lalu.
Harga saham AS terus berfluktuasi sejak keterpilihan Trump sebagai presiden AS November silam, setelah pasar diselimuti ekspektasi positif akan adanya stimulus fiskal dan deregulasi pasar di bawah pemerintahan Trump.
Namun optimisme ini menyurut karena pasar kini menantikan detail-detail kebijakan ekonomi Trump, kata Ernie Cecilia dari Bryn Mawr Trust, Pennsylvania.
"Pasar bergerak baik sekali terangkat faktor stimulus itu," kata Cecilia. "Kini kami memerlukan perincian dalam soal pemangkasan pajak dan regulasi."
Indeks patokan Dow Jones Industrial Average terpangkas 34 poin atau 0,17 persen untuk ditutup pada 20.037,46 poin, sedangkan indeks S&P 500 tergerus 7,24 poin atau 0,32 persen pada 2.290,18 poin. Sementara itu, indeks Nasdaq tertekan 11,27 poin atau 0,2 persen pada 5.655,50 poin.
Para ekonom Goldman Sachs menyatakan stimulus fiskal kemungkinan mendorong AS pada 2018, bukan tahun ini, karena risiko ekonomi tidak begitu positif memasuki 2017 ini, sedangkan agenda pro-pertumbuhan Trump akan terganggu dampak negatif pembatasan perdagangan dan imigrasi.
"Ada kekhawatiran menyangkut reaksi buruk dari kebijakan proteksionis yang dikeluarkan Washington di mana negara-negara lain dan investor ingin mendapatkan kepastian," kata Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments seperti dikutip Reuters.
Indeks patokan S&P 500 tertekan setelah sempat merangsek naik pada penutupan Jumat pekan lalu.
Harga saham AS terus berfluktuasi sejak keterpilihan Trump sebagai presiden AS November silam, setelah pasar diselimuti ekspektasi positif akan adanya stimulus fiskal dan deregulasi pasar di bawah pemerintahan Trump.
Namun optimisme ini menyurut karena pasar kini menantikan detail-detail kebijakan ekonomi Trump, kata Ernie Cecilia dari Bryn Mawr Trust, Pennsylvania.
"Pasar bergerak baik sekali terangkat faktor stimulus itu," kata Cecilia. "Kini kami memerlukan perincian dalam soal pemangkasan pajak dan regulasi."
Indeks patokan Dow Jones Industrial Average terpangkas 34 poin atau 0,17 persen untuk ditutup pada 20.037,46 poin, sedangkan indeks S&P 500 tergerus 7,24 poin atau 0,32 persen pada 2.290,18 poin. Sementara itu, indeks Nasdaq tertekan 11,27 poin atau 0,2 persen pada 5.655,50 poin.
Para ekonom Goldman Sachs menyatakan stimulus fiskal kemungkinan mendorong AS pada 2018, bukan tahun ini, karena risiko ekonomi tidak begitu positif memasuki 2017 ini, sedangkan agenda pro-pertumbuhan Trump akan terganggu dampak negatif pembatasan perdagangan dan imigrasi.
"Ada kekhawatiran menyangkut reaksi buruk dari kebijakan proteksionis yang dikeluarkan Washington di mana negara-negara lain dan investor ingin mendapatkan kepastian," kata Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments seperti dikutip Reuters.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Kawasan Ngarsopuro jadi street art, Gibran targetkan selesai akhir tahun
12 October 2022 6:54 WIB, 2022
Wall Street jatuh, Dow anjlok lebih 700 poin karena kekhawatiran COVID-19
27 June 2020 9:54 WIB, 2020
Terpopuler - ENGLISH
Lihat Juga
Dolar AS Terus Menguat Setelah Donald Trump Janjikan Pemotongan Pajak
11 February 2017 7:40 WIB, 2017
Emas Naik Didukung Berlanjutnya Kekhawatiran Ketidakpastian Politik AS
08 February 2017 7:26 WIB, 2017