Semarang, ANTARA JATENG - Puluhan sopir angkutan kota berbagai trayek di Kota Semarang mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat memprotes rencana pembukaan dua koridor baru BRT Trans Semarang.

"Yang datang para sopir dari empat trayek, yakni C10, C2, C5, dan R10C. Kalau dua koridor baru Trans Semarang ini dibuka, habis sudah," kata Koordinator Paguyuban Sopir R 10 Totok Hardiyanto di Semarang, Rabu.

Trayek C10 melayani Pasar Johar-Banyumanik PP, C2 melayani jurusan Kedungmundu-Pasar Johar PP, C5 melayani trayek Tegalwareng (Sriwijaya)-Kedungmundu PP, sementara R10C melayani Jatingaleh-Unnes Gunungpati PP.

Totok menjelaskan sopir yang menjalankan trayek C10 selama ini sudah terdampak dengan dioperasikannya Koridor II dan III Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang, dan sekarang malah mau ditambah dua koridor baru lagi.

"Sekarang ini, sopir hanya bisa bawa duit pulang rata-rata Rp50 ribu/hari, kadang kurang dari itu. Saya jelaskan, setiap armada angkot ini menghidupi tiga keluarga, yakni keluarga pemilik dan dua sopir," katanya.

Di trayek R10, kata dia, setidaknya ada 235 armada yang beroperasi sehingga jika ditotal dengan keseluruhan trayek yang ada bisa dihitung berapa besar sektor industri kecil angkot ini yang terdampak oleh Trans Semarang.

Widodo, perwakilan sopir angkot lainnya menambahkan keberadaan Trans Semarang kian menyulitkan mereka mendapatkan penumpang sehingga praktis mengurangi pendapatan yang biasanya bisa didapatkan dari pekerjaan menarik angkot itu.

"Penghasilan sopir angkot sudah kecil jadi semakin kecil. Begini, satu `tangkep` (PP) dari Pasar Johar-Banyumanik hanya dapat Rp13 ribu. Ramenya cuma pagi sama sore hari. Sekarang, paling bisa bawa Rp10-30 ribu/hari," keluhnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Agung Budi Margono yang memimpin audiensi dengan para sopir angkot mengatakan semestinya transportasi publik harus memperhatikan trayek-trayek yang sebelumnya sudah beroperasi.

"Kalau ternyata dengan pembukaan transportasi publik malah membuat kesejahteraan sopir angkot turun, berarti roh angkutan publik tidak tercapai. Apalagi, katanya mereka (sopir) angkot belum disosialisasi koridor baru," katanya.

Yang jelas, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu akan mendorong Pemerintah Kota Semarang untuk merumuskan solusi terbaik, sebab harus ada formulasi yang pas untuk mensinergikan angkot dengan BRT Trans Semarang.

"Apakah akan dibentuk konsorsium merangkul sopir angkot ini, mengalihkan angkot di trayek itu sebagai `feeder` atau trayek pengumpan, atau bagaimana. Ini kan berkaitan dengan hajat hidup banyak orang," pungkasnya.