NSA Cemooh Tuduhan Keterlibatan Inggris Sadap Donald Trump
Minggu, 19 Maret 2017 6:39 WIB
Richard Ledgett. ( Reuters)
London, ANTARA JATENG - Wakil Direktur Badan Keamanan Nasional Amerika
Serikat (NSA) Richard Ledgett mencemooh dan menilai "omong kosong yang
keterlaluan" atas tuduhan bahwa badan keamanan Inggris (GCHQ) terlibat
telah memata-matai Donald Trump saat kampanye pemilihan Presiden AS
2016.
Pendapat itu disampaikan Ledgett, Sabtu (18/3), terkait pernyataan Presiden AS Donad Trump yang bersikukuh dengan tuduhannya yang tanpa bukti bahwa pemerintahan Barack Obama telah menyadap teleponnya selama kampanye pemilihan presiden pada 2016.
Juru bicara Trump pada Kamis (16/3) mengutip laporan media bahwa GCHQ Inggris berada di bawah komando NSA untuk melakukan pengintaian itu.
Ledgett dalam wawancara dengan BBC News menegaskan bahwa pemikiran soal Inggris terlibat dalam aksi mematai-matai Trump adalah "ide gila".
"Itu sangat tidak didasarkan atas pemahaman soal bagaimana hubungan di antara badan-badan masyarakat intelijen. Betul-betul mengabaikan realitas politik soal, apakah pemerintahan Kerajaan Inggris setuju untuk melakukannya?", kata Ledgett.
Ia menyampaikan bahwa tidak akan ada manfaatnya bagi Pemerintah Inggris untuk memata-matai Trump mengingat berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan.
"Akan sangat bodoh," kata Ledgett, yang berencana akan pensiun dalam waktu dekat.
Para pejabat dan mantan pejabat NSA telah menggambarkan hubungan sengit antara badan-badan intelijen dengan pemerintahan Trump.
Trump, yang mulai menjabat sebagai Presiden AS pada Januari 2017, awal bulan ini mencuit bahwa Barack Obama sebagai pendahulunya di tampuk kepemimpinan di Gedung Putih telah menyadap dirinya saat tahap-tahap akhir kampanye Presiden AS 2016.
Obama dinilai terlalu berpihak ke Hillary Clinton, yang sesama dari Partai Demokrat, yang menjadi pesaing Trump dalam pilpres AS 2016.
Trump, Presiden AS mewakili Partai Republik itu tidak memberikan bukti atas tuduhan yang dilancarkannya. Oleh karena itu, juru bicara Obama menilainya sebagai tudingan yang "tidak benar sama sekali".
Pengulas dari jaringan televisi Fox News di AS, Andrew Napolitano, pada Selasa (14/3) menuding badan Inggris yang serupa dengan NSA, yaitu Government Communications Headquarters (GCHQ), telah turut serta membantu Obama mematai-matai Trump.
Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer pun mengutip pernyataan Napolitano itu pada Kamis.
Melalui pernyataan terbuka yang jarang dilakukan, GCHQ mengatakan tuduhan bahwa pihaknya memata-matai Trump "benar-benar konyol" dan tidak akan digubris.
Pada Jumat (17/3), Trump mengatakan bahwa pertanyaan mengenai tuduhan penyadapan itu seharusnya ditujukan kepada Fox News, dan bukan kepada dirinya.
Pendapat itu disampaikan Ledgett, Sabtu (18/3), terkait pernyataan Presiden AS Donad Trump yang bersikukuh dengan tuduhannya yang tanpa bukti bahwa pemerintahan Barack Obama telah menyadap teleponnya selama kampanye pemilihan presiden pada 2016.
Juru bicara Trump pada Kamis (16/3) mengutip laporan media bahwa GCHQ Inggris berada di bawah komando NSA untuk melakukan pengintaian itu.
Ledgett dalam wawancara dengan BBC News menegaskan bahwa pemikiran soal Inggris terlibat dalam aksi mematai-matai Trump adalah "ide gila".
"Itu sangat tidak didasarkan atas pemahaman soal bagaimana hubungan di antara badan-badan masyarakat intelijen. Betul-betul mengabaikan realitas politik soal, apakah pemerintahan Kerajaan Inggris setuju untuk melakukannya?", kata Ledgett.
Ia menyampaikan bahwa tidak akan ada manfaatnya bagi Pemerintah Inggris untuk memata-matai Trump mengingat berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan.
"Akan sangat bodoh," kata Ledgett, yang berencana akan pensiun dalam waktu dekat.
Para pejabat dan mantan pejabat NSA telah menggambarkan hubungan sengit antara badan-badan intelijen dengan pemerintahan Trump.
Trump, yang mulai menjabat sebagai Presiden AS pada Januari 2017, awal bulan ini mencuit bahwa Barack Obama sebagai pendahulunya di tampuk kepemimpinan di Gedung Putih telah menyadap dirinya saat tahap-tahap akhir kampanye Presiden AS 2016.
Obama dinilai terlalu berpihak ke Hillary Clinton, yang sesama dari Partai Demokrat, yang menjadi pesaing Trump dalam pilpres AS 2016.
Trump, Presiden AS mewakili Partai Republik itu tidak memberikan bukti atas tuduhan yang dilancarkannya. Oleh karena itu, juru bicara Obama menilainya sebagai tudingan yang "tidak benar sama sekali".
Pengulas dari jaringan televisi Fox News di AS, Andrew Napolitano, pada Selasa (14/3) menuding badan Inggris yang serupa dengan NSA, yaitu Government Communications Headquarters (GCHQ), telah turut serta membantu Obama mematai-matai Trump.
Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer pun mengutip pernyataan Napolitano itu pada Kamis.
Melalui pernyataan terbuka yang jarang dilakukan, GCHQ mengatakan tuduhan bahwa pihaknya memata-matai Trump "benar-benar konyol" dan tidak akan digubris.
Pada Jumat (17/3), Trump mengatakan bahwa pertanyaan mengenai tuduhan penyadapan itu seharusnya ditujukan kepada Fox News, dan bukan kepada dirinya.
Pewarta : Antaranews
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pelatihan Bahasa Inggris USM Internationalization and Development 2024 dibuka rektor
11 July 2024 17:22 WIB