Kampus PGSD Tegal Ditutup, Mahasiswa Unnes Kembali Demo
Senin, 10 April 2017 18:29 WIB
Ratusan mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Semarang (Unnes) Unit Pelaksana Program (UPP) Tegal mendatangi Rektorat Unnes di Semarang, Senin (10/4), memprotes penutupan kampus mereka di Tegal (Foto: ANTARAJATENG.CO
Semarang, ANTARA JATENG - Ratusan mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Semarang Unit Pelaksana Program (UPP) Tegal kembali mendatangi Rektorat Unnes, Senin, memprotes penutupan kampus di Tegal.
Dengan menggunakan beberapa bus berukuran besar, mereka berbondong-bondong mendatangi Rektorat Unnes dengan membawa sejumlah spanduk memprotes kebijakan yang tidak lagi menerima mahasiswa baru di UPP PGSD Unnes di Tegal mulai tahun ini.
Menurut koordinator aksi, Arif Nur Muhammad, aksi kali ini merupakan kelanjutan aksi mereka pada Jumat (7/4) lalu karena merasa kurang puas dengan hasilnya meski saat itu sudah ditemui langsung oleh Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman.
Kali ini, mereka kembali mencari Rektor Unnes untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan, namun yang bersangkutan sedang tidak berada di lokasi karena sedang ada kunjungan ke Turki, Mereka ditemui jajaran wakil rektor Unnes.
Sempat terjadi ketegangan antara mahasiswa dan satuan pengamanan (satpam) kampus ketika peserta aksi ingin memaksa masuk Rektorat Unnes mencari rektor maupun wakil rektor untuk mendapatkan jawaban atas tuntutan yang mereka sampaikan.
Ketegangan kembali terjadi ketika mahasiswa melanjutkan aksi usai istirahat mengetahui pintu masuk rektorat yang terbuat dari kaca digembok dari dalam, namun aparat satuan pengamanan kampus Unnes bersiaga dibantu petugas kepolisian.
"Kami menuntut. Pertama, membuka kuota mahasiswa baru UPP PGSD Unnes di Tegal sebanyak 160 mahasiswa dengan rincian 112 mahasiswa lewat jalur Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) dan 48 mahasiswa melalui SPMU atau jalur mandiri," katanya.
Kedua, kata dia, perbaikan fasilitas, meliputi pengadaan peralatan praktikum, pengadaan empat proyektor LCD, revitalisasi asrama agar layak pakai, khususnya air bersih, penerangan, tempat tidur, perbaikan WiFi, dan toilet.
Wakil Rektor I Unnes Prof Rustono yang menemui mahasiswa menerima tuntutan mahasiswa dan berjanji menyampaikannya kepada lembaga sebagai bahan pertimbangan membuat keputusan, namun dirinya tidak bisa menjanjikan pemenuhan tuntutan mahasiswa.
"Kami secara resmi menerima tuntutan ini dan akan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan keputusan dari lembaga," katanya seraya masuk kembali ke dalam Rektorat Unnes ketika didesak mahasiswa kapan tuntutan itu akan disampaikan.
Sebelumnya, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman menjelaskan Unnes tidak menutup prodi PGSD, melainkan hanya mengurangi kuota penerimaan mahasiswa baru karena kegiatan PGSD akan dipusatkan di kampus PGSD Unnes di Ngaliyan, Semarang.
Untuk UPP PGSD Unnes di Tegal, kata dia, mulai tahun ini memang tidak menerima mahasiswa baru karena fasilitas yang ada di kampus tersebut tidak memadai dan kurang memenuhi standar, seperti luasan lahan yang terbatas yang menjadi kendala.
"Tentunya, agar menghasilkan guru dengan profil ideal sebagaimana diamanatkan undang-undang. Sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan, Unnes harus memiliki fasilitas pendidikan yang baik dan terstandar," kata Fathur ketika itu.
Dengan menggunakan beberapa bus berukuran besar, mereka berbondong-bondong mendatangi Rektorat Unnes dengan membawa sejumlah spanduk memprotes kebijakan yang tidak lagi menerima mahasiswa baru di UPP PGSD Unnes di Tegal mulai tahun ini.
Menurut koordinator aksi, Arif Nur Muhammad, aksi kali ini merupakan kelanjutan aksi mereka pada Jumat (7/4) lalu karena merasa kurang puas dengan hasilnya meski saat itu sudah ditemui langsung oleh Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman.
Kali ini, mereka kembali mencari Rektor Unnes untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan, namun yang bersangkutan sedang tidak berada di lokasi karena sedang ada kunjungan ke Turki, Mereka ditemui jajaran wakil rektor Unnes.
Sempat terjadi ketegangan antara mahasiswa dan satuan pengamanan (satpam) kampus ketika peserta aksi ingin memaksa masuk Rektorat Unnes mencari rektor maupun wakil rektor untuk mendapatkan jawaban atas tuntutan yang mereka sampaikan.
Ketegangan kembali terjadi ketika mahasiswa melanjutkan aksi usai istirahat mengetahui pintu masuk rektorat yang terbuat dari kaca digembok dari dalam, namun aparat satuan pengamanan kampus Unnes bersiaga dibantu petugas kepolisian.
"Kami menuntut. Pertama, membuka kuota mahasiswa baru UPP PGSD Unnes di Tegal sebanyak 160 mahasiswa dengan rincian 112 mahasiswa lewat jalur Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) dan 48 mahasiswa melalui SPMU atau jalur mandiri," katanya.
Kedua, kata dia, perbaikan fasilitas, meliputi pengadaan peralatan praktikum, pengadaan empat proyektor LCD, revitalisasi asrama agar layak pakai, khususnya air bersih, penerangan, tempat tidur, perbaikan WiFi, dan toilet.
Wakil Rektor I Unnes Prof Rustono yang menemui mahasiswa menerima tuntutan mahasiswa dan berjanji menyampaikannya kepada lembaga sebagai bahan pertimbangan membuat keputusan, namun dirinya tidak bisa menjanjikan pemenuhan tuntutan mahasiswa.
"Kami secara resmi menerima tuntutan ini dan akan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan keputusan dari lembaga," katanya seraya masuk kembali ke dalam Rektorat Unnes ketika didesak mahasiswa kapan tuntutan itu akan disampaikan.
Sebelumnya, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman menjelaskan Unnes tidak menutup prodi PGSD, melainkan hanya mengurangi kuota penerimaan mahasiswa baru karena kegiatan PGSD akan dipusatkan di kampus PGSD Unnes di Ngaliyan, Semarang.
Untuk UPP PGSD Unnes di Tegal, kata dia, mulai tahun ini memang tidak menerima mahasiswa baru karena fasilitas yang ada di kampus tersebut tidak memadai dan kurang memenuhi standar, seperti luasan lahan yang terbatas yang menjadi kendala.
"Tentunya, agar menghasilkan guru dengan profil ideal sebagaimana diamanatkan undang-undang. Sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan, Unnes harus memiliki fasilitas pendidikan yang baik dan terstandar," kata Fathur ketika itu.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024