Semarang, ANTARA JATENG - Kementerian Perindustrian mempertemukan sejumlah perusahaan dengan SMK di Jawa Tengah dan Yogyakarta melalui program pendidikan kejuruan atau vokasi industri.

"Pada program ini kami menggandeng sebanyak 117 perusahaan dan 389 SMK dari Jawa Tengah dan DIY," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri "link and match" industri dengan SMK wilayah Jawa Tengah dan DIY di Perusahaan Apac Inti Kabupaten Semarang, Jumat.

Ia mengatakan langkah prioritas tersebut bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang trampil sesuai kebutuhan dunia usaha saat ini. Menurut dia, di era persaingan global saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci sukses untuk bisa bersaing dan memenangkan kompetisi.

Dia mengatakan sektor industri membutuhkan tenaga kerja yang kompeten, tidak saja dari keilmuan tetapi juga lebih diutamakan penguasaan ketrampilan dan "attitude" dalam bekerja.

"Kebutuhan ini diharapkan bisa dipasok dari pendidikan, khususnya pendidikan vokasi baik tingkat menengah maupun pendidikan tinggi," katanya.

Sebelumnya, pada tahap pertama peluncurannya, program pendidikan vokasi industri dilaksanakan pada 28 Februari 2017 di Mojokerto dan melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 234 SMK di Jawa Timur. Sebagai tindak lanjutnya, dikatakan telah dilakukan penyelarasan kurikulum untuk 18 kompetensi keahlian bidang industri antara SMK dengan perusahaan.

Pihaknya menargetkan program pembinaan dan pengembangan SMK yang "link and match" dengan industri memiliki sasaran sebanyak 1.775 SMK atau terdiri dari 845.000 siswa yang akan dikerjasamakan dengan 355 perusahaan sampai tahun 2019.

Oleh karena itu, pihaknya akan melanjutkan program serupa secara bertahap di beberapa provinsi lain di antaranya Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan di Sumatera.

Pada kesempatan tersebut, Airlangga juga mengapresiasi para pelaku usaha yang telah berkomitmen untuk bersama-sama mengembangkan vokasi di Indonesia, salah satunya melalui program pembinaan dan pengembangan SMK berbasis kompetensi yang "link and match" dengan industri.

"Pada dasarnya ini adalah investasi industri terhadap SDM karena jika vokasi yang ada di Indonesia bisa menghasilkan SDM yang kompeten sesuai kebutuhan industri maka `benefit` tersebut akan kembali kepada perusahaan," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan terkait dengan program tersebut, pihaknya akan berperan khususnya dalam menyiapkan tenaga kerja.

"Ini adalah langkah luar biasa karena dalam hal ini tenaga kerja setiap hari dituntut untuk lebih kreatif. Untuk mengantisipasi ini tidak ada pilihan lain kecuali melakukan `link and match`," katanya.

Dia mengatakan upaya tersebut tidak dapat hanya dilakukan sekali tetapi berulang kali dan terus diperbarui.

"Mudah-mudahan ini langkah awal hubungan keterjalinan antara SMK dan usaha. Saat ini kami juga tengah merevitalisasi 42 SMK di Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah yaitu SMK Tekstil di Pekalongan," katanya.

Dia mengatakan upaya revitalisasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK karena nantinya SMK yang direvitalisasi tersebut juga akan dilengkapi dengan peralatan penunjang untuk praktik para siswa.

Selain itu, pihaknya juga meningkatkan kualitas guru dengan menambah keahliannya. Jika selama ini para guru SMK hanya memiliki keilmuan secara adaptif dan normatif, nantinya juga akan ditambah kemampuan produktif.

"Belum lama ini saya melepas 18 guru belajar ke Perancis, tahun ini targetnya ada 60 guru SMK yang belajar ke sana. Selanjutnya akan ada 160 guru yang belajar di Jerman," katanya.

Dia mengatakan dipilihnya Perancis dan Jerman sebagai tempat belajar para guru karena kedua negara tersebut merupakan beberapa negara industri terbesar di dunia.