Purwokerto, ANTARA JATENG - Dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia --seperti yang ditulis wikipedia.org-- tercatat sebanyak 19 terowongan kereta api di Sumatera dan Jawa, lima di antaranya tidak dioperasikan kembali karena jalurnya telah mati atau ditutup sementara.

Dari 19 terowongan kereta api tersebut, dua di antaranya dibangun setelah Indonesia merdeka, sedangkan lainnya merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda.

Dua terowongan kereta api yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yakni Terowongan Eka Bakti Karya dengan panjang 850 meter dan Terowongan Dwi Bakti Karya dengan panjang 400 meter, dibangun pada tahun 1969 pada jalur Malang-Blitar, Jawa Timur.

Pembangunan dua terowongan tersebut berbarengan dengan pembangunan Bendungan Karangkates karena jalur kereta api peninggalan Belanda yang ada saat itu tertimbun oleh material proyek sehingga harus dibuatkan jalur baru yang memutar dan menembus bukit (sumber: http://ngalam.co/2016/03/02/terowongan-eka-dan-dwi-bakti-karya-karya-monumental-indonesia).

Selang 48 tahun setelah beroperasinya dua terowongan kereta api jalur Blitar-Malang, sejarah perkeretaapian Indonesia kembali mencatat tiga terowongan baru yang salah satunya mulai dikerjakan.

Tiga terowongan baru yang sedang dan akan dibangun itu berada di jalur kereta api Purwokerto-Kroya, yakni satu terowongan di Notog dan dua terowongan di Kebasen, keduanya masuk wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Kendati bukan yang pertama dalam sejarah perkeretaapian pascakemerdekaan, pembangunan terowongan di Kabupaten Banyumas merupakan yang pertama untuk jalur rel ganda karena dua terowongan yang dibangun pada tahun 1969 hanya untuk satu jalur rel kereta api.

"Tiga terowongan yang sedang dan akan dibangun di Banyumas merupakan terowongan kereta api pertama yang dibuat untuk jalur rel ganda. Ini merupakan sejarah baru dalam perkeretaapian Indonesia," kata Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 5 Purwokerto Ixfan Hendriwintoko.

Ia mengatakan di wilayah PT KAI Daop 5 Purwokerto ada tiga terowongan peninggalan Belanda yang hingga saat ini masih difungsikan, yakni Terowongan Ijo (Kabupaten Kebumen) sepanjang 580 meter yang dibangun pada tahun 1885-1886 , Terowongan Notog sepanjang 260 meter yang dibangun pada tahun 1915, dan Terowongan Kebasen sepanjang 79 meter yang dibangun pada tahun 1915.

Sementara itu, Kepala Divisi Teknik dan Material Satuan Kerja Cirebon-Kroya Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Eko Budi mengatakan proyek jalur rel ganda Purwokerto-Kroya juga dilakukan pembangunan tiga terowongan, masing-masing berada di Desa Notog sebanyak satu terowongan dan di Kebasen sebanyak dua terowongan.

Menurut dia, terowongan di Notog yang direncanakan memiliki panjang 550 meter untuk menggantikan terowongan yang ada saat ini dengan panjang 260 meter itu dikerjakan oleh PT PP (Persero).

Sementara dua terowongan di Kebasen masing-masing direncanakan sepanjang 109 meter dan 183 meter untuk menggantikan terowongan yang ada saat ini sepanjang 79 meter itu pembangunannya dikerjakan oleh PT Adhi Karya (Persero).

"Tiga terowongan baru itu masing-masing untuk dua jalur rel sekaligus. Sementara untuk pembangunan beberapa jembatan kecil sudah selesai," katanya.

Ia mengatakan dari tiga terowongan tersebut, pembangunan Terowongan Notog sudah dimulai dengan pengeboran sedangkan untuk dua terowongan di Kebasen masih dalam tahap persiapan.

                                                  Pengeboran Terowongan
General Manager Infrastruktur PT PP (Persero) Apri Setiawan mengatakan karena badan usaha milik negara (BUMN) itu dipercaya untuk membangun salah satu terowongan kereta api pada proyek jalur rel ganda Purwokerto-Kroya yang ditarget selesai dalam dua tahun.

Ia mengatakan pengeboran Bukit Gunung Gamping untuk keperluan Terowongan Notog telah dimulai pada tanggal 26 April 2017 dari titik "inlet" di Grumbul Kalirajut, Desa Notog, Kecamatan Patikraja.

Menurut dia, pengeboran nantinya juga akan dilakukan dari arah titik "outlet" di Grumbul Gandulekor, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, yang direncanakan mulai dilaksanakan pada pertengahan Mei 2017.

"Kami berharap pada bulan Desember 2017 atau Januari 2018 sudah bisa tembus sehingga dapat segera dilakukan pengecoran beton," katanya.

Ia mengatakan pengeboran terowongan tersebut menggunakan alat berupa "twin header" karena kondisi tanahnya berupa batuan lapuk sehingga tidak memungkinkan jika memakai "Tunnel Boring Machine (TBM)" seperti yang digunakan dalam proyek "Mass Rapid Transit (MRT)" di Jakarta.

Bahkan, kata dia, pihaknya tidak menggunakan bahan peledak meskipun kedalaman penggalian bisa mencapai 6 meter dalam satu kali peledakan.

"Kami khawatir terjadi runtuhan jika dilakukan peledakan karena kondisi tanahnya sangat labil," katanya.

Manajer Proyek Terowongan Notog Eko Septiyanto mengatakan pihaknya berupaya memberikan yang terbaik dalam pembangunan terowongan tersebut.

Menurut dia, hal itu disebabkan usia terowongan yang dibangun harus bisa mencapai lebih dari 100 tahun.

"Kalau kita lihat terowongan yang ada saat ini (Terowongan Notog, red.) dibangun oleh Belanda pada tahun 1915 dan masih kokoh hingga sekarang. Oleh karena itu, terowongan yang sedang dibangun harus lebih kokoh," kata dia yang pernah beberapa kali terlibat dalam pembangunan terowongan air di Sulawesi.

Ia mengharapkan dengan teknologi yang serba modern, terowongan baru itu akan lebih kokoh dari terowongan yang ada saat ini.

Berdasarkan data, selain pembangunan tiga terowongan, dalam proyek jalur rel ganda Purwokerto-Kroya juga dibangun dua jembatan besar baru, masing-masing di Sungai Serayu direncanakan memiliki panjang 277,2 meter atau lebih panjang 22,2 meter dari jembatan saat ini masih digunakan yang sepanjang 255 meter serta di Sungai Logawa direncanakan memiliki panjang 280,2 meter atau lebih panjang 22,2 meter dari jembatan saat ini yang masih digunakan sepanjang 258 meter.

Jembatan-jembatan baru tersebut juga untuk dua jalur rel sekaligus.

Dalam pembangunan jalur rel ganda tersebut, ada beberapa petak jalur lama yang nantinya tidak akan digunakan untuk mengurangi jumlah lengkung atau jalur yang menikung.

Dalam hal ini, jalur rel ganda dibuat lurus dengan cara memangkas bukit dan membuat terowongan baru sehingga jarak Purwokerto-Kroya menjadi lebih pendek dan waktu tempuhnya lebih cepat.

Sebelumnya, jarak Purwokerto-Kroya yang mencapai 36 kilometer, namun dengan adanya pemangkasan bukit dan pembuatan terowongan baru berkurang menjadi 27 kilometer.