Jakarta, ANTARA JATENG - Data pengguna mungkin menjadi salah satu barang
terpanas di pasaran saat ini, karena teknologi terus menembus kehidupan
di seluruh dunia, dan mengetahui bagaimana orang berperilaku menjadi
sumber berharga di berbagai spektrum bisnis.
Perangkat yang
mengumpulkan statistik dan data yang berbeda tentang penguna datang
dalam berbagai bentuk, namun smartphone bisa saja menjadi alat paling
umum belakangan ini untuk mengumpulkan informasi sensitif.
Rupanya
bisnis jual beli data pengguna itu berjalan di China. Pihak berwajib di
provinsi Zhejiang dilaporkan menangkap 22 tersangka pada bulan Mei,
yang tampaknya mencuri dan menjual data pengguna dari database Apple.
Diduga,
mereka yang ditangkap adalah distributor Apple dari pihak ketiga dan
memiliki akses ke data pengguna iPhone, seperti nomor telepon dan ID
Apple.
Dengan sedikit informasi semacam itu terjadi perdagangan
antara 1,5 dolar AS (Rp19.500) hingga 26 dolar AS (Rp338.000),
orang-orang tersebut memutuskan untuk menghasilkan uang dan menjual data
bernilai 7,3 juta dolar AS (Rp94,9 miliar).
Belum ditentukan
berapa banyak orang yang terkena dampak dan belum jelas apakah ada
pengguna di luar China yang menjadi korban pencurian.
Hampir
tidak mungkin untuk melindungi semua kemungkinan penjahat kreatif yang
kini mengincar data pribadi. Kejadian yang terjadi baru-baru ini di
China tersebut menjadi pengingat bahwa bahkan pelanggan perusahaan,
seperti Apple, di mana keamanan merupakan prioritas utama, rentan
terhadap pencurian data, demikian Phone Arena.
Pihak Berwajib China Tangkap Pencuri Data iPhone
Jumat, 9 Juni 2017 12:40 WIB
- (Pixabay/typographyimages)
Pewarta : Arindra Meodia
Editor :
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Pihak Berwajib Teliti Sebab Kasus Karacunan Makanan Puluhan Warga Cirebon
26 March 2017 20:47 WIB, 2017
Terpopuler - IT
Lihat Juga
Bidik generasi muda, BSI gelar literasi digital di sejumlah pusat perbelanjaan Jabodetabek
22 November 2024 13:23 WIB