Wall Street Tertekan Data Ekonomi Suram AS
Jumat, 16 Juni 2017 7:54 WIB
Seorang pialang melakukan trading di Bursa Saham New York (NYSE) setelah diumumkannya kenaikan tingkat suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat di New York, Rabu (14/12/2016). (REUTERS/Lucas Jackson)
New York, ANTARA JATENG - Saham-saham Amerika Serikat di Wall Street
berakhir lebih rendah pada Kamis waktu setempat karena para investor
mempertimbangkan serangkaian laporan ekonomi yang secara umum suram.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 14,66 poin atau 0,07 persen menjadi 21.359,90 poin menurut warta kantor berita Xinhua.
Indeks S&P 500 merosot 5,46 poin atau 0,22 persen menjadi ditutup pada 2.432,46 poin, dan indeks komposit Nasdaq berkurang 29,39 poin atau 0,47 persen menjadi berakhir di 6.165,50 poin.
Penurunan baru di sektor teknologi juga membebani pasar. Saham-saham teknologi besar, termasuk Alphabet, Apple, Amazon dan Facebook semua diperdagangkan lebih rendah setelah peringkat Alphabet diturunkan oleh para analis di Canaccord Genuity.
Dalam pekan yang berakhir 10 Juni, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran disesuaikan secara musiman mencapai 237.000, turun 8.000 dari tingkat minggu sebelumnya yang tidak direvisi, kata Departemen Tenaga Kerja AS, Kamis (15/6).
Departemen dalam laporan terpisah juga mengumumkan bahwa harga impor AS turun 0,3 persen pada Mei, sementara indeks harga untuk ekspor AS turun 0,7 persen.
Produksi industri AS tidak berubah pada Mei, gagal memenuhi konsensus pasar sebesar 0,2 persen, Federal Reserve melaporkan pada Kamis (15/6).
"Kemunduran produksi manufaktur terjadi pada kenaikan April, namun masih menunjukkan moderasi dalam produksi. Harga impor terus menunjukkan kurangnya tekanan kenaikan inflasi, sejalan dengan hampir semua data inflasi Mei lainnya," kata Sophia Kearney-Lederman, analis ekonomi di FTN Financial, dalam sebuah catatan.
Sementara itu, Wall Street masih mencerna keputusan the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin.
Bank sentral AS pada Rabu (14/6) menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya sejak Desember 2015, dan mengumumkan rencana untuk mulai memangkas neraca keuangannya
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 14,66 poin atau 0,07 persen menjadi 21.359,90 poin menurut warta kantor berita Xinhua.
Indeks S&P 500 merosot 5,46 poin atau 0,22 persen menjadi ditutup pada 2.432,46 poin, dan indeks komposit Nasdaq berkurang 29,39 poin atau 0,47 persen menjadi berakhir di 6.165,50 poin.
Penurunan baru di sektor teknologi juga membebani pasar. Saham-saham teknologi besar, termasuk Alphabet, Apple, Amazon dan Facebook semua diperdagangkan lebih rendah setelah peringkat Alphabet diturunkan oleh para analis di Canaccord Genuity.
Dalam pekan yang berakhir 10 Juni, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran disesuaikan secara musiman mencapai 237.000, turun 8.000 dari tingkat minggu sebelumnya yang tidak direvisi, kata Departemen Tenaga Kerja AS, Kamis (15/6).
Departemen dalam laporan terpisah juga mengumumkan bahwa harga impor AS turun 0,3 persen pada Mei, sementara indeks harga untuk ekspor AS turun 0,7 persen.
Produksi industri AS tidak berubah pada Mei, gagal memenuhi konsensus pasar sebesar 0,2 persen, Federal Reserve melaporkan pada Kamis (15/6).
"Kemunduran produksi manufaktur terjadi pada kenaikan April, namun masih menunjukkan moderasi dalam produksi. Harga impor terus menunjukkan kurangnya tekanan kenaikan inflasi, sejalan dengan hampir semua data inflasi Mei lainnya," kata Sophia Kearney-Lederman, analis ekonomi di FTN Financial, dalam sebuah catatan.
Sementara itu, Wall Street masih mencerna keputusan the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin.
Bank sentral AS pada Rabu (14/6) menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya sejak Desember 2015, dan mengumumkan rencana untuk mulai memangkas neraca keuangannya
Pewarta : Antaranews
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kawasan Ngarsopuro jadi street art, Gibran targetkan selesai akhir tahun
12 October 2022 6:54 WIB, 2022
Wall Street jatuh, Dow anjlok lebih 700 poin karena kekhawatiran COVID-19
27 June 2020 9:54 WIB, 2020