Donald Trump Panik, Kabinetnya Sendiri Dicaci Maki
Kamis, 20 Juli 2017 12:51 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (REUTERS/Kevin Lamarque)
Jakarta, ANTARA JATENG - Presiden Amerika Serikat Donald Trump terlihat
panik sekali menyusul kandasnya rencana dia melucuti Obamacare dan niat
mematikan penyelidikan kasus dugaan kolusi tim kampanyenya selama Pemilu
tahun silam dengan Rusia, sehingga mencaci maki anggota kabinetnya
sendiri.
Dalam wawancara khusus dengan New York Times, Rabu waktu setempat, Trump memojokkan bawahan-bawahannya pada Kementerian Kehakiman, termasuk mencerca Jaksa Agung Jeff Sessions yang justru pilihannya.
Tidak hanya Sessions, Trump juga mengkritik keras mantan direktur FBI James Comey, Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein, Plt Direktur FBI Andrew McCabe, dan Pengacara Penyelidik Khusus Robert Mueller.
Tanpa tedeng aling-aling Trump ingin memilih sendiri orang-orang yang bertugas menyelidiki dugaan kolusi dengan Rusia itu.
Kemarahan terbesar Trump tertuju kepada Sessions yang disebutnya tak mau mengintervensi investigasi kasus dugaan kolusi dengan Rusia tersebut.
"Seharusnya dia ngomong dari awal sebelum memangku jabatannya, (karena jika dia tak mau mengintervensi penyelidikan) saya akan memilih orang lain saja (untuk menjadi jaksa agung)," kata Trump dalam wawancara dengan New York Times itu.
Trump terang-terangan menyatakan ingin memilih sendiri orang-orang yang mengawasi penyelidikan terhadap tim kampanyenya itu.
Belum lama tahun ini Sessions menjauhkan dirinya sendiri dari penyelidikan terhadap intervensi Rusia, padahal selama 2016, dia selalu menjadi pembela paling setia Trump yang hampir setiap waktu menyertainya berkampanye.
Belakangan, setiap pekan, ada saja perkembangan baru yang mencengangkan menyangkut penyelidikan orang-orang dalam dan luar tim kampanye Trump, termasuk terungkapnya pertemuan putra tertuanya Donald Trump Jr. dengan orang-orang Rusia yang agendanya memburuk-burukkan citra Hillary Clinton sewaktu Pemilu 2016 dengan bahan informasi yang disediakan Rusia.
Trump kecewa berat kepada Sessions karena si jaksa agung malah enggan ikut campur dalam penyelidikan kasus Rusia.
Trump mengaku pernah bertanya kepada Sessions mengapa dia tidak memberitahukan dia dari awal bahwa jaksa agung ini akan menarik dari dari proses penyelidikan intervensi Rusia dalam Pemilu AS 2016 itu.
"Saya tanya, 'Mengapa Anda tak bilang dari awal?", kata Trump.
Trump melanjutkan kalimatnya, "Bagaimana Anda bisa mengambil jabatannya tetapi malah menarik diri? Jika dari awal tahu dia akan menarik diri (tidak mengintervensi investigasi Rusia), saya pasti sudah bilang, "Terima kasih Jeff, saya tak bisa (memilih Anda). Saya tak akan mengangkat Anda."
Trump menginginkan jaksa agungnya memimpin penyelidikan dugaan intervensi Rusia itu, namun hal itu sama sekali tidak terjadi.
"Sama sekali tidak adil untuk presiden," tutup Trump kepada New York Times.
Dalam wawancara khusus dengan New York Times, Rabu waktu setempat, Trump memojokkan bawahan-bawahannya pada Kementerian Kehakiman, termasuk mencerca Jaksa Agung Jeff Sessions yang justru pilihannya.
Tidak hanya Sessions, Trump juga mengkritik keras mantan direktur FBI James Comey, Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein, Plt Direktur FBI Andrew McCabe, dan Pengacara Penyelidik Khusus Robert Mueller.
Tanpa tedeng aling-aling Trump ingin memilih sendiri orang-orang yang bertugas menyelidiki dugaan kolusi dengan Rusia itu.
Kemarahan terbesar Trump tertuju kepada Sessions yang disebutnya tak mau mengintervensi investigasi kasus dugaan kolusi dengan Rusia tersebut.
"Seharusnya dia ngomong dari awal sebelum memangku jabatannya, (karena jika dia tak mau mengintervensi penyelidikan) saya akan memilih orang lain saja (untuk menjadi jaksa agung)," kata Trump dalam wawancara dengan New York Times itu.
Trump terang-terangan menyatakan ingin memilih sendiri orang-orang yang mengawasi penyelidikan terhadap tim kampanyenya itu.
Belum lama tahun ini Sessions menjauhkan dirinya sendiri dari penyelidikan terhadap intervensi Rusia, padahal selama 2016, dia selalu menjadi pembela paling setia Trump yang hampir setiap waktu menyertainya berkampanye.
Belakangan, setiap pekan, ada saja perkembangan baru yang mencengangkan menyangkut penyelidikan orang-orang dalam dan luar tim kampanye Trump, termasuk terungkapnya pertemuan putra tertuanya Donald Trump Jr. dengan orang-orang Rusia yang agendanya memburuk-burukkan citra Hillary Clinton sewaktu Pemilu 2016 dengan bahan informasi yang disediakan Rusia.
Trump kecewa berat kepada Sessions karena si jaksa agung malah enggan ikut campur dalam penyelidikan kasus Rusia.
Trump mengaku pernah bertanya kepada Sessions mengapa dia tidak memberitahukan dia dari awal bahwa jaksa agung ini akan menarik dari dari proses penyelidikan intervensi Rusia dalam Pemilu AS 2016 itu.
"Saya tanya, 'Mengapa Anda tak bilang dari awal?", kata Trump.
Trump melanjutkan kalimatnya, "Bagaimana Anda bisa mengambil jabatannya tetapi malah menarik diri? Jika dari awal tahu dia akan menarik diri (tidak mengintervensi investigasi Rusia), saya pasti sudah bilang, "Terima kasih Jeff, saya tak bisa (memilih Anda). Saya tak akan mengangkat Anda."
Trump menginginkan jaksa agungnya memimpin penyelidikan dugaan intervensi Rusia itu, namun hal itu sama sekali tidak terjadi.
"Sama sekali tidak adil untuk presiden," tutup Trump kepada New York Times.
Pewarta : Antaranews
Editor :
Copyright © ANTARA 2024