Galeri UMKM Kota Lama Semarang Resmi Dibuka
Rabu, 2 Agustus 2017 7:16 WIB
Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (kanan) menunjukkan produk-produk yang dipamerkan di Semarang Creative Gallery, yang juga Kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Semarang, di Kota Lama, Semarang, yang baru saja d
Semarang, ANTARA JATENG - Galeri usaha mikro, kecil, dan menengah di kawasan Kota Lama Semarang yang dinamai "Semarang Creative Gallery" resmi dibuka, Selasa malam.
Peresmian galeri itu berlangsung dengan suasana mirip zaman Belanda dengan kehadiran para pejabat perempuan dari dinas-dinas terkait yang mengenakan pakaian ala noni-noni Belanda.
Jalan utama di kawasan Kota Lama ditutup untuk kendaraan bermotor, dan persis di depan galeri itu juga dipenuhi dengan kursi-kursi dan beraneka aksesoris yang kian mengentalkan suasana tempo dulu.
Berbagai produk UMKM yang ditampilkan, antara lain tas, sepatu, sandal, kalung, batik, dan "handycraft", serta dilengkapi dengan cafe bagi pengunjung yang datang untuk bersantai.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan setidaknya ada 28 UMKM di Kota Semarang telah bergabung untuk memamerkan dan menjual produk-produk kreatif unggulannya di galeri tersebut.
"Kami yakin keberadaan Semarang Creative Gallery yang didukung kalangan UMKM ini bisa semakin menggerakkan perekonomian di Kota Semarang," katanya, usai meresmikan pembukaan galeri itu.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi meyakini Kota Semarang bakal sejajar dan bahkan lebih hebat dari kota-kota besar lainnya di Indonesia dengan semakin tumbuhnya ekonomi masyarakatnya.
"Jujur, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang kalah dengan kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, termasuk mungkin Medan," katanya.
Akan tetapi, kata dia, kalau hanya melihat besaran APBD yang dimiliki tentunya Kota Semarang tidak akan bisa berkembang sehingga diperlukan kolaborasi dari masyarakat dan swasta.
"Salah satunya, galeri ini. Gedungnya dipinjami PT Telkom, katanya bisa dipakai gratis setelah lima tahun. Setelah lima tahun, kami akan minta perpanjang lagi," katanya.
Kemudian, kata dia, BNI juga membantu "furniture" dan "e-commerce" untuk galeri tersebut ditambah dengan kehadiran Batik Keris yang bekerja sama, termasuk dengan membuka kafe di galeri itu.
Maka dari itu, Hendi optimistis keberadaan galeri itu tidak hanya memancing UMKM yang lainnya di Kota Semarang, tetapi juga akan menjadi ikon pariwisata unggulan di Kota Atlas.
"Apalagi, selama ini Semarang belum punya galeri skala premium untuk memfasilitasi wisatawan dan tamu penting," kata Wali kota yang mengenakan pakaian ala pejabat zaman Belanda itu.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan kalangan UMKM yang memamerkan produknya di galeri itu diseleksi secara ketat.
"Kami membut galeri ini untuk produk-produk premium, tidak sama dengan produk umum. Jadi, kualitas dan mutunya terjamin," kata Ita, sapaan akrab Hevearita yang juga Wakil Wali Kota Semarang itu. .
Peresmian galeri itu berlangsung dengan suasana mirip zaman Belanda dengan kehadiran para pejabat perempuan dari dinas-dinas terkait yang mengenakan pakaian ala noni-noni Belanda.
Jalan utama di kawasan Kota Lama ditutup untuk kendaraan bermotor, dan persis di depan galeri itu juga dipenuhi dengan kursi-kursi dan beraneka aksesoris yang kian mengentalkan suasana tempo dulu.
Berbagai produk UMKM yang ditampilkan, antara lain tas, sepatu, sandal, kalung, batik, dan "handycraft", serta dilengkapi dengan cafe bagi pengunjung yang datang untuk bersantai.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan setidaknya ada 28 UMKM di Kota Semarang telah bergabung untuk memamerkan dan menjual produk-produk kreatif unggulannya di galeri tersebut.
"Kami yakin keberadaan Semarang Creative Gallery yang didukung kalangan UMKM ini bisa semakin menggerakkan perekonomian di Kota Semarang," katanya, usai meresmikan pembukaan galeri itu.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi meyakini Kota Semarang bakal sejajar dan bahkan lebih hebat dari kota-kota besar lainnya di Indonesia dengan semakin tumbuhnya ekonomi masyarakatnya.
"Jujur, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang kalah dengan kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, termasuk mungkin Medan," katanya.
Akan tetapi, kata dia, kalau hanya melihat besaran APBD yang dimiliki tentunya Kota Semarang tidak akan bisa berkembang sehingga diperlukan kolaborasi dari masyarakat dan swasta.
"Salah satunya, galeri ini. Gedungnya dipinjami PT Telkom, katanya bisa dipakai gratis setelah lima tahun. Setelah lima tahun, kami akan minta perpanjang lagi," katanya.
Kemudian, kata dia, BNI juga membantu "furniture" dan "e-commerce" untuk galeri tersebut ditambah dengan kehadiran Batik Keris yang bekerja sama, termasuk dengan membuka kafe di galeri itu.
Maka dari itu, Hendi optimistis keberadaan galeri itu tidak hanya memancing UMKM yang lainnya di Kota Semarang, tetapi juga akan menjadi ikon pariwisata unggulan di Kota Atlas.
"Apalagi, selama ini Semarang belum punya galeri skala premium untuk memfasilitasi wisatawan dan tamu penting," kata Wali kota yang mengenakan pakaian ala pejabat zaman Belanda itu.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan kalangan UMKM yang memamerkan produknya di galeri itu diseleksi secara ketat.
"Kami membut galeri ini untuk produk-produk premium, tidak sama dengan produk umum. Jadi, kualitas dan mutunya terjamin," kata Ita, sapaan akrab Hevearita yang juga Wakil Wali Kota Semarang itu. .
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024