Banyumas, ANTARA JATENG - Pengeboran perdana proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Baturraden di lereng selatan Gunung Slamet, Jawa Tengah, ditargetkan pada kuartal keempat tahun 2017, kata Direktur PT Sejahtera Alam Energy Bregas H. Rochadi.

"Ini adalah area utuh yang sudah kami potong pohonnya, satu `wellpad` atau tempat pengeboran, luasnya kira-kira 1,5 hektare," katanya di Titik H PLTPB Baturraden, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Selasa.

Dalam hal ini, kata dia, pada tahap eksplorasi pihaknya hanya membuka dua "wellpad", yakni di Titik H dan Titik F dengan luas hutan yang dibuka secara keseluruhan sekitar 3 hektare.

Ia mengatakan pengeboran pertama khususnya di Titik H direncanakan pada kuartal keempat tahun 2017 atau sekitar bulan Oktober-Desember dengan kedalaman 3.500 meter dari permukaan lokasi "wellpad" yang berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.

"Eksplorasi merupakan tahap kedua yang harus dijalankan untuk pengembangan panas bumi. Tahap pertama adalah studi permukaan atau survei pendahuluan," katanya.

Dari survei pendahuluan, kata dia, dihasilkan perkiraan di mana panas bumi berada sehingga dapat ditemukan titik-titik pengeboran.

Ia mengatakan pada tahap pertama, pihaknya melakukan tiga pengeboran eksplorasi untuk membuktikan kebenaran hasil survei pendahuluan.

"Berdasarkan studi pendahuluan, area ini akan menghasilkan listrik 220 megawatt. Itu akan dibuktikan kebenarannya melalui eksplorasi," katanya.

Bregas mencontohkan beberapa proyek panas bumi lainnya yang semula potensinya diperkirakan 200 megawatt ternyata bisa mencapai 300 megawatt

Bahkan di Sumatra Selatan, kata dia, potensi panas bumi yang semula diperkirakan 165 megawatt ternyata hanya 65 megawatt.

"Berdasarkan studi pendahuluan, ada 22 titik (panas bumi) tapi hanya dua yang dibuka pada tahap eksplorasi," kata dia menjelaskan.

Setelah tahap eksplorasi, kata dia, pihaknya akan membuat studi visibilitas ulang berdasarkan hasil eksplorasi.

Jika hasil eksplorasi tidak sesuai dengan studi pendahuluan, lanjut dia, akan dilakukan perubahan-perubahan, misalnya 22 titik tersebut akan tetap dibor ataukah dikurangi.

Disinggung mengenai adanya kekhawatiran sejumlah elemen masyarakat terkait dengan pembukaan hutan yang berdampak pada pencemaran air sungai (air menjadi keruh, red.) dan satwa liar, dia mengatakan pihaknya telah mengantisipasinya dengan membuat drainase dan sistem penyaringan air di beberapa titik dengan harapan air dari lokasi proyek yang masuk ke sungai tidak lagi keruh.

Bahkan, kata dia, pihaknya juga langsung melakukan perkerasan dengan batu pada tanah di area hutan yang telah dibuka agar lumpurnya tidak terbawa air.

Dia mengakui jika air sejumlah sungai di Cilongok sempat keruh pada bulan Januari 2017 karena saat itu persiapan yang dilakukan PT SAE tidak sebaik sekarang karena belum ada terpal penutup tanah dan pelapis geotekstil pada saluran air yang menuju tempat penyaringan.

"Kami berusaha mencegah agar kejadian tersebut tidak terulang," katanya.

Terkait dengan satwa liar pada area hutan yang dibuka, dia mengatakan pihaknya selama tiga bulan sebelum pembukaan hutan telah melakukan pengamatan dengan memasang kamera trap di beberapa titik.

Akan tetapi selama pengamatan tersebut, kata dia, tidak terpantau adanya satwa liar di area hutan yang bakal dibuka.

Lebih lanjut, Bregas mengatakan proyek PLTPB Baturraden merupakan bagian dari program pemerintah dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik nasional.

Dalam hal ini, kata dia, PT SAE mendapat tugas dari pemerintah untuk membangun PLTPB Baturraden dan listrik yang dihasilkan dijual ke PLN dengan harga yang sudah ditetapkan.

"Dari pemerintah, proyek ini masuk dalam proyek 10.000 megawatt tahap kedua dan sudah dimasukkan dalam RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) PLN," katanya.

Ia mengatakan berdasarkan perjanjian dengan PLN, PT SAE harus mengalirkan listrik ke badan usaha milik negara itu pada tahun 2022. Jadi kalau PT SAE telat akan didenda oleh PLN," katanya.

Terkait dengan progres pekerjaan, dia mengatakan hal itu paling mudah diketahui dari jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh PT SAE hingga saat ini sekitar 35 juta dolar Amerika Serikat dari total rencana investasi pada tahap eksplorasi sebesar 75 juta dolar.

Menurut dia, dana yang telah dikeluarkan tersebut digunakan untuk infrastruktur di antaranya berupa pembangunan jembatan serta pembangunan dan perbaikan jalan dari Paguyangan, Kabupaten Brebes, menuju lokasi proyek di Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.