FBI Selidiki Uber
Minggu, 10 September 2017 13:07 WIB
Aplikasi transportasi online (Uber) (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Jakarta, ANTARA JATENG - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (Federal Bureau of Investigation/FBI)
melakukan penyelidikan guna mencari tahu apakah Uber Technologies Inc
secara ilegal menggunakan perangkat lunak untuk mengganggu pesaingnya
menurut laporan Wall Street Journal (WSJ) pada Jumat.
Penyelidikan fokus pada satu program Uber, yang secara internal dikenal sebagai "Hell" (neraka), yang dapat melacak pengemudi yang bekerja untuk pesaing mereka, Lyft Inc, kata WSJ mengutip orang-orang yang dekat dengan penyelidikan itu.
Di bawah program yang sudah tidak dilanjutkan sejak tahun lalu itu Uber membuat akun palsu pelanggan Lyft untuk mencari tumpangan, memungkinkannya melacak pengemudi Lyft terdekat beserta tarif mereka menurut laporan WSJ.
Program tersebut juga memungkinkan Uber memperoleh data para pengemudi yang bekerja pada kedua layanan dan membujuk pengemudi untuk meninggalkan Lyft dengan iming-iming insentif tunai, tambah WSJ.
Pertanyaan kunci para penyelidik adalah apakah program itu meliputi akses komputer secara tidak sah menurut laporan surat kabar itu.
Uber tidak segera bisa dihubungi untuk dimintai tanggapan mengenai laporan tersebut.
Menurut WSJ, penyelidikan itu sekarang ditangani oleh FBI New York dan kantor kejaksaan Manhattan, Amerika Serikat.
Uber sudah bergelut dengan berbagai masalah legal dan investigasi ini berlangsung beberapa hari setelah perusahaan mengumumkan CEO baru mereka, mantan bos Expedia Inc, Dara Khosrowshahi, demikian menurut siaran kantor berita Reuters.
Penyelidikan fokus pada satu program Uber, yang secara internal dikenal sebagai "Hell" (neraka), yang dapat melacak pengemudi yang bekerja untuk pesaing mereka, Lyft Inc, kata WSJ mengutip orang-orang yang dekat dengan penyelidikan itu.
Di bawah program yang sudah tidak dilanjutkan sejak tahun lalu itu Uber membuat akun palsu pelanggan Lyft untuk mencari tumpangan, memungkinkannya melacak pengemudi Lyft terdekat beserta tarif mereka menurut laporan WSJ.
Program tersebut juga memungkinkan Uber memperoleh data para pengemudi yang bekerja pada kedua layanan dan membujuk pengemudi untuk meninggalkan Lyft dengan iming-iming insentif tunai, tambah WSJ.
Pertanyaan kunci para penyelidik adalah apakah program itu meliputi akses komputer secara tidak sah menurut laporan surat kabar itu.
Uber tidak segera bisa dihubungi untuk dimintai tanggapan mengenai laporan tersebut.
Menurut WSJ, penyelidikan itu sekarang ditangani oleh FBI New York dan kantor kejaksaan Manhattan, Amerika Serikat.
Uber sudah bergelut dengan berbagai masalah legal dan investigasi ini berlangsung beberapa hari setelah perusahaan mengumumkan CEO baru mereka, mantan bos Expedia Inc, Dara Khosrowshahi, demikian menurut siaran kantor berita Reuters.
Pewarta : Natisha Andarningtyas
Editor :
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Polresta Banyumas selidiki kecelakaan lalu lintas tewaskan dua pejalan kaki
13 November 2025 14:07 WIB
Polres Pekalongan selidiki kasus kompor meledak akibatkan tiga orang tewas
03 November 2025 19:04 WIB
Terpopuler - IT
Lihat Juga
Fitur Anti-Spam dan Anti-Scam Indosat cegah ratusan juta upaya penipuan digital
26 November 2025 22:28 WIB
Mahasiswa Sekolah Vokasi Undip juara melalui AISA, Sahabat Cerdas Petani Sawit
07 November 2025 13:21 WIB
Indosat Ooredoo Hutchison buka kelas AI gratis, jawab kebutuhan talenta digital Indonesia
28 October 2025 15:04 WIB