Gerakan Literasi Digital Bukan Tinggalkan Media Konvensional
Minggu, 24 September 2017 10:40 WIB
Koordinator Penelitian Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) Semarang Dr. Liliek Budiastuti Wiratmo. (Foto: ANTARAJATENG.COM/dok. pribadi)
Semarang, ANTARA JATENG - Koordinator Penelitian Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) Semarang Doktor Liliek Budiastuti Wiratmo mengatakan bahwa gerakan literasi digital bukan berarti meninggalkan literasi media konvensional, baik cetak, radio, maupun televisi.
"Warga tetap perlu melek media konvensional," kata Dr. Liliek yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang kepada Antara di Semarang, Minggu.
Terkait dengan literasi digital, Tim Peneliti Japelidi yang berasal dari Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Surakarta, Malang Raya, Bandung, Banjarmasin, Bali, dan Jakarta, kata Liliek, mengeluarkan rekomendasi.
Dalam rekomendasi Japelidi yang disusun oleh 56 peneliti, tiga orang di antaranya berasal dari Semarang (STIKOM, Universitas Dian Nuswantoro, dan Universitas Islam Sultan Agung), disebutkan bahwa literasi digital harus diberikan dalam level keluarga, sekolah, dan negara.
Pada level keluarga, kata Liliek, orang tua harus menjadi contoh serta melibatkan anak sebagai partner dalam membuat kesepakatan-kesepakatan atas akses media digital.
Selanjutnya, pada level sekolah harus ada perubahan ke arah pendidikan berbasis digital, yaitu murid dan guru adalah setara dan harus menguasai konten pembelajaran bersama.
"Selain itu, orang tua juga harus berkolaborasi dengan guru dalam pendidikan anak, serta penyediaan laboratorium media digital," katanya.
Pada level negara, kata Liliek yang sejak lama melakukan literasi media, harus didorong transformasi digital dengan membangun infrastruktur digital yang demokratis, memperkuat e-governance, serta memberdayakan warga negara sebagai bagian dari kewarganegaraan digital.
Rekomendasi lain, pegiat literasi digital perlu bersinergi agar dapat meluaskan gerakan sehingga masyarakat lebih melek media digital.
"Hal ini karena gerakan literasi digital di Indonesia cenderung bersifat sukarela, insidental, sporadis, dan belum ada sinergi antarpelaku gerakan," katanya.
Oleh karena itu, Japelidi memandang perlu lebih banyak pelaku kegiatan yang bukan berasal dari perguruan tinggi. Di samping itu, perlu lebih banyak eksplorasi ragam literasi digital yang bersifat kreatif dan "empowerment" (pemberdayaan).
Organisasi yang anggotanya sebagian besar adalah dosen Ilmu Komunikasi itu juga memandang perlu memperluas target sasaran literasi digital supaya tidak hanya tertuju pada kaum muda.
"Kami juga perlu kemitraan yang lebih banyak lagi, terutama dengan pemerintah, media, dan korporasi, mengingat kemungkinan besar masih banyak data dan informasi gerakan literasi digital yang belum terungkap.
Liliek lantas berharap makin banyak pegiat yang bergabung, makin dapat bersinergi dan bersama-sama meluaskan gerakan literasi digital.
"Warga tetap perlu melek media konvensional," kata Dr. Liliek yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang kepada Antara di Semarang, Minggu.
Terkait dengan literasi digital, Tim Peneliti Japelidi yang berasal dari Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Surakarta, Malang Raya, Bandung, Banjarmasin, Bali, dan Jakarta, kata Liliek, mengeluarkan rekomendasi.
Dalam rekomendasi Japelidi yang disusun oleh 56 peneliti, tiga orang di antaranya berasal dari Semarang (STIKOM, Universitas Dian Nuswantoro, dan Universitas Islam Sultan Agung), disebutkan bahwa literasi digital harus diberikan dalam level keluarga, sekolah, dan negara.
Pada level keluarga, kata Liliek, orang tua harus menjadi contoh serta melibatkan anak sebagai partner dalam membuat kesepakatan-kesepakatan atas akses media digital.
Selanjutnya, pada level sekolah harus ada perubahan ke arah pendidikan berbasis digital, yaitu murid dan guru adalah setara dan harus menguasai konten pembelajaran bersama.
"Selain itu, orang tua juga harus berkolaborasi dengan guru dalam pendidikan anak, serta penyediaan laboratorium media digital," katanya.
Pada level negara, kata Liliek yang sejak lama melakukan literasi media, harus didorong transformasi digital dengan membangun infrastruktur digital yang demokratis, memperkuat e-governance, serta memberdayakan warga negara sebagai bagian dari kewarganegaraan digital.
Rekomendasi lain, pegiat literasi digital perlu bersinergi agar dapat meluaskan gerakan sehingga masyarakat lebih melek media digital.
"Hal ini karena gerakan literasi digital di Indonesia cenderung bersifat sukarela, insidental, sporadis, dan belum ada sinergi antarpelaku gerakan," katanya.
Oleh karena itu, Japelidi memandang perlu lebih banyak pelaku kegiatan yang bukan berasal dari perguruan tinggi. Di samping itu, perlu lebih banyak eksplorasi ragam literasi digital yang bersifat kreatif dan "empowerment" (pemberdayaan).
Organisasi yang anggotanya sebagian besar adalah dosen Ilmu Komunikasi itu juga memandang perlu memperluas target sasaran literasi digital supaya tidak hanya tertuju pada kaum muda.
"Kami juga perlu kemitraan yang lebih banyak lagi, terutama dengan pemerintah, media, dan korporasi, mengingat kemungkinan besar masih banyak data dan informasi gerakan literasi digital yang belum terungkap.
Liliek lantas berharap makin banyak pegiat yang bergabung, makin dapat bersinergi dan bersama-sama meluaskan gerakan literasi digital.
Pewarta : Kliwon
Editor :
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Mengenal Endy Julianto, dosen Sekolah Vokasi Undip peraih paten terbanyak
14 December 2025 14:47 WIB
Perwira polisi Polda Jateng dipecat terkait kasus kematian perempuan dosen
04 December 2025 16:53 WIB
Dosen UMS beri pesan soal peran umat Islam di era global pada Pengajian Akbar Milad-113 Muhammadiyah
26 November 2025 15:39 WIB
Ketahanan malangan guru di daerah 3T: Cahaya dari Putri Solo hingga Kepala Burung
25 November 2025 19:05 WIB
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
UMS perkuat sinergi dengan PT Triputra Agro Persada melalui kerja sama dan Campus Hiring
19 December 2025 18:46 WIB
UIN Walisongo matangkan persiapan sosialisasi PMB 2026 bersama organisasi mahasiswa daerah
18 December 2025 18:39 WIB
Kemensetneg dorong penguatan pendidikan karakter untuk menuju Indonesia Emas
18 December 2025 16:23 WIB