Ritual Taoisme di Tengah Lapangan, Klub China Jianye Tuai Kritikan Tajam
Kamis, 28 September 2017 13:04 WIB
Logo Liga Super China (CSL) (wikimedia)
Beijing, ANTARA JATENG - Klub papan bawah Liga Super China (CSL), Henan Jianye, menuai kritikan tajam setelah menggelar ritual ala Taoisme di tengah lapangan.
Beberapa penggemar sepak bola selalu berdoa untuk kemenangan tim pujaannya. Namun ketika ritual doa menjadi tontonan besar di tengah lapangan, maka sangat menggelikan, demikian tulis Peoples Daily yang
dipantau Antara di Beijing, Kamis.
Sebelum menjamu tamunya, Shandong Luneng, dalam lanjutan kompetisi CSL, Minggu (24/9), sebanyak 15 penganut Taoisme yang mengenakan jubah hitam terlihat di stadion yang menjadi kandang Henan Jianye.
Kain kuning lebar yang menjadi simbol Taoisme dibentangkan di altar kecil. Tulisan berbahasa Mandarin yang artinya "Para Dewa akan menaungi Jianye meraih kemenangan" terpampang di kain tersebut.
Beberapa penonton memandang sinis ritual tersebut dan segera menjadi perbincangan hangat di media daring.
Meskipun pada akhir laga Henan Jianye berhasil menundukkan klub tetangga, Shandong Luneng, dengan skor 2-1, beberapa orang menyoroti bahwa kemenangan tersebut tidak ada kaitannya dengan ritual Taoisme.
Justru mereka menilai hal itu merupakan tindakan konyol karena mengandalkan hal-hal berbau takhayul.
Ritual tersebut juga memicu kritikan dari Asosiasi Sepak Bola China (CFA) yang pada Senin (25/9) lalu di akun Weibo menuliskan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi terhadap klub tersebut karena lapangan sepak bola tidak diperkenankan untuk ajang kegiatan keagamaan.
"Hal itu sangat tidak pantas dan tidak profesional. Sepak bola, ya sepak bola. Kami sarankan semua penggemar sepak bola untuk menyemangati timnya melalui cara-cara yang rasional," demikian pernyataan CFA.
Dalam pernyataannya, Selasa (26/9), manajemen Henan Jianye menentang aktivitas keagamaan di lapangan. Manajemen berdalih bahwa ritual tersebut digelar oleh salah satu kelompok suporter yang memanfaatkan kelengahan manajemen di tengah lapangan.
"Kami akan memperbaiki kesalahan kami. Kami memahami dan menghargai ketulusan dan dukungan penggemar kami, namun kami tetap menentang perbuatan takhayul," demikian pernyataan klub yang bertengger di peringkat ke-12 klasemen sementara musim kompetisi tahun itu.
Mayoritas rakyat daratan Tiongkok itu tidak berafiliasi dengan agama apa pun. Penganut Taoisme di China diperkirakan sekitar 7,6 persen.
Beberapa penggemar sepak bola selalu berdoa untuk kemenangan tim pujaannya. Namun ketika ritual doa menjadi tontonan besar di tengah lapangan, maka sangat menggelikan, demikian tulis Peoples Daily yang
dipantau Antara di Beijing, Kamis.
Sebelum menjamu tamunya, Shandong Luneng, dalam lanjutan kompetisi CSL, Minggu (24/9), sebanyak 15 penganut Taoisme yang mengenakan jubah hitam terlihat di stadion yang menjadi kandang Henan Jianye.
Kain kuning lebar yang menjadi simbol Taoisme dibentangkan di altar kecil. Tulisan berbahasa Mandarin yang artinya "Para Dewa akan menaungi Jianye meraih kemenangan" terpampang di kain tersebut.
Beberapa penonton memandang sinis ritual tersebut dan segera menjadi perbincangan hangat di media daring.
Meskipun pada akhir laga Henan Jianye berhasil menundukkan klub tetangga, Shandong Luneng, dengan skor 2-1, beberapa orang menyoroti bahwa kemenangan tersebut tidak ada kaitannya dengan ritual Taoisme.
Justru mereka menilai hal itu merupakan tindakan konyol karena mengandalkan hal-hal berbau takhayul.
Ritual tersebut juga memicu kritikan dari Asosiasi Sepak Bola China (CFA) yang pada Senin (25/9) lalu di akun Weibo menuliskan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi terhadap klub tersebut karena lapangan sepak bola tidak diperkenankan untuk ajang kegiatan keagamaan.
"Hal itu sangat tidak pantas dan tidak profesional. Sepak bola, ya sepak bola. Kami sarankan semua penggemar sepak bola untuk menyemangati timnya melalui cara-cara yang rasional," demikian pernyataan CFA.
Dalam pernyataannya, Selasa (26/9), manajemen Henan Jianye menentang aktivitas keagamaan di lapangan. Manajemen berdalih bahwa ritual tersebut digelar oleh salah satu kelompok suporter yang memanfaatkan kelengahan manajemen di tengah lapangan.
"Kami akan memperbaiki kesalahan kami. Kami memahami dan menghargai ketulusan dan dukungan penggemar kami, namun kami tetap menentang perbuatan takhayul," demikian pernyataan klub yang bertengger di peringkat ke-12 klasemen sementara musim kompetisi tahun itu.
Mayoritas rakyat daratan Tiongkok itu tidak berafiliasi dengan agama apa pun. Penganut Taoisme di China diperkirakan sekitar 7,6 persen.
Pewarta : Antaranews
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kolaborasi Unsoed-FIO China dorong pengelolaan sampah plastik dan edukasi mikroplastik di Cilacap
14 October 2024 8:44 WIB