Pasca-Ebola, Afrika Barat Waspada Demam Mematikan Lain
Kamis, 12 Oktober 2017 16:21 WIB
Dokumen foto relawan Medicine Sans Frontiere (MSF) di bawah kerja sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menolong pasien ebola di Afrika barat. (msf.org)
Dakar, ANTARA JATENG - Afrika Barat dinilai para peneliti kesehatan
sebagai kawasan paling terancam terjangkit wabah demam maut lainnya,
sehingga diminta waspada pasca-ebola untuk menyelamatkan penduduknya.
Jurnal kesehatan The Lancet memandang kemungkinan empat virus, yakni ebola, lassa, marburg dan krimea-Kongo, menyebar ke Afrika Barat dan cenderung meningkat sejak penderita pertama hingga pada kemungkinan wabah.
Wabah terburuk Ebola di dunia melanda Guinea, Liberia dan Sierra Leone pada 2013 hingga 2016, menewaskan sekitar 11.300 orang, demikian catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), layaknya dikutip kantor berita Reuters.
Virus tersebut, yang biasanya ditularkan hewan pengerat dan kelelawar, dapat menyebabkan demam, muntah dan pendarahan berakibat mematikan.
Dengan memetakan daerah berisiko tinggi, negara-negara di Afrika Barat dapat lebih waspada terhadap kemungkinan penyebaran dengan meningkatkan pengawasan terhadap hewan yang menularkan penyakit tersebut.
Selain itu, WHO mengusulkan agar negara-negara tersebut juga dapat mendeteksi dini terhadap penderita dan berinvestasi dalam sistem kesehatan yang lebih baik.
"Seperti yang telah kita ketahui terkait ebola, sangat penting untuk mencegah atau menghentikan penyebarannya pada tahap sedini mungkin," kata Simon Hay, guru besar kesehatan di Universitas Washington, Amerika Serikat (AS).
Kajian tersebut mengatakan bahwa Guckdou di Guinea timur, tempat bermulanya wabah pada 2013, tetap menjadi salah satu daerah yang paling berisiko terhadap penyebaran ebola dan epidemi mematikan lainnya.
Penyebaran wabah ebola terkini di Afrika terjadi di Republik Demokratik Kongo. Ada empat orang meninggal di negara itu. Wabah tersebut, yang berakhir pada Juli 2017, merupakan rekor kedelapan di negara di mana penyakit ini pertama kali ditemukan pada 1976.
Kajian tersebut mengatakan bahwa beberapa daerah di Republik Afrika Tengah, Chad, Somalia dan Sudan Selatan juga rentan terhadap keempat virus tersebut, di mana perang telah merusak banyak prasarana kesehatan.
Demam itu dapat menjangkiti manusia ketika mereka bersentuhan dengan monyet berpenyakit serta melalui kontak langsung dengan penderita terjangkit penyakit tersebut, demikian WHO.
Jurnal kesehatan The Lancet memandang kemungkinan empat virus, yakni ebola, lassa, marburg dan krimea-Kongo, menyebar ke Afrika Barat dan cenderung meningkat sejak penderita pertama hingga pada kemungkinan wabah.
Wabah terburuk Ebola di dunia melanda Guinea, Liberia dan Sierra Leone pada 2013 hingga 2016, menewaskan sekitar 11.300 orang, demikian catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), layaknya dikutip kantor berita Reuters.
Virus tersebut, yang biasanya ditularkan hewan pengerat dan kelelawar, dapat menyebabkan demam, muntah dan pendarahan berakibat mematikan.
Dengan memetakan daerah berisiko tinggi, negara-negara di Afrika Barat dapat lebih waspada terhadap kemungkinan penyebaran dengan meningkatkan pengawasan terhadap hewan yang menularkan penyakit tersebut.
Selain itu, WHO mengusulkan agar negara-negara tersebut juga dapat mendeteksi dini terhadap penderita dan berinvestasi dalam sistem kesehatan yang lebih baik.
"Seperti yang telah kita ketahui terkait ebola, sangat penting untuk mencegah atau menghentikan penyebarannya pada tahap sedini mungkin," kata Simon Hay, guru besar kesehatan di Universitas Washington, Amerika Serikat (AS).
Kajian tersebut mengatakan bahwa Guckdou di Guinea timur, tempat bermulanya wabah pada 2013, tetap menjadi salah satu daerah yang paling berisiko terhadap penyebaran ebola dan epidemi mematikan lainnya.
Penyebaran wabah ebola terkini di Afrika terjadi di Republik Demokratik Kongo. Ada empat orang meninggal di negara itu. Wabah tersebut, yang berakhir pada Juli 2017, merupakan rekor kedelapan di negara di mana penyakit ini pertama kali ditemukan pada 1976.
Kajian tersebut mengatakan bahwa beberapa daerah di Republik Afrika Tengah, Chad, Somalia dan Sudan Selatan juga rentan terhadap keempat virus tersebut, di mana perang telah merusak banyak prasarana kesehatan.
Demam itu dapat menjangkiti manusia ketika mereka bersentuhan dengan monyet berpenyakit serta melalui kontak langsung dengan penderita terjangkit penyakit tersebut, demikian WHO.
Pewarta : Antaranews
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
XL Axiata salurkan bantuan untuk korban banjir di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah
31 October 2024 10:05 WIB