Resto ini andalkan masakan Jawa zaman "now"
Jumat, 29 Desember 2017 16:16 WIB
Pengunjung di Pullen's Resto and Cafe (Foto: Zuhdiar Laeis)
Semarang, (Antaranews Jateng) - Pullen`s Cafe and Resto Semarang yang beralamat di Jalan Singosari Raya Nomor 79 A Semarang mengandalkan menu masakan Jawa atau menu rumahan yang disajikan menyesuaikan generasi kekinian.
"Generasi sekarang atau istilahnya generasi now kan senang makan di restoran. Namun, sebenarnya mereka lebih menggemari masakan rumahan," kata Direktur Pullen`s Cafe and Resto Semarang Andreas Yunisantoso di Semarang, Jumat.
Di restoran yang baru saja resmi dibuka itu, menyajikan beraneka menu masakan Jawa ala rumahan, mulai sop buntut, soto daging, bebek goreng, ayam goreng yang dikemas dengan nama-nama yang unik dan kekinian.
Misalnya, Sop Buntut Macan, Nasi Bebek Goreng Lambe Turah, Ayam Janda Pedas, dan sebagainya yang dimaksudkan memberikan daya tarik lebih bagi pengunjung, utamanya anak muda dengan citarasa khas masakan rumahan.
"Begini, biasanya masakan Jawa kan identik dengan tradisional. Jadinya, mungkin anak-anak muda agak males dan lebih memilih ke restoran," kata Yunisantoso yang juga berprofesi sebagai fotografer tersebut.
Itulah yang mendasarinya membangun sebuah restoran yang "instagramable" dengan banyak "spot" foto yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk berswafoto atau berfoto ria yang kemudian dibagikan ke media sosial.
Tak hanya itu, selama beberapa waktu ini disediakan sejumlah model cantik yang bisa dijadikan objek foto bagi para pengunjung, sekaligus memanfaatkan "spot-spot" foto yang sudah tersedia di restoran itu.
"Makanya, konsep interior restoran ini sifatnya `unfinish`, seperti menggunakan kayu jati bekas yang tidak dipernis, kemudian besi bekas yang tidak dicat, melainkan diamplas dan di-`clear`," katanya.
Karya-karya fotografi jepretan Yunisantoso pun dipajang di berbagai sudut restoran itu untuk mempercantik ruangan dan interior, sekaligus menunjukkan bahwa pemiliknya juga mencintai seni fotografi.
Alasan lain memilih menu rumahan atau masakan Jawa, diakui Yunisantoso karena selama ini sudah banyak restoran yang menyajikan masakan ala "western" yang rata-rata orang datang hanya untuk mencoba.
"Kalau masakan Jawa atau menu rumahan, orang memang suka karena terbiasa. Harapan saya, mereka datang ke sini tidak hanya mencoba, tetapi bisa sampai 2-3 kali sehari untuk makan," katanya.
Sementara itu, Murtiningsih Mulya, sang istri yang menangani dapur menjelaskan bumbu-bumbu yang digunakannya sebenarnya standar dengan masakan rumah, tetapi nama dan penyajiannya yang dibikin unik.
"Masakan rumahan kan bisa dikonsumsi semua kalangan. Kurang lebih ada 20 menu yang sudah ada, tetapi kami akan tambah terus. Ya, pengunjung tidak akan bosan karena semua menu rumahan ada," katanya.
"Generasi sekarang atau istilahnya generasi now kan senang makan di restoran. Namun, sebenarnya mereka lebih menggemari masakan rumahan," kata Direktur Pullen`s Cafe and Resto Semarang Andreas Yunisantoso di Semarang, Jumat.
Di restoran yang baru saja resmi dibuka itu, menyajikan beraneka menu masakan Jawa ala rumahan, mulai sop buntut, soto daging, bebek goreng, ayam goreng yang dikemas dengan nama-nama yang unik dan kekinian.
Misalnya, Sop Buntut Macan, Nasi Bebek Goreng Lambe Turah, Ayam Janda Pedas, dan sebagainya yang dimaksudkan memberikan daya tarik lebih bagi pengunjung, utamanya anak muda dengan citarasa khas masakan rumahan.
"Begini, biasanya masakan Jawa kan identik dengan tradisional. Jadinya, mungkin anak-anak muda agak males dan lebih memilih ke restoran," kata Yunisantoso yang juga berprofesi sebagai fotografer tersebut.
Itulah yang mendasarinya membangun sebuah restoran yang "instagramable" dengan banyak "spot" foto yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk berswafoto atau berfoto ria yang kemudian dibagikan ke media sosial.
Tak hanya itu, selama beberapa waktu ini disediakan sejumlah model cantik yang bisa dijadikan objek foto bagi para pengunjung, sekaligus memanfaatkan "spot-spot" foto yang sudah tersedia di restoran itu.
"Makanya, konsep interior restoran ini sifatnya `unfinish`, seperti menggunakan kayu jati bekas yang tidak dipernis, kemudian besi bekas yang tidak dicat, melainkan diamplas dan di-`clear`," katanya.
Karya-karya fotografi jepretan Yunisantoso pun dipajang di berbagai sudut restoran itu untuk mempercantik ruangan dan interior, sekaligus menunjukkan bahwa pemiliknya juga mencintai seni fotografi.
Alasan lain memilih menu rumahan atau masakan Jawa, diakui Yunisantoso karena selama ini sudah banyak restoran yang menyajikan masakan ala "western" yang rata-rata orang datang hanya untuk mencoba.
"Kalau masakan Jawa atau menu rumahan, orang memang suka karena terbiasa. Harapan saya, mereka datang ke sini tidak hanya mencoba, tetapi bisa sampai 2-3 kali sehari untuk makan," katanya.
Sementara itu, Murtiningsih Mulya, sang istri yang menangani dapur menjelaskan bumbu-bumbu yang digunakannya sebenarnya standar dengan masakan rumah, tetapi nama dan penyajiannya yang dibikin unik.
"Masakan rumahan kan bisa dikonsumsi semua kalangan. Kurang lebih ada 20 menu yang sudah ada, tetapi kami akan tambah terus. Ya, pengunjung tidak akan bosan karena semua menu rumahan ada," katanya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - KULINER
Lihat Juga
Menikmati Angkringan Redjo di Klaten, mengajari bahagia dalam kesederhanaan
11 October 2024 14:33 WIB